MANUSIA INDONESIA
Putut Prabantoro yang juga Penasihat ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia) mengurai lebih lanjut, tahun 2023 – 2024 menjadi sangat penting dan pemilu menjadi pilihan strategis bangsa Indonesia untuk masa depannya.
Thema besar untuk tahun politik ini baginya adalah menjadi bangsa yang cerdas dan memilih presiden dengan kecerdasan.
Karena menjadi bangsa yang cerdas adalah satu-satunya cara bagi Indonesia untuk memenangkan perubahan dan berbagai ancaman yang sudah di depan mata.
Dampak dari dunia digital jelas terlihat, memengaruhi kehidupan kaum muda dan memprihatinkan. Indonesia dikhawatirkan menjadi bangsa yang tidak cerdas.
Ratusan pelajar dari Ponorogo, Jawa Timur hamil di luar nikah merupakan fenomena gunung es. Atau juga, kasus AG, gadis di bawah umur yang mampu membuat gegerkan Indonesia, trending rental pacar yang dilakukan oleh sekelompok anak muda, bencana flexing, pornografi yang meningkat karena mengejar viewer, naiknya AIDS di Aceh, adalah perubahan-perubahan nilai yang sedang terjadi di Indonesia.
"Indonesia menduduki peringkat kelimat sebagai produsen hoax, ada 800.000 situs hoax di Indonesia, hoax paling banyak beredar di Indonesia adalah bidang sosial politik, Indonesia berada pada tingkat 29 dari 32 negara terkait dengan tingkat kesopanan dalam berinternet. Semua perubahan dan persoalan ini hanya membutuhkan bangsa yang cerdas,“ tegas Putut Prabantoro.
Menurutnya, penduduk Indonesia per Januari 2023 berjumlah 276,4 juta yang terbagi 49,7% (perempuan) dan 50,5% (laki-laki). Pengguna internet sebanyak 212,9 juta (77%) termasuk di dalamnya 167,0 juta pengguna medsos dan jumlah koneksi internet sebanyak 353,8 juta (128% dari jumlah penduduk) pada awal 2023.
Baca Juga: 17 Contoh Perubahan Sosial yang Tidak Direncanakan
Dalam tahun politik, adu domba melalui berita-berita hoax tersebut selalu menjadi warna pemilu. Praktik adu domba berulang terus pada setiap pemilu.
Bangsa Indonesia tidak pernah belajar, salah satu karakter yang menyebabkan 350 tahun dijajah karena karakter lemah, mudah diadu domba. Menjadi bangsa yang cerdas satu-satunya cara untuk menghindarkan Indonesia dari kehancuran persatuan bangsanya.
Ia pun berharap, tingkat penyebar hoax atau kebohongan pada pemilu tahun politik 2023-2024 turun.
"Pada tahun 2021, tingkat penyebar kebohongan saja mencapai 11,9% dari jumlah pengguna internet. Kalau tingkat persentase penyebar hoax tidak berubah, tetapi jumlah pengguna user naik, sama saja dalam jumlah naik. Penyebaran hoax memang dengan maksud dan niat untuk mengadu domba,“ pungkas Putut Prabantoro.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.