Untuk memudahkan kita untuk lebih mengenal Toxic Masculinity, berikut beberapa contoh perwujudan toxic masculinity yang kerap dilakukan maupun disematkan pada laki-laki:
Tidak boleh mengeluh dan menangis
Melakukan tindak kekerasan pada orang lain
Menunjukkan dominasi dan kekuasaan terhadap orang lain
Melakukan kekerasan dan agresivitas seksual terhadap pasangan dan orang lain Merasa tidak perlu membela hak perempuan dan kaum marjinal lain
Mengagungkan tindakan berisiko, seperti menyetir kendaraan dengan kecepatan tinggi dan mengonsumsi obat terlarang
Enggan untuk melakukan aktivitas yang dianggap hanya milik perempuan, seperti memasak, menyapu rumah, berkebun, dan mengasuh anak
Tidak perlu menerima bantuan dan tidak boleh bergantung pada siapa pun
Tidak membutuhkan kenyamanan
Dampak Toxic Masculinity
Toxic masculinity ini akan mengganggu kesehatan mental laki-laki karena hal ini dapat membatasi definisi sifat seorang laki-laki dan mengekang pertumbuhannya dalam bermasyarakat.
Pembatasan sifat ini akan memberikan beban terhadap laki-laki yang dianggap tidak memenuhi standar maskulinitas.
Apabila seorang laki-laki dibesarkan melalui pandangan sempit toxic masculinity, mereka hanya akan merasa diterima masyarakat jika sudah memenuhi standar maskulinitas yang berlebihan.
Hal ini dapat memicu gangguan kesehatan mental seperti:
Seorang laki-laki lebih memilih untuk memendam emosinya daripada meminta pertolongan
Seorang laki-laki lebih rentan mengidap depresi
Seorang laki-laki rentan mendapatkan trauma psikologis