Dalam sesi pembahasan buku, Maman Suherman menyampaikan, dari buku tersebut dijelaskan bahwa upaya mewujudkan Indonesia sebagai negara produsen menjadi tanggung jawab bersama.
"Begitu membaca ini, saya melihat Kepala Perpusnas menempatkan perpustakaan tidak dengan mengglorifikasi perpustakaan itu sendiri, tetapi perpustakaan adalah salah satu bagian dari ekosistem keliterasian yang saat ini sedang disusun peta jalan literasinya oleh Kemenko PMK," kata penulis ini.
Lebih lanjut, Kang Maman mengatakan yang menarik dari buku ini adalah pemikiran bagaimana Indonesia bisa mencapai dalam tahapan literasi kelima, yakni mampu memproduksi barang dan jasa. Di mana dalam mewujudkannya diperlukan peran civitas akademika.
"Kenapa tidak ada produksi, karena dalam pendidikan yang ada hanyalah penelitian, pengabdian masyarakat. Padahal tuntutannya adalah menjadi negara produsen. Saya berharap ini dapat menjadi pemantik di dunia pendidikan," lanjutnya.
Sementara itu, Wakil Dekan I UIN Makassar, Andi Ibrahim, menyampaikan buku ini membuat tantangan baru untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara yang berproduksi melalui literasi.
"Saya merasa buku ini apik tapi menohok, dari pengantar yang dibaca, ingin menunjukkan literasi bukan hanya baca tulis tetapi ada hierarki yang dibuat keterkaitannya supaya literasi menjadi kunci negara produsen," ungkapnya.
Dosen Program Studi Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Agus Rusmana, mengatakan gagasan yang disampaikan Kepala Perpusnas mengenai literasi bukanlah jenis tetapi tingkatan. Ada lima tingkatan literasi yang dimulai dari kemampuan membaca, mendapatkan akses bahan bacaan, kemampuan dapat memahami apa yang dibaca, kemampuan berinovasi dan berkreativitas, dan kemampuan dapat memproduksi dari apa yang dibaca.
Dalam acara tersebut, juga dirangkaikan dengan penandatanganan nota kesepahaman/kesepakatan (MoU) antara Perpusnas dengan 19 perguruan tinggi yakni IAIN Fattahul Muluk Papua, Universitas Prima Indonesia, Universitas Muhammadiyah Sukabumi, Politeknik Tanjungbalai, Politeknik Kesehatan Kartini Bali, Institut Administrasi dan Kesehatan Setih Setio Muara Bungo, Universitas Indonesia Membangun, Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Indonesia, Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sabang, Universitas Sari Mulia, Universitas Pembangunan Jaya, Universitas Pertamina, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Bina Sarana Informatika, Politeknik Tempo, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Semarang, dan Universitas Diponegoro.
Sekretaris Utama Perpusnas, Ofy Sofiana, menuturkan penandatangan MOU merupakan bentuk komitmen Perpusnas dan perguruan tinggi terhadap fungsi perpustakaan.
"Bahwa perpustakaan tidak hanya sebagai pusat informasi, melainkan juga sebagai pusat pembelajaran, pengembangan, dan penyebaran pengetahuan," tuturnya.
Dikatakan, dalam perayaan hari jadinya yang ke-43, Perpusnas memiliki serangkaian agenda. Di antaranya, pameran kolaborasi antara Perpusnas dan KITLV, pameran sejarah Perpusnas di Lobby Utama Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas di Jalan Medan Merdeka Selatan No. 11 Jakarta, pelaksanaan pemilihan pustakawan berprestasi, penandatanganan MoU dengan perguruan tinggi, Sosialisasi Praktik Baik dari Perpustakaan Perguruan Tinggi, workshop Bunga Artificial di UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta Bukittinggi, dan talkshow di UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Blitar mengenai Kemandirian Ekonomi.
"Selain kegiatan tersebut, Perpusnas RI juga telah mengagendakan kegiatan-kegiatan penting lainnya sampai bulan Juli mendatang. Masyarakat bisa mendapatkan informasi kegiatan terbaru melalui media sosial Perpusnas RI," pungkasnya.