Kesan tentang nilai yang sama itu juga yang merupakan kesan dari Titiek “Wara Indrasti“ Khamdani, alumnus SD Xaverius Pringsewu tahun 1970.
Ia adalah seorang puteri dari guru SMP Xaverius. Menurut Titiek Khamdani Xaverius dibanding dengan sekolah-sekolah lain adalah kedisiplinan, tata krama dan non diskriminasi.
Baca Juga: Mengenal Pakaian Adat Lampung, yang Indah dan Terkesan Mewah
Selain itu, reward and punishment selalu menjadi indikator dari perilaku anak didik.
“Yang tidak disiplin dan terlambat masuk sekolah ya akan menanggung akibatnya sebagai bentuk tanggung jawab yang harus dipikul oleh anak didik,“ ujar Titiek.
BERSYUKUR
Beberapa alumni bersyukur dan berterimakasih kepada SD Xaverius, Pringsewu, Lampung. Meski berada di daerah belum berkembang, Pringsewu yang waktu itu merupakan kota kecamatan kecil, ada lembaga pendidikan dasar yang cukup bermutu dengan menanamkan dasar nilai berguna bagi kehidupan mereka dalam masyarakat di kemudian hari.
Awie panggilan akrab Wiryanto Yudris adalah alumnus SD Xaverius yang sekarang Bernama SD Fransiskus pada 1975.
Dirinya merasa bangga menjadi salah satu alumnusnya. Sekolah ini, menurut Awie telah banyak berkarya dalam memajukan dan meningkatkan kualitas masyarakat Pringsewu.