Efek rumah kaca bekerja dengan cara yang hampir sama di Bumi. Gas-gas di atmosfer, seperti karbon dioksida , memerangkap panas yang mirip dengan atap kaca rumah kaca. Gas-gas yang memerangkap panas ini disebut gas rumah kaca .
Pada siang hari, Matahari bersinar menembus atmosfer. Permukaan bumi menghangat di bawah sinar matahari.
Pada malam hari, permukaan bumi mendingin, melepaskan panas kembali ke udara. Tetapi sebagian panas terperangkap oleh gas rumah kaca di atmosfer. Itulah yang membuat Bumi kita rata-rata hangat dan nyaman 58 derajat Fahrenheit (14 derajat Celcius).
Sejak awal abad ke-20 aktivitas manusia telah mengubah komposisi atmosfer bumi secara signifikan akibat emisi gas rumah kaca.
Aktivitas manusia ini meliputi pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, gas, dan gambut di pabrik, emisi karbon dari knalpot mobil, emisi metana dan dinitrogen oksida dari pertanian, dan perubahan penggunaan lahan, misalnya deforestasi dan urbanisasi.
Baca Juga: Planet Terpanas di Tata Surya, Suhunya Mencapai 471 Derajat Celcius
Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan karbon dioksida (CO 2 ) dalam jumlah besar yang merupakan gas rumah kaca.
Karbon dioksida bersama dengan gas rumah kaca lainnya seperti metana, dinitrogen oksida dan klorofluorokarbon (CFC) mengubah komposisi atmosfer dan menambah efek rumah kaca.
Ini semua adalah gas yang memerangkap panas, saat matahari menyinari Bumi, panasnya terperangkap dan dicegah untuk keluar kembali ke angkasa, mirip dengan bagaimana panas terperangkap oleh kaca di rumah kaca.
Peningkatan emisi gas rumah kaca menyebabkan peningkatan perangkap panas. Panas yang terperangkap ini menyebabkan peningkatan suhu bumi yang berdampak berbahaya seperti mencairnya lapisan es yang menyebabkan naiknya permukaan laut dan banjir.
Demikian adalah penjelasan lengkap terkait penyebab efek rumah kaca dan dampaknya pada kehidupan manusia di bumi.