Dengan mundurnya Amir Sjarifuddin dari kursi perdana menteri menyebabkan ia berbalik menjadi oposisi.
Kemudian dia menggalang persatuan dengan bekerja sama dengan kelompok PKI untuk menentang Kabinet yang baru pimpinan Drs. Moh. Hatta.
Amir Sjarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28 Juni 1948 yang mendapatkan dukungan dari PKI, Sobsi, dan partai Sosialis Indonesia.
Salah satu program yang menarik dari FDR adalah menuntut dibatalkannya Persetujuan Renville yang dulu ditandatangani.
Tujuan pembentukan FDR adalah untuk mengeluarkan kebijakan mengenai reorganisasi dan rasionalisasi angkatan perang.
Tujuan lainnya melakukan tindakan pemogokan umum agar kondisi politik pememrintahan menjadi tidak stabil.
Pada 11 Agustus 1948, Muso kembali dari Uni Soviet. Diketahui Muso adalah pimpinan PKI yang pernah melakukan pemberontakan pada 1926 dan melarikan diri ke Soviet.
Kepulangannya di tanah air dari pengusiannya ke Moskow membawa misi yang besar yaitu ingin mendirikan negara Republik Indonesia Soviet yang berhaluan kiri.
Dalam sidang Politbiro PKI pada 13-14 Agustus 1948, ia membeberkan penjelasan tentang "pekerjaan dan kesalahan partai dalam dasar organisasi dan politik" dan menawarkan resolusi yang terkenal dengan sebutan "Jalan Baru untuk Republik Indonesia".
Muso menginnkan agar dibentuknya kerjasama yang dipimpin oleh kaum sosialis dan komunis untuk menentang politik penjajahan.