Pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948: Latar Belakang dan Tujuan

23 Mei 2023 14:45 WIB
ilustrasi, Pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948
ilustrasi, Pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948 ( Wikipedia)

Sonora.ID - Simak ulasan materi sejarah tentang latar belakang dan tujuan pemberontakan PKI Madiun tahun 1948.

Peristiwa pemberontakan PKI pada 30 September 1948 menorehkan sejarah yang tak akan pernah dilupakan oleh bangsa Indonesia.

Banyak nyawa terenggut, mulai dari kalangan perwira tinggi hingga alim ulama dan tokoh-tokoh agama.

PKI ingin merebut kekuasaan dari pemerintah dengan melakukan serangkaian tindakan.

Pemerintah pun melakukan tindakan tegas di mana akhirnya PKI dibubarkan.

Baca Juga: 10 Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI Lengkap dengan Profilnya

Latar Belakang Pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948

Dikutip dari laman Kemdikbud, latar belakang pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 dimulai dari perjanjian Renville antara Belanda dengan Indonesia bersama Komisi Tiga Negara (KTN) di atas kapal USS Renville yang saat itu sedang berlabuh di tanjung Priuk.

Penandatanganan perjanjian Renville yang dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 1948 dinilai sangat merugikan bangsa Indonesia karena wilayah Indonesia semakin sempit.

Persetujuan terhadap perjanjian inilah yang akhirnya menyebabkan kabinet Amir Sjarifuddin jatuh dengan mosi tidak percaya dan anggota- anggota PNI dan Masyumi dalam kabinetnya juga ikut mundur pasca disetujuinya perjanjian Renville.

Dengan mundurnya Amir Sjarifuddin dari kursi perdana menteri menyebabkan ia berbalik menjadi oposisi.

Kemudian dia menggalang persatuan dengan bekerja sama dengan kelompok PKI untuk menentang Kabinet yang baru pimpinan Drs. Moh. Hatta.

Amir Sjarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28 Juni 1948 yang mendapatkan dukungan dari PKI, Sobsi, dan partai Sosialis Indonesia.

Salah satu program yang menarik dari FDR adalah menuntut dibatalkannya Persetujuan Renville yang dulu ditandatangani.

Tujuan pembentukan FDR adalah untuk mengeluarkan kebijakan mengenai reorganisasi dan rasionalisasi angkatan perang.

Tujuan lainnya melakukan tindakan pemogokan umum agar kondisi politik pememrintahan menjadi tidak stabil.

Pada 11 Agustus 1948, Muso kembali dari Uni Soviet. Diketahui Muso adalah pimpinan PKI yang pernah melakukan pemberontakan pada 1926 dan melarikan diri ke Soviet.

Kepulangannya di tanah air dari pengusiannya ke Moskow membawa misi yang besar yaitu ingin mendirikan negara Republik Indonesia Soviet yang berhaluan kiri.

Dalam sidang Politbiro PKI pada 13-14 Agustus 1948, ia membeberkan penjelasan tentang "pekerjaan dan kesalahan partai dalam dasar organisasi dan politik" dan menawarkan resolusi yang terkenal dengan sebutan "Jalan Baru untuk Republik Indonesia".

Muso menginnkan agar dibentuknya kerjasama yang dipimpin oleh kaum sosialis dan komunis untuk menentang politik penjajahan.

Oleh sebab itu Organisasi sosialis dan Komunis melebir dalam PKI termasuk di dalamnya adalah FDR. Muso dan Amir mendeklarasikan pimpinan dibawah mereka, Muso dan Amir menggoyahkan kepercayaan masyarakat dengan menghasut dan membuat semua golongan menjadi bermusuhan dan saling mencurigai satu dengan yang  lain.

Di samping itu, Kabinet Hatta yang menggantikan Kabinet Amir Sjarifuddin dianggp oleh PKI sebagai tokoh yang sangat kontroversial dengan kebijakannya mengenai RERA ( Reorganisasi dan rasionalisasi angkatan bersenjata ditolak oleh Muso dan Amir.

Adapun aksi yang dilakukan PKI dan FDR meliputi:

  • Melancarkan propaganda anti pemerintah
  • Memprovokasi para buruh untuk melakukan mogok kerja
  • Melakukan pembunuhan pembunuhan khusunya di Madiun

Muso dan Amir Sjarifuddin berkeliling ke sejumlah kota seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang bertujuan untuk mempropagandakan PKI beserta programnya yang bertujuan untuk menjatuhkan wibawa pemerintah.

Peristiwa itulah yang kemudian dijadikan alasan untuk melancarkan kampanye anti-PKI dan melakukan penculikan perwira kiri.

Memasuki bulan September 1948, terjadi aksi saling culik antara pemerintah dan golongan sayap kiri.

Kemudian, Madiun menjadi daerah yang tersisa sebagai benteng terakhir FDR.

Pimpinan FDR lokal di Madiun pun khawatir hingga pecahlah pemberontakan pada 18 September 1948.

Dikutip dari Grid, para pemberontak berhasil menguasai kota Madiun dan mengumumkan berdirinya Republik Soviet Indonesia.

Baca Juga: Teori di Balik G30S PKI yang Sebenarnya, Ternyata Dalang Soekarno?

Tujuan Pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948

Adapun tujuan Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 yaitu menggulingkan pemerintah yang sah yaitu Republik Indonesia dan mengganti landasan negara.

Sehari setelahnya, yaitu pada 19 September 1948 malam, Presiden Soekarno menyampaikan pernyataan bahwa pemberontakan PKI di Madiun adalah upaya untuk menggulingkan pemerintah Indonesia dan Musso sudah membentuk Republik Soviet Indonesia.

Soekarno mengecam aksi tersebut dan menyebut tindakan itu sebagai upaya memecah belah umat dan pengacau.

Kemudian pada pukul 23.30 malam, Musso pun menyatakan perang terhadap Indonesia dengan menuding Soekarno dan Hatta menjadi budak imperialisme Amerika dan pengedar Romusha.

Namun sejumlah pimpinan FDR malah berbalik arah dan menyatakan ingin berdamai dengan pemerintah Indonesia melalui siaran radio. Mereka menyatakan bahwa kejadian di Madiun bukanlah kudeta melainkan hanya cara mengoreksi kebijakan pemerintah.

Pada 23 September 1948, Amir Sjarifuddin membuat pernyataan bahwa konstitusi FDR adalah negara Republik Indonesia, bendera mereka tetap merah putih, dan lagu kebangsaan mereka masih Indonesia Raya.

Namun upaya berdamai itu diabaikan pihak pemerintah sehingga dikirimlah pasukan Brigade Siliwangi Letkol Sadikin untuk menguasai kembali Madiun.

PKI pun mundur ke pegunungan. Kemudian Amir melarikan diri ke sebuah desa bernama Kandangan.

Sayangnya desa itu sudah dikuasai oleh Batalion Divisi Sungkono pimpinan Mayor Sabarudin.

Pada 28 Oktober 1948, pemerintah menangkap 1.500 orang.

Kemudian di tanggal 31 Oktober 1948, Musso ditembak mati saat bersembunyi.

Pada 29 November 1948, Djoko Sujono dan Maruto Darusman juga ditangkap.

Adapun Amir Sjarifuddin baru berhasil ditangkap pada 4 Desember 1948.

Pemberontakan ini berhasil diredam setelah Amir, Maruto, Djoko, Suripno, dan FDR lain dieksekusi  pada 19 Desember 1948.

Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 ini diperkirakan memakan korban hingga 24.000, orang, terdiri dari 8.000 orang dari Madiun, 4.000 di Cepu, dan 12.000 di Ponorogo.

Itulah ulasan tentang latar belakang dan tujuan pemberontakan PKI Madiun tahun 1948.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

 

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm