Dengan makanan dan minuman yang tinggal sedikit, ia kembali melanjutkan perjalanan menuju ladang.
Setibanya di ladang, Samosir memberikan makanan dan minuman itu kepada ayahnya.
Toba yang sejak pagi belum makan sama sekali langsung membuka bekal tersebut. Ia terkejut melihat makanan yang hanya tersisa sedikit.
“Mengapa makanan dan minumanku tinggal sedikit?” tanya Toba dengan wajah kesal ke Samosir.
“Jatah makanan dan minuman Ayah telah kumakan sebagian karena aku sangat lapar,” jawab Samosir.
Mendengar jawaban tersebut, Toba sangat marah dan kehilangan kesabaran hingga memaki Samosir, “Dasar anak ikan!”
Tanpa sadar, Toba telah melanggar janji yang ia sepakati dengan sang istri. Secara tidak langsung, ia telah memberi tahu Samosir kalau ibunya adalah ikan.
Samosir lalu pergi dan mengadukan hal ini kepada ibunya.
Putri sedih dan tidak menyangka jika sang suami melanggar sumpahnya. Karena rasa sakit hati yang dalam, ia dan Samosir saling berpegangan lalu menghilang dalam sekejab.
Bekas pijakan kaki ibu dan anak itu kemudian menyemburkan mata air yang amat deras.
Toba menangis menyesali perbuatannya sendiri. Air matanya terus mengalir deras dan tidak dapat terbendung.
Tak berapa lama, tanah tempat mereka tinggal berubah menjadi danau yang sangat luas dan berwarna kebiruan.
Penduduk setempat kemudian menamakan danau itu sebagai Danau Toba. Ada pun pulau kecil yang berada di tengah-tengah Danau Toba diberi nana Pulau Samosir.
Tamat, itulah asal usul danau toba berdasarkan cerita rakyat yang berkembang dari masa ke masa.
Baca Juga: Tulisan Minal Aidin wal Faizin yang Benar dan Artinya: Asal-Usul
Baca artikel update lainnya dari Sonora.ID di Google News.