Sedangkan, menurut KBBI gerilya adalah cara berperang yang tidak terikat secara resmi pada ketentuan perang.
Jadi, perang gerilya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, secara tiba-tiba, berskala kecil, dan tidak terbuka.
Dengan kondisi yang sedang sakit, Soedirman memimpin dengan ditandu.
Menurut situs Perpustakaan Nasional, Jenderal Soedirman menderita tuberkulosis yang membuat paru-parunya hanya berfungsi sebelah.
Meski demikian, hal ini tidak menyurutkannya dalam menunjukan perlawanan.
Jenderal Sudirman dan pasukannya melakukan perlawanan Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948 dan melakukan gerilya selama tujuh bulan, untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Begitu Sudirman menentukan perang gerilya, otomatis harus bergerilya di wilayah pedesaan.
Pertama kali ke selatan, Kretek lalu ke selatan lagi ke Parangtritis ke Imogiri baru naik.
Karena sakit yang diderita tidak memungkinkan Sang Jenderal berjalan kaki untuk tetap melanjutkan gerilya, Panglima Besar Jenderal Sudirman ditandu oleh para pengikut setianya.
Setelah dari Imogiri naik ke Panggang perjalanan dilanjutkan menuju Palihan Gunungkidul menggunakan dokar.