Sejarah Perjuangan Jenderal Sudirman untuk Kemerdekaan Indonesia!

29 Mei 2023 15:30 WIB
Ilustrasi Perjuangan Jenderal Sudirman untuk Kemerdekaan Indonesia!
Ilustrasi Perjuangan Jenderal Sudirman untuk Kemerdekaan Indonesia! ( Kompas.com)

Sonora.ID – Berikut sejarah perjuangan jendral sudirman untuk kemerdekaan Indonesia yang penting untuk diketahui kita sebagai generasi muda.

Dengan mengenal sejarah perjuangan para pahlawan, kita jadi bisa lebih menghargai dan Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Nah, salah satu pahlawan yang akan kita bahas dalam artikel ini adalah sosok Jendral Sudirman.

Jenderal Soedirman merupakan salah satu Pahlawan Revolusi Indonesia yang dikenal gigih dan pemberani.

Dalam sejarah perjuangan Indonesia, meskipun sedang menderita penyakit paru-paru, beliau tetap berjuang dan bergerilya bersama para prajuritnya melawan tentara Belanda pada Agresi Militer II.

Baca Juga: Sejarah Jepang Masuk ke Indonesia, Berikut Kronologi Singkatnya

Sejarah Perjuangan Jendral Sudirman

Panglima dan Jenderal pertama di Indonesia ini lahir di Jawa Tengah pada 24 Januari 1916.

Soedirman berasal dari keluarga sederhana, ayahnya seorang pekerja di pabrik gula Kalibagor Banyumas dan Ibunya keturunan Wedana Rembang.

Bicara mengenai perjuangan Jendral Sudirman kurang lengkap rasanya jika tidak membahas taktik gerilya yang berhasil dilakukan oleh Jendral Sudirman.

Istilah gerilya berasal dari bahasa Spanyol, yaitu ‘guerrilla’ yang artinya perang kecil.

Sedangkan, menurut KBBI gerilya adalah cara berperang yang tidak terikat secara resmi pada ketentuan perang.

Jadi, perang gerilya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, secara tiba-tiba, berskala kecil, dan tidak terbuka.

Dengan kondisi yang sedang sakit, Soedirman memimpin dengan ditandu.

Menurut situs Perpustakaan Nasional, Jenderal Soedirman menderita tuberkulosis yang membuat paru-parunya hanya berfungsi sebelah.

Meski demikian, hal ini tidak menyurutkannya dalam menunjukan perlawanan.

Jenderal Sudirman dan pasukannya melakukan perlawanan Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948 dan melakukan gerilya selama tujuh bulan, untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Begitu Sudirman menentukan perang gerilya, otomatis harus bergerilya di wilayah pedesaan.

Pertama kali ke selatan, Kretek lalu ke selatan lagi ke Parangtritis ke Imogiri baru naik.

Karena sakit yang diderita tidak memungkinkan Sang Jenderal berjalan kaki untuk tetap melanjutkan gerilya, Panglima Besar Jenderal Sudirman ditandu oleh para pengikut setianya.

Setelah dari Imogiri naik ke Panggang perjalanan dilanjutkan menuju Palihan Gunungkidul menggunakan dokar.

Berhenti sejenak di sana lalu ke Wonogiri. Di Wonogiri Sudirman berhenti bahkan mendapat gempuran-gempuran dari Belanda yang mempunyai intelijen.

Dari Wonogiri perjalanan dilanjutkan menuju Jawa Timur melalui Ponorogo dan Trenggalek. Pada 24 Desember 1948 sampai di Kediri.

Dari Kediri rombongan menuju Desa Sukarame, karena dirasa tidak aman perjalanan dilanjutkan menuju Desa Karangnongko dan menuju lereng gunung Wilis.

Perjalanan dilanjutkan pada 17 Januari 1949. Saat dalam perjalanan terjadi penggeledahan yang dilakukan Belanda.

Untuk menghindari kontra dengan pasukan Belanda, rombongan masuk hutan Sedayu dan menuju Sawahan.

Selama perjalanan gerilya Jenderal Sudirman memakai nama samaran Bapak Gedhe Abdullah Lelono Putra atau Pakdhe.

Dari nama samaran itu Sudirman lebih leluasa untuk mengundang kurir-kurir yang berkaitan dengan strategi perjuangan gerilya.

Baca Juga: 6 Tokoh Penting dalam Bandung Lautan Api, Beserta Sejarah Singkatnya

Surat-surat yang dibuat Sudirman sangat menentukan strategi perang gerilya terkait serangan umum 1 Maret 1949.

Saat pasukan Sudirman sedang bergerilya, di Yogyakarta dilancarkan serangan umum yang dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949.

Adanya serangan umum ini menunjukkan pada dunia internasional bahwa Indonesia dan kekuatan militernya masih ada.

Dan membuktikan kebohongan Belanda yang menyatakan Republik Indonesia dan TNI telah hancur.

Hal ini yang menyebabkan terpojoknya Belanda dalam percaturan politik dunia hingga terjadi perjanjian Roem-Royen 7 Mei 1949.

Sementara itu pasukan gerilya yang dipimpin Panglima Besar Jenderal Sudirman masih melanjutkan perjalanan hingga menemukan tempat yang dirasa aman yaitu Dukuh Sobo, Desa Pakis, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan.

Pasukan Jendral Sudirman menetap cukup lama di tempat ini pada April-7 Juli 1949.

Sebagai markas Komando digunakan rumah milik Karso Sumito. Dari rumah sederhana inilah Panglima Besar Jenderal Sudirman bersosialisasi dengan masyarakat setempat.

Di desa Sobo ini Sudirman betul-betul selalu bekerjasama dengan masyarakat pedesaan.

Karena Sudirman mengatakan sudah sejak dulu ia tanpa masyarakat atau rakyat tidak akan bisa menumpas penjajah. Gerilya kita ini selalu bersendikan rakyat.

Pada 29 Juni 1949 Yogyakarta telah kembali dan kondisi keamanan sudah kondusif.

Presiden, Wakil presiden dan para pemimpin yang lain tiba di bandara Maguwo dari pengasingan pada 6 Juli 1949.

Saat itu hanya Panglima Besar Jenderal Sudirman yang belum tiba di Yogyakarta.

Jadi misi pendudukan yang pertama di Sobo itu ada tokoh penting yang pada waktu itu meyakinkan Sudirman untuk ke Jogja Kembali ke ibukota Republik, yaitu Rosihan Anwar, wartawan Menur dan Letkol Soeharto.

Di dalam suatu pembicaraan Sudirman mengatakan nanti dulu dan tidak akan cepat-cepat menentukan langkah masuk kota Jogja sebab Belanda itu sangat licik.

Akhirnya pada Juni penjemputan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX beserta stafnya waktu itu yang ada di Jogja untuk menjemput Sudirman di Piyungan.

Sampai di kota Jogja, Panglima Besar Jenderal Sudirman langsung menuju Gedung Agung untuk bertemu Presiden Soekarno dan wakil presiden Mohammad Hatta.

Satu hal penting pada pertemuan Panglima Besar Soedirman dan Presiden Soekarno adalah pernyataan Sudirman waktu itu yaitu mulai hari ini kita tidak boleh dijajah lagi oleh bangsa lain.

Jadi kita harus seratus persen merdeka dan berdaulat penuh.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Baca Juga: Ciri-Ciri Pemerintahan Pada Masa Orde Baru, Beserta Sejarah Singkatnya

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm