Sonora.ID - Berikut adalah paparan mengenai berbagai tipe letusan gunung api yang merupakan materi IPA kelas 5 SD.
Gunung api adalah salah satu bentuk fenomena alam yang menakjubkan dan memiliki potensi bencana yang serius.
Salah satu fenomena yang paling menonjol dari gunung api adalah letusan.
Letusan gunung api dapat bervariasi, mulai dari letusan yang tenang hingga yang sangat meledak.
Fenomena ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti komposisi magma, tekanan, dan aktivitas geologi di bawah permukaan.
Penting untuk memahami tipe-tipe letusan ini agar dapat mengantisipasi dan mengelola risiko yang terkait dengan aktivitas gunung api.
Dalam artikel ini, kita akan memberikan penjelasan yang komprehensif tentang tipe-tipe letusan gunung api, sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kompleksitas alam dan memastikan keamanan dan keselamatan masyarakat di sekitar gunung api.
Maka, untuk tahu lebih jauh, simak paparan mengenai berbagai tipe letusan gunung api sebagaimana yang Sonora kutip dari Kompas.com berikut ini.
Baca Juga: Aktivitas Meningkat, 100 Gempa Gunung Karangetang Guncang Pulau Siau
Tipe Letusan Gunung Api
Letusan tipe hawaii
Letusan tipe hawaii Tipe hawaii terjadi karena lava yang keluar dari kawah sangat cair, sehingga mudah mengalir ke segala arah. Sifat lava yang sangat cair ini menghasilkan bentuk seperti perisai atau tameng.
Contoh: Gunung Maona Loa, Maona Kea, dan Kilauea di Hawaii.
Letusan tipe stromboli
Letusan tipe ini bersifat spesifik, yaitu letusan-letusannya terjadi dengan interval atau tenggang waktu yang hampir sama.
Gunung api stromboli di Kepulauan Lipari tenggang waktu letusannya ± 12 menit. Jadi, setiap ±12 menit terjadi letusan yang memuntahkan material, bom, lapili, dan abu.
Contoh gunung api bertipe stromboli adalah Gunung Vesuvius (Italia), dan Gunung Raung (Jawa).
Letusan tipe vulkano
Baca Juga: Gunung Merapi, Keluarkan Awan Panas Guguran di Awal Tahun 2023
Letusan tipe ini mengeluarkan material padat ,seperti bom, abu, lapili, serta bahan-bahan padat dan cair atau lava. Letusan tipe ini didasarkan atas kekuatan erupsi dan kedalaman dapur magmanya.
Contoh: Gunung Vesuvius dan Etna di Italia, serta Gunung Semeru di Jawa Timur.
Letusan tipe merapi
Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut kawah. Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan memecahkan sumbatan lava.
Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas dan akhirnya terlempar keluar. Material ini menuruni lereng gunung sebagai ladu atau gloedlawine.
Selain itu, terjadi pula awan panas (gloedwolk) atau sering disebut wedhus gembel. Letusan tipe merapi sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya.
Letusan tipe perret atau plinian
Letusan tipe ini sangat berbahaya dan sangat merusak lingkungan. Material yang dilemparkan pada letusan tipe ini mencapai ketinggian sekitar 80 km.
Letusan tipe ini dapat melemparkan kepundan atau membobol puncak gunung, sehingga dinding kawah melorot.
Baca Juga: Penyakit Kanker seperti Fenomena Gunung Es, Sedikit yang Tahu dan Paham
Contoh: Gunung Krakatau yang meletus tahun 1883 dan St. Helens yang meletus pada 18 Mei 1980.
Letusan tipe pelee
Letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan kawah di puncak gunung api yang bentuknya seperti jarum, sehingga menyebabkan tekanan gas menjadi bertambah besar. Apabila penyumbatan kawah tidak kuat, gunung tersebut meletus.
Letusan tipe Sint Vincent
Letusan tipe ini menyebabkan air danau kawah akan tumpah bersama lava. Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan diterjang lahar panas yang sangat berbahaya.
Contoh: Gunung Kelud yang meletus pada 1919 dan Gunung Sint Vincent yang meletus pada 1902.
Demikian paparan mengenai berbagai tipe letusan gunung api sebagaimana di atas. Semoga bermanfaat.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: Apa Yang Menjadi Objek Pengamatan IPA?