Sonora.ID - Sebagai orang Bali, pasti sudah tak asing lagi dengan kalimat 'Eda ngaden awak bisa, depang anake ngadanin.'
Jika diterjemahkan, artinya adalah 'jangan menganggap diri bisa, biar orang lain menilai'.
Kalimat ini adalah bait pertama dan kedua dari lagu berbahasa Bali, termasuk pupuh ginada untuk sekar alit, pengantar tidur anak-anak.
Jika diartikan lebih luas, makna yang terdapat di bait-bait tersebut, bahwa kita tidak boleh arogan/sombong ketika tahu sesuatu, ini sering digunakan oleh masyarakat Bali khususnya, sebagai acuan mereka dalam berperilaku di kehidupan sehari-hari.
Namun, jika hanya dimaknai sebagian saja, nilai dalam dua bait tersebut, bisa berpengaruh kurang baik, misalnya banyak anak-anak yang tak mau menonjolkan dirinya karena takut dikatakan sombong.
Baca Juga: 17 Alat Musik Bali beserta Gambar dan Cara Memainkannya
Dalam masyarakat sering terdengar upacan “kapan majunya (orang Bali) kalau selalu mengaku tidak bisa,” atau “ini sebabnya kita selalu kalah dibanding yang lain, karena tidak pernah mau menonjolkan kemampuan yang dimiliki, meski bisa diandalkan.”
Sekali lagi, kita tidak bisa melihatnya secara sepotong-sepotong.
Lagu ini harus dimaknai secara utuh dari seluruh bait yang ada. Bait lengkapnya adalah sebagai berikut: .
Eda ngaden awak bisa,
Depang anake ngadanin,
Geginane buka nyampat,
Anak sai tumbuh luu
Ilang luu buka katah
Yadin ririh liu nu peplajahan
Terjemahannya : Jangan mengira dirimu sudah pintar Biarlah orang lain yang menilai diri kita/menyebutnya demikian Ibarat sedang menyapu Sampah akan muncul terus menerus Kalau sampah habis, masih banyak debu Biarpun kamu sudah pintar, masih banyak yang harus dipelajari.
Lagu ini terkesan begitu polos, lugu, apa adanya, namun penuh makna. Dari setiap baitnya mengandung makna :
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News