Dalam sosialisasi itu terungkap bahwa aparat hukum, terutama kepolisian kesulitan dalam membuka akses rahasia bank sehingga perkara pidana sektor jasa keuangan yang ditangani kepolisian sering terlambat penyelesaiannya.
Kapolda mengakui kepolisian lambat menyelesaikan perkara di sektor jasa keuangan karena terhambat dalam akses buka rahasia bank dan menghadirkan saksi ahli dari OJK.
Menurut Kapolda, perkara sektor jasa keuangan yang ditangani Polda Sumut sering terhambat penyelesaiannya karena keterlambatan dalam penunjukan saksi ahli dari OJK dimana proses perizinannya harus dari persetujuan OJK Pusat.
Selain itu hambatan lain susahnya membuka akses bank karena menyangkut rahasia bank. Proses akses buka rahasia bank dinilai cukup panjang sehingga penyelesaian perkara juga jadi lambat.
“Kami minta akses buka rahasia bank dipermudah dan penunjukan saksi ahli dari OJK dipercepat,” tegas Kapolda.
Menyikapi ini Deputi Komisioner Hukum dan Penyelidikan OJK Rizal Ramadhani mengatakan untuk penyidikan perkara masalah tentang perbankan yang minta rahasia bank, minimal ada pengajuan dari Kapolda, bukan Kapolres.
"Jadi mohon pengertiannya. Untuk akses buka rahasia bank, permohonannya dikirim ke Departemen Hukum dan Penyidikan OJK,” ucap Rizal.
Sedangkan untuk saksi ahli, ini pengawas dari OJK. Jadi kalau minta saksi ahli biasanya dari sisi waktu harus negosiasi dulu. Pasalnya saksi ahli terkadang juga jadi saksi ahli di daerah lain. Kalau waktunya ada, bisa cepat. Itupun sebenarnya saksi ahli sudah ada diskusi tentang sektor jasa keuangan kepada penegak hukum, namun karena saksi ahli diperlukan dalam BAP maka keberadaannya harus ada.
Rizal menuturkan, sosialisasi ini digelar untuk meningkatkan pemahaman terkait pengawasan sektor jasa keuangan. Ini lantaran banyak terjadi di masyarakat yang berinvestasi ingin dapat untung cepat dan besar tanpa memikirkan risikonya.
“Ini jelas berpotensi terjadinya masalah ke depannya yang ujungnya berupa tindak pidana sektor jasa keuangan. Jadi pilihlah investasi legal yang ada izin dari OJK,” imbaunya.
Rizal mengakui tindak pidana sektor jasa keuangan sangat kompleks, mulai perbankan, asuransi, multi finance dan sebagainya.
“Tinggal bagaimana menyamakan persepsi hukum dengan aparat penegak hukum dalam menangani tindak pidana sektor jasa keuangan,” pungkasnya.
Wakajati Sumut Joko Purwanto menambahkan seiring perkembangan tehnologi, kejahatan terus berkembang. Semakin banyak usaha yang dilakukan oleh bank maka semakin banyak pula masalah yang timbul.
“Kita harus memberikan langkah produktif untuk meminimalisir perkara. Kami harapkan antara penyidik dan jaksa agar dapat bersinergi dalam memutuskan satu perkara sektor jasa keuangan,” tutup Joko.