Kalian mungkin pernah membaca sebuah puisi yang di dalamnya terdapat “bahasa-bahasa” tertentu untuk menggambarkan suatu hal. Hal tersebut adalah majas.
Majas merupakan bahasa kias yang digunakan untuk melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain.
Ada banyak sekali jenis majas, beberapa yang terkenal seperti personifikasi, hiperbola, eufimisme, ironi, retorika, dan sebagainya.
Sebagai contoh, majas personifikasi misalnya seperti “Pena itu menari-nari di atas kertas.” Contoh lainnya majas ironi, misalnya kalimat “Santun sekali perilakunya, berbicara saja harus dengan berteriak.”
Seorang penampil ketika membacakan sebuah puisi pasti tidak dengan datar-datar saja.
Baca Juga: 8 Contoh Puisi Perpisahan Kelas 6 Paling Sedih untuk Teman dan Guru
Agar pembawaannya lebih menakjubkan, tentunya diperlukan irama yang menyesuaikan dengan teks puisinya. Irama adalah alunan bunyi yang teratur dan berulang-ulang.
Irama berfungsi memberi jiwa pada kata-kata dalam sebuah puisi.
Kata-kata dalam puisi memang banyak menggunakan kata konotasi. Kata-kata tersebut merupakan kiasan atau suatu perbandingan.
Misalnya, kata benteng pada lirik kita berdiri bersama mencipta benteng kokoh memiliki makna konotasi, yaitu kekuatan yang diharapkan dapat dibangun oleh bangsa Indonesia.
Lambang adalah sesuatu, seperti gambar, tanda, ataupun kata yang menyatakan maksud tertentu serta dapat dipahami oleh pembaca.
Misalnya, bunga melambangkan keindahan merah melambangkan keberanian, dan lain sebagainya.
Dalam penulisan puisi, terkadang pembuatnya menyelipkan beberapa kata yang bertujuan menimbulkan imajinasi atau khayalan seolah-olah pembaca atau pendengarnya merasakan, mendengar, atau melihat apa yang diungkapkan oleh penulis puisi.
Misal seperti kata bersinar, diterpa kehangatan, dan sebagainya.
Demikian paparan mengenai berbagai unsur pembangun puisi sebagaimana di atas. Semoga bermanfaat.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: 7 Contoh Puisi Tentang Alam Penuh Makna, Bisa Jadi Inspirasi