PKBM Sarbini merupakan salah satu PKBM terbesar di Kabupaten Cianjur yang memberi akses pendidikan mulai tingkat PAUD hingga tingkat SMA (kesetaraan). Saat ini, murid PKBM Sarbini sekitar 600 orang dari siswa usia sekolah dan warga di atas 25 tahun.
Dalam kesempatan yang sama diselenggarakan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara YDKK dan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur sebagai tanda pelaksanaan renovasi bangunan Puskesmas Pacet. Penandatanganan dilakukan oleh Ketua YDKK Gesit Ariayanto dan Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur dr. Yusman Faisal.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur dr. Yusman Faisal mengatakan, bantuan dari YDKK datang pada momen yang tepat. “Bencana gempa datang ketika penyusunan anggaran pemerintah sudah selesai sehingga untuk perbaikan puskesmas yang terdampak gempa harus menunggu anggaran tahun berikutnya,” ujarnya.
YDKK memilih membangun kembali PKBM Yayasan Sarbini mengalami kerusakan akibat gempa sehingga tidak aman untuk digunakan. Bangunan PKBM Yayasan Sarbini yang dibangun kembali oleh YDKK seluas 515 m2. Bangunan tersebut dibangun di atas tanah seluas 2000 m2. Proses pembangunan kembali sekolah PKBM membutuhkan waktu sekitar 150 hari kerja atau 5 bulan. Diperkirakan proses pembangunan diselesaikan pada pertengahan bulan November 2023.
Sementara itu, YDKK memilih merehabilitasi Puskesmas Pacet karena bangunan tersebut mengalami kerusakan akibat gempa dan belum tersentuh bantuan dari Pemerintah. YDKK merehabilitasi 4 unit bangunan yang terdiri dari unit pelayanan, administrasi, poned, dan mushola. Proses pembangunan ini diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 120 hari kerja atau 4 bulan. Diperkirakan proses pembangunan selesai pada Desember 2023.
Gempa bumi yang terjadi di Cianjur Gempa tersebut memakan banyak korban jiwa dan luka serta merusak hampir 100.000 rumah, sekolah, fasilitas kesehatan, dan fasilitas publik lainnya. Beberapa hari setelah gempa, YDKK telah menyalurkan bantuan tanggap darurat berupa bahan logistik untuk dapur umum di beberapa kecamatan yang terdampak gempa. Setelah itu, YDKK melanjutkan dengan program rehabilitasi dan rekontruksi bangunan yang rusak karena gempa.
Donasi untuk bantuan bencana alam alam dan pengentasan kemiskinan dapat disalurkan melalui YDKK dengan rekening BCA 0123021433 a/n Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi narahubung:
Anung Wendyartaka, Manager Eksekutif Yayasan DKK (08164818528)
***
Baca Juga: Smart FM dan FKD Kompas Gramedia Sulut Donasi Buku Bacaan Ke TBM Literasi
Sekilas mengenai Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK)
Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) adalah lembaga filantrofi media yang didirikan oleh Jakob Oetama dan P.K Ojong (founders Kompas Gramedia). DKK bertransformasi menjadi Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas sejak 2011.
Cikal bakal DKK dimulai pada 1966 ketika Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, mengajak media massa memberikan sekaligus mengumpulkan dana dari masyarakat untuk membantu masyarakat miskin. Pemicu lainnya adalah penggalangan dana melalui dompet pembaca Harian Kompas untuk membantu korban banjir di Solo tahun 1966.
Sejak 1982, DKK tidak hanya mengumpulkan dana tetapi juga terjun langsung menyalurkan dana kepada korban bencana letusan Gunung Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat. Kegiatan mengumpulkan dan menyalurkan dana pembaca secara langsung kepada korban bencana selanjutnya menjadi pola kerja standar DKK saat terjun ke berbagai peristiwa bencana yang meliputi bencana alam, bencana akibat konflik, dan bencana kemanusiaan. Pengumpulan dan penyaluran dana terbesar dilakukan ketika terjadi bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatera pada 2004-2005.
Selain terjun ke lokasi-lokasi bencana, DKK juga aktif menyalurkan dana bantuan pembaca untuk menanggulangi masalah kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan. Program-program besarnya antara lain operasi katarak untuk 10.000 warga tidak mampu, pembangunan sarana fisik pendidikan, pembangunan fasilitas sanitasi dan sebagainya.
Awalnya, penggalangan dana DKK melalui Dompet Kemanusiaan Kompas yang berada di bawah naungan Harian Kompas. Para relawannya meliputi wartawan dan karyawan Harian Kompas dari berbagai divisi. Pada perkembangan selanjutnya, penggalangan dana juga dilakukan oleh unit usaha lain di bawah Kompas Gramedia seperti KompasTV, penerbit Gramedia Pustaka Utama, dan Universitas Multimedia Nusantara. Para relawannya kini tidak hanya sebatas karyawan Harian Kompas tetapi juga karyawan-karyawan dari berbagai unit usaha Kompas Gramedia yang tergabung dalam Forum Komunikasi Daerah (FKD).
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.