Di dalam konteks ibadah, bersikap ikhlas adalah menjalankan ibadah dengan penuh rasa ikhlas karena Allah SWT dan bukan karena sikap lainnya.
Jika tidak dilandasi dengan keikhlasan, maka agama yang kita anut saat ini akan menjadi lebih runyam.
Seolah tidak ada efek atau hal yang membekas dari agama itu sendiri.
Banyak orang jadi sibuk dengan urusan dunianya dan tidak menempatkan agama sebagai sesuatu yang utama dalam hidupnya.
Semoga kita dihindarkan dari sikap-sikap seperti itu.
Dengan melakukan ikhlas dalam beragama, maka segala urusan dalam hidup akan menjadi lebih baik, lebih tenang, dan lebih terang, sehingga beragama menjadi lebih mudah.
Sikap ikhlas ini sangat penting untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini karena segala amalan yang tidak disadari dengan sikap ikhlas, maka tidak akan sah di mata Allah SWT.
Semakin ikhlas seseorang dalam melakukan amal kebaikan, maka akan semakin besar juga balasan yang diterima oleh kita dan amalan itu pun akan semakin bernilai di mata Allah SWT.
Sekian ceramah singkat tentang ikhlas ini, semoga berguna dan bermanfaat untuk kita semua."
4. Ceramah Singkat tentang Ikhlas IV
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hadirin rohimakumulloh,
Puji dan Syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta berkah-Nya kepada kita, umat Islam. Shalawat dan salam kita curah limpahkan kepada junjunan alam Nabi Muhammad saw., keluarganya, sahabatnya, dan semua pengikutnya.
Hadirin rohimakumulloh,
Syarat diterimanya ibadah adalah rasa ikhlas sebagaimana firman Allah Swt:
وَلَـقَدۡ اُوۡحِىَ اِلَيۡكَ وَاِلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِكَۚ لَٮِٕنۡ اَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوۡنَنَّ مِنَ الۡخٰسِرِيۡنَ
Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az-Zumar: 65).
Dengan ikhlas kita tidak akan tersesat ke jalan yang tidak diridhoi Allah, tidak akan menjadi orang yang riya’ atau sombong, karena sombong itu merupakan sifatnya setan. Syaitan berkata:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأرْضِ وَلأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (٣٩) إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (٤٠)
“Ya Tuhanku, oleh karena Engkau telah menetapkanku sesat, sungguh akan kuusahakan agar anak manusia memandang indah segala yang tampak di bumi dan aku akan sesatkan mereka semua. Kecuali hamba-hambaMu dari antara mereka yang ikhlas. (QS.Al-Hijr: 39-40).
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi, jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil.
Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya’ akan menyebabkan amal tidak nikmat.
Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa. Tetapi banyak dari kita yang beribadah tidak berlandaskan rasa ikhlas kepada Allah Swt., melainkan dengan sikap riya’ atau sombong supaya mendapat pujian dari orang lain. Hal inilah yang dapat menyebabkan ibadah kita tidak diterima oleh Allah Swt.
Hadirin rohimakumulloh.
Menurut bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih dari kotoran. Sedangkan menurut istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain.
Oleh karena itu, bagi seorang muslim sejati makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, kemajuan atau kemunduran.
Dengan demikian, muslim tersebut menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan.
Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dan yang berkarakter seperti itulah yang mempunyai semboyan “Allahu Ghayaatunaa”, yang artinya Allah adalah tujuan kami, dalam segala aktivitas dalam mengisi kehidupan.
Hadirin rohimakumulloh.