Sonora.ID - Berikut adalah penjelasan mengenai unggah-ungguh bahasa Jawa yang penting dipelajari untuk membentuk kesopanan.
Unggah-ungguh dalam Bahasa Jawa merujuk pada tingkatan atau bahasa baku yang digunakan dalam berkomunikasi.
Bahasa Jawa memiliki tiga tingkatan penggunaan, yaitu bahasa Jawa netral, ngoko, dan krama.
Ketiga tingkatan ini menunjukkan tingkat kesopanan dan hubungan sosial antara penutur dengan lawan bicaranya.
Di dalam artikel ini, kita akan membahas lebih jauh tentang penggunaan ketiga tingkatan bahasa dalam konteks unggah-ungguh bahasa Jawa.
Adapun secara sederhana, penggunaan bahasa ngoko biasanya digunakan dalam percakapan santai dengan teman sebaya atau orang yang lebih muda usianya.
Sementara itu, krama digunakan dalam situasi formal atau ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau berstatus lebih tinggi.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, memahami unggah-ungguh dalam Bahasa Jawa akan membantu pembaca berkomunikasi dengan lebih sopan, sesuai dengan konteks dan lawan bicara.
Baca Juga: 60 Ucapan Sungkem Lebaran kepada Orang Tua dalam Bahasa Jawa Krama
Selain itu, dengan memahami unggah-ungguh dalam Bahasa Jawa, pembaca diharap dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan berbagai kalangan masyarakat.
Maka, untuk tahu lebih jauh, simak penjelasan mengenai unggah-ungguh bahasa Jawa sebagaimana yang Sonora kutip dari Kompas.com berikut ini.
Unggah-ungguh Bahasa Jawa
Bahasa Jawa Netral
Bahasa Jawa Netral adalah jenis pemilihan kata yang bisa digunakan untuk semua kalangan.
Kosakata netral ini tidak memiliki makna kasar maupun halus, dan bisa digunakan baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Contoh kosakata netral antara lain ayu, bagus, sapu, dan lain sebagainya.
Bahasa Jawa Ngoko
Bahasa Jawa Ngoko adalah jenis pemilihan kata yang digunakan ketika berbicara dengan seseorang yang sudah akrab, kepada orang yang lebih muda, atau orang dengan derajat yang lebih rendah.
Baca Juga: 33 Ucapan Hari Raya Idul Fitri 2023 Bahasa Jawa, Sopan untuk Orang Tua
Dalam penggunaannya, bahasa Ngoko masih dibagi menjadi bahasa ngoko lugu dan alus. Bahasa Ngoko lugu biasanya menggunakan campuran bahasa Jawa netral dan Ngoko.
Contoh penggunaan bahasa Ngoko lugu dalam kalimat yaitu:
- Dimas mulih kerja jam sewelas mbengi.
- Adik uwis maem apa urung?
Sementara pada Ngoko alus menggunakan campuran bahasa Jawa netral dan krama alus sebagai tanda adanya rasa menghormati meski keduanya setara.
Contoh penggunaan bahasa Ngoko alus dalam kalimat yaitu:
- Bambang apa wis kondur?
- Riyan sesut sida tindakan nopo ora, Le?
Bahasa Jawa Krama
Bahasa Jawa Krama adalah jenis pemilihan kata yang digunakan ketika berbicara dengan seseorang yang lebih tua, memiliki kedudukan lebih tinggi atau belum dikenal sehingga menimbulkan rasa sungkan.
Dalam penggunaannya, bahasa Krama masih dibagi menjadi bahasa Krama lugu dan alus.
Baca Juga: 15 Contoh Tembung Camboran Wutuh pada Bahasa Jawa
Bahasa Krama lugu menggunakan campuran bahasa Jawa netral dan Krama madya yang merupakan tingkatan bahasa yang sopan namun paling rendah.
Contoh penggunaan bahasa Krama lugu dalam kalimat yaitu:
- Mas Joko, meniko Dik Siti sampun wangsul.
- Mbak Wasis nopo bade mbekta rambutan?
Sementara Bahasa Krama alus menggunakan campuran bahasa Jawa netral dan Krama inggil dan merupakan tingkatan bahasa yang paling sopan.
Contoh penggunaan bahasa Krama alus dalam kalimat yaitu:
- Bu Dewi taken menopo Mbak Rika siyos mundhut agemanipun?
- Pak Bejo ngendika menawi mangke ndalu saget rawuh dateng dalemipun Pak RT.
Demikian paparan mengenai unggah-ungguh bahasa Jawa sebagaimana di atas. Semoga bermanfaat.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: 20 Ucapan 1 Suro 2023 dalam Bahasa Jawa Penuh Harapan dan Doa