2. Stres Kronis
Berbeda dengan stres akut, stres kronis terjadi dalam jangka waktu panjang dan berlangsung terus-menerus.
dr. Santi memberi contoh seperti berada dalam situasi keuangan yang buruk atau mengalami ketidakbahagiaan dalam pernikahan.
"Misalnya berada dalam keadaan situasi keuangan yang buruk, enggak punya pekerjaan, atau mungkin berada dalam situasi pernikahan yang tidak baik," katanya.
Kondisi stres ini berlangsung terus-menerus dan dapat berdampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan seseorang karena tidak terpecahkan dalam waktu singkat.
Baca Juga: Ini 7 Manfaat Jamur Bagi Kesehatan, Baik untuk Kesehatan Jantung!
3. Stres Episodik Akut
Stres episodik akut terjadi dalam jangka waktu yang singkat, namun berulang-ulang dalam periode tertentu.
"Kalau stres episodik akut (adalah stres) yang tiba-tiba, jangka waktunya singkat, tapi berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu," ujar dr. Santi.
Misalnya, seseorang yang memiliki deadline pekerjaan setiap hari Senin akan merasa stres setiap kali deadline mendekat.
Stres ini mungkin berulang secara berkala dan menyebabkan ketegangan yang terjadi berulang kali dalam periode tertentu.
Dari ketiga jenis stres tersebut, dr. Santi mengingatkan bahwa stres episodik akut dan stres kronis adalah stres yang dapat menjadi sesuatu yang berbahaya.
Hal tersebut dikarenakan respons tubuh terhadap stres tersebut cenderung berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Baca Juga: 6 Penyebab Cedera Olahraga yang Sering Terjadi, Salah Satunya Kurang Pemanasan
"Yang berbahaya itu yang episodik akut dan kronis, (karena) respon tubuhnya itu menetap," jelas dr. Santi.
Ketika seseorang mengalami stres dalam bentuk kronis atau episodik akut, respons stres tersebut tidak segera mereda setelah situasi pemicunya hilang.
Dalam kondisi stres ini, seseorang mungkin merasa seperti dalam situasi berburu dan diburu secara terus-menerus, yang dapat memberikan tekanan ekstra pada tubuh dan pikiran.