Ilustrasi contoh dan cara menghitung biaya overhead pabrik. (
)
Di dalam artikel ini, Sonora akan menghadirkan beberapa contoh biaya overhead pabrik dan cara menghitungnya guna memberikan wawasan lebih lanjut tentang aspek penting dalam proses produksi yang efektif dan efisien.
Maka, untuk tahu lebih jauh, simak paparan mengenai contoh dan cara menghitung biaya overhead pabrik sebagaimana yang Sonora kutip dari Spenmo.id berikut ini.
Contoh Biaya Overhead Pabrik
Contoh kelompok biaya overhead pabrik berdasarkan sifatnya antara lain:
Biaya bahan penolong: biaya yang merupakan bagian dari pembuatan produk tapi jumlahnya terlalu kecil atau terlalu rumit bila dikategorikan sebagai bahan baku, contohnya dempul dan paku dalam industri mebel.
Biaya pemeliharaan dan reparasi: misalnya biaya perbaikan mesin pabrik yang rusak dan perawatan peralatan pabrik.
Biaya tenaga kerja tidak langsung: antara lain upah pegawai bagian gudang, upah staf kebersihan, mandor, dan pegawai bagian administrasi
Biaya penyusutan aktiva tetap: contohnya biaya penyusutan atau depresiasi gedung pabrik, mesin, kendaraan, serta peralatan lain yang dipakai dalam produksi.
Biaya muncul seiring dengan berlalunya waktu: di antaranya asuransi gedung pabrik, mesin, kendaraan, serta pegawai.
Biaya yang muncul lantaran penggunaan jasa pihak lain: antara lain biaya listrik, biaya vendor untuk servis mesin,
Berdasarkan perilaku biaya ini dalam kaitan dengan perubahan volume kegiatan, terdapat:
Biaya overhead pabrik tetap: biaya overhead yang mesti dikeluarkan setiap periode terlepas dari volume penjualan apakah naik, turun, atau tak berubah. Contohnya biaya sewa gedung pabrik, penyusutan aset tetap, dan asuransi.
Biaya overhead pabrik variabel: biaya overhead yang berubah dari satu periode ke periode lain sesuai dengan aktivitas perusahaan. Contohnya biaya promosi produk, telepon, dan perlengkapan kantor.
Biaya overhead pabrik semi-variabel: biaya overhead yang bisa berubah tapi juga bisa tetap, tergantung kegiatan perusahaan dalam periode tertentu. Contohnya biaya listrik, air, dan tinta printer.
Menurut hubungan dengan departemen usaha, biaya overhead terbagi menjadi:
Biaya langsung departemen: biaya yang muncul di departemen tertentu dan cuma departemen itu yang mendapat manfaatnya. Misalnya biaya bahan penolong, penyusutan mesin, dan mandor departemen produksi.
Biaya tidak langsung departemen: biaya yang manfaatnya didapatkan tidak hanya oleh satu departemen. Misalnya biaya penyusutan, asuransi, dan perawatan gedung pabrik jika ada beberapa departemen yang menggunakannya.
Cara Menghitung Biaya Overhead Pabrik
Untuk menentukan tarif biaya overhead manufaktur, Anda harus lebih dulu menghitung biaya overhead pabrik. Ini adalah persentase yang harus Anda bayar untuk overhead secara konsisten setiap bulan. Rumusnya adalah tarif overhead manufaktur = biaya overhead/penjualan x 100
Sebagai contoh, PT Maju Bersama memiliki biaya overhead bulanan Rp 100.000.000 dan penjualan bulanan Rp 500.000.000. Maka tarif overhead pabriknya:
Biaya overhead = 100.000.000/500.000.000 x 100 = 20%
Dengan demikian, tersirat bahwa 20% dari pendapatan bulanan akan menjadi biaya overhead. Jika tarif overhead manufaktur rendah, ini menunjukkan bahwa bisnis tersebut memanfaatkan asetnya secara produktif. Dalam kasus lain, rasio yang lebih tinggi menunjukkan proses produksi yang lambat.
Biaya overhead pabrik juga bisa dihitung dengan satuan produk, harga bahan pokok, tenaga kerja tidak langsung, dan jam kerja mesin. Rumus untuk tiap metode tersebut:
Per satuan produk = anggaran biaya overhead pabrik/taksiran jumlah produk
Harga bahan pokok = (taksiran biaya overhead pabrik/bahan baku yang terpakai) x 100%
Tenaga kerja = (taksiran biaya overhead pabrik/biaya tenaga kerja langsung) x 100%
Jam kerja mesin = (taksiran biaya overhead pabrik/jam kerja mesin)
Demikian paparan mengenai contoh dan cara menghitung biaya overhead pabrik sebagaimana di atas. Semoga bermanfaat.