Sonora.ID - Berikut adalah paparan lengkap mengenai sejarah pemberontakan Republik Maluku Selatan.
Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) adalah salah satu babak penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Pada periode awal kemerdekaan, RMS merupakan gerakan separatis yang berusaha memisahkan diri dari Republik Indonesia.
Pemberontakan ini berpusat di wilayah Maluku Selatan, khususnya di pulau Ambon.
RMS bermula pada tahun 1950 ketika sekelompok penduduk Maluku Selatan menyatakan diri sebagai negara berdaulat yang terpisah dari Indonesia.
Mereka menolak menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan membentuk pemerintahan sendiri di bawah bendera Republik Maluku Selatan.
Pemberontakan ini mencapai puncaknya pada tahun 1950-1951, dengan beberapa bentrokan dan pertempuran melawan pihak Indonesia yang mencoba memulihkan kedaulatan di wilayah tersebut.
Pada tahun 1954, pemberontakan RMS akhirnya berhasil diredam oleh pemerintah Indonesia, dan wilayah Maluku Selatan kembali menjadi bagian integral dari Indonesia.
Baca Juga: 5 Kerajaan Budha di Indonesia, Lengkap dengan Peninggalan Sejarahnya
Meskipun demikian, jejak sejarah pemberontakan ini tetap menjadi bagian penting dari warisan sejarah Indonesia, mengingat betapa kompleksnya dinamika politik dan sosial di masa awal kemerdekaan.
Adapun di dalam artikel ini, untuk menambah pengetahuan pembaca, Sonora hendak membahas lebih detail mengenai sejarah pemberontakan RMS itu sendiri.
Lewat artikel ini, pembaca diharap dapat memahami latar belakang, perkembangan, serta akibat dari pemberontakan RMS yang menjadi salah satu episod bersejarah dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Maka, untuk tahu lebih jauh, simak paparan mengenai sejarah pemberontakan Republik Maluku Selatan sebagaimana yang Sonora kutip dari Kompas.com berikut ini.
Sejarah Pemberontakan Republik Maluku Selatan
Penyebab utama munculnya Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) adalah pemerataan jatah pembangunan daerah yang dirasakan sangat kecil, dan tidak sebanding dengan Jawa.
Pemberontakan ini kemudian dapat diatasi melalui ekspedisi militer yang dipimpin Kolonel A.E. Kawilarang, Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur.
Sebelum RMS diproklamasikan, propaganda untuk memisahkan wilayah Maluku dari Indonesia, telah dilakukan oleh Gubernur Sembilan Serangkai.
Hal utama yang melatarbelakangi pemberontakan ini ialah keinginan untuk mempertahankan NIT (Negara Indonesia Timur) sebagai negara federasi.
Baca Juga: Peninggalan Kerajaan Demak yang Masih Bertahan hingga Sekarang
Terbentuknya Republik Maluku Selatan (RMS)
Adapun tujuan utama Christian Robert Steven Soumokil adalah memisahkan Maluku Selatan (Ambon, Buru, dan Seram) dari NKRI.
Ia melancarkan berbagai propaganda untuk menambah pengikut, termasuk beberapa daerah di Maluku Tengah.
Menjelang proklamasi RMS, Soumokil berhasil mengumpulkan pasukan dari masyarakat yang di wilayah Maluku Tengah.
Ancaman juga berlaku bagi penduduk yang mendukung NKRI. Mereka akan dimasukkan ke penjara karena dukungannya tersebut.
Pada 25 April 1950, proklamasi RMS didengungkan, dan beberapa jajaran pemerintahan seperti presiden dan para menteri telah dipilih.
Susunan pemerintahan RMS meliputi:
- J.H. Manuhutu sebagai Presiden
- Albert Wairisal sebagai Perdana Menteri
Menterinya:
Baca Juga: Ciri Perlawanan Bangsa Indonesia Abad 19 yang Masih Kedaerahan
- Christian Robert Steven Soumokil
- D.J. Gasperz
- J. Toule
- S.J.H. Norimarna
- J.B. Pattiradjawane
- P.W. Lokollo
- H.F. Pieter
- A. Nanlohy
- Manusama
- Z. Pesuwarissa.
Kemudian pada 27 April 1950, Dr. J. P. Nikijuluw ditunjuk sebagai Wakil Presiden RMS untuk daerah luar negeri, dan berkedudukan di Den Haag, Belanda.
Posisi presiden pada akhirnya diduduki oleh Soumokil pada 3 Mei 1950, dan pada 9 Mei dibentuklah Angkatan Perang RMS (APRMS) dengan Sersan Mayor KNIL D.J Samson sebagai panglima tertinggi.
Penumpasan Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Menanggapi hal ini, Pemerintah mengutus Dr. J. Leimena untuk menyampaikan permintaan berdamai kepada RMS, agar tetap bergabung dengan NKRI.
Namun, hal tersebut ditolak sehingga membuat NKRI terpaksa mengerahkan kekuatan militer. Pertempuran antarkedua belah pihak pun pecah.
Pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) mampu menekan pasukan RMS dengan menduduki Ambon pada November 1950.
Sayangnya, ketika hendak merebut Benteng Nieuw Victoria dari tangan RMS, Letnan Kolonel Slamet Riyadi gugur.
Perjuangan pasukan ini masih berlanjut di Pulau Seram sampai 1962.
Akhirnya pada 12 Desember 1963, Soumokil ditangkap dan dihadapkan pada Mahkamah Militer Luar Biasa di Jakarta, untuk dijatuhi hukuman mati.
Demikian paparan mengenai sejarah pemberontakan Republik Maluku Selatan sebagaimana di atas. Semoga bermanfaat.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: Siapa Saja Anggota BPUPKI yang Mengusulkan Rumusan Dasar Negara? Ini Jawaban Lengkapnya!