2 Contoh Literature Review yang Benar dan Cara Membuatnya

31 Juli 2023 17:30 WIB
Contoh literature review dan cara membuatnya.
Contoh literature review dan cara membuatnya. ( pixabay)

Sonora.ID - Apa yang dimaksud dengan literature review itu? Mengutip dari buku Metodologi Riset Bidang Sistem Informasi dan Komputer, literature review adalah proses membaca, menganalisis, mengevaluasi, dan meringkas bahan ilmiah tentang topik tertentu.

Literature review ini bukan sekadar katalog kronologis dari semua sumber yang ada, tetapi merupakan sebuah evaluasi.

Dengan menyimpulkan atau mencari benang merahnya dari penelitian-penelitian sebelumnya dan menjelaskan bagaimana hubungan dengan penelitian yang akan diusulkan.

Tujuan mereview literatur adalah sebagai berikut.

  • Mencari tahu informasi apa yang sudah ada di bidang penelitian Anda.
  • Mencari tahu orang lain yang bekerja di bidang penelitian Anda.
  • Mengidentifikasi pekerjaan seminimal di penelitian Anda.
  • Mengidentifikasi ide-ide utama, teori, kesimpulan, dan menetapkan persamaan serta perbedaannya.
  • Menyediakan context pada penelitian Anda.
  • Menunjukan hubungan antara studi dan teori sebelumnya.
  • Mengidentifikasi kesenjangan dalam literatur.
  • Mengidentifikasi metodologi utama dan teknik penelitiannya.

Baca Juga: 3 Contoh Proposal 17 Agustus HUT ke-78 Tahun RI yang Sesuai Tema

Cara Membuatnya

Proses dalam mereview literatur memiliki beberapa cara, langkah atau tahapan yang harus dilalui, yakni sebagai berikut.

(1) Menentukan topik.

(2) Mencari literatur.

(3) Mengembangkan argumen.

(4) Survey literatur.

(5) Mengkritisi literatur.

(6) Menulis hasil review.

Contoh Literature Review

Berikut ini pun kami sajikan kumpulan contoh literature review yang benar dan singkat, dikutip dari berbagai sumber.

Contoh 1

Silvera dan Austad (2003) dalam artikelnya yang berjudul Factors Predicting the Effectiveness of Celebrity Endorsement Advertisement, menjelaskan tentang pendapat konsumen mengenai kesukaan endorser dengan produk yang didukung dan mengembangkan model tentang karakteristik endorser dengan hubungannya dalam memprediksi sikap konsumen terhadap produk yang didukung. 

Tujuan dari penelitian mereka adalah untuk menguji faktor yang mempengaruhi keefektifan celebrity endorsement yang terdiri dari atribut seperti credibility, attractiveness dan power dalam periklanan serta mengembangkan model yang dapat memprediksikan keefektifan celebrity endorsement.

Asosiasi yang positif antara selebriti dengan produk dalam iklan dapat mempengaruhi minat konsumen pada produk secara efektif.

Perusahaan pembuat iklan dapat menciptakan asosiasi antara endorser dengan produknya sehingga citra yang baik dari endorser dapat mempengaruhi secara positif produk yang diiklankan. 

Selebriti memiliki karisma yang dapat mempengaruhi konsumen karena status mereka sebagai role model. 

Hasil penelitian mereka mengindikasikan bahwa sikap konsumen terhadap produk dapat diprediksi melalui pendapat konsumen tentang karakteristik endorser dan kesukaan endorser terhadap produk. 

Penelitian ini menganjurkan agar pembuat iklan sebaiknya tidak hanya memilih endorser yang cocok dengan produk, tetapi juga memilih endorser yang ahli yang dapat memberikan penjelasan yang baik tentang produk yang didukung. 

Penelitian Silvera dan Austad tersebut memiliki hubungan dengan penelitian penulis karena membahas mengenai atribut yang dimiliki endorser untuk mempengaruhi keefektifan iklan.

Contoh 2

Penulis Jurnal

Diah Handayani,1 Nirwan Arief,1 Boedi Swidarmoko,1 Pudjo Astowo,1 Muhammad Sopiyudin Dahlan

Judul Jurnal

Sistem Skor Acute Physiology And Chronic Health Evaluation (Apache) II Sebagai Prediksi Mortalitas Pasien Rawat Instalasi Perawatan Intensif

Halaman Jurnal

36 - 45

Teori

Sebagian besar pasien adalah jenis laki-laki (67,7%) sama dengan penelitian  penelitian skor APACHE III terhadap terhadap pasien IPI RS Persahabatan.

Pada penelitian ini jumlah kasus pascabedah yang memiliki umur lebih rendah cukup banyak sehingga rerata umur lebih rendah dari data penelitian lain yang memisahkan ruang IPI nonbedah dan bedah.

Penelitian ini menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,000) antara mortalitas pada kasus pascabedah t mortalitas pada kasus pascabedah toraks (7,2%) dan oraks (7,2%) dan nonbedah, (50%) nonbedah, (50%) hasil yang sama didapatkan pada penelitian Wiweka dkk.

12 (mortalitas kasus pascabedah toraks 8,3% dan nonbedah 33,3%) yang menunjukan risiko pasien nonbedah mati empat kali dibandingkan kasus pascabedah toraks. Skor APACHE II dan rerata umur antara kedua kelompok kasus juga menunjukkan perbedaan bermakna sehingga menunjukkan derajat penyakit saat masuk pasien nonbedah lebih berat dengan rerata umur yang lebih tua. 

Tingkat mortalitas pasien  pasien pneumonia pneumonia di IPI memang tinggi tetapi penelitian penelitian ini mortalitasnya jauh lebih tinggi, mungkin disebabkan pasien pneumonia yang menjala  pneumonia yang menjalani perawatan ni perawatan di IPI RS Persahabatan datang dalam keadaan cenderung sepsis dan rerata skor APACHE II pasien pneumonia  pneumonia pada penelitian penelitian ini 26,05 yang menunjukkan menunjukkan derajat derajat penyakit  penyakit berat dengan gagal multiorgan multiorgan (multiple (multiple organ failure). 

Berbagai faktor berhubungan dengan mortalitas di antaranya umur, jenis kuman, komorbid, gagal komorbid, gagal multiorgan yang cenderung terjadinya sepsis, pemakaian ventilasi mekanis, derajat penyakit (APS, SAPS II, APACHE II), dan terapi yang tidak adekuat. 

Penelitian menunjukkan penggunaan  penggunaan ventilasi ventilasi mekanis mekanis non invasif invasif memberikan memberikan hasil lebih baik dibandingkan dibandingkan ventilasi ventilasi mekanis mekanis invasif invasif pada pasien PPOK sehingga seringkali pasien PPOK tidak mendapatkan bantuan ventilasi mekanis invasif sedangkan fasilitas ventilasi mekanis

noninvasif di IPI RS Persahabatan terbatas. 

Diagnosis asma hanya 7 pasien  pasien (6,3%) tetapi mortalitasnya mortalitasnya mencapai mencapai 71,4% sangat tinggi dibandingkan penelitian Afessa dkk.14 menunjukkan mortalitas pasien status asmatikus asmatikus sebesar sebesar 12%, yang berhubungan berhubungan dengan tingginya PaCO2 dan skor APACHE II. (Diah Handayani ndayani, 2006)

Metode

Pengambilan data retrospektif dilakukan melihat catatan rekam medik pasien yang dirawat  pasien yang dirawat IPI RS Persahabatan IPI RS Persahabatan sejak Juli sejak Juli 2003 sampai Juni 2003 sampai Juni 2006 sedangkan data prospektif dilakukan secara consecutive sampling sejak Agustus –  November 2006

Subjek:

Populasi pasien rawat IPI RS Persahabatan dengan diagnosis penyakit  penyakit paru, gangguan gangguan respirasi, respirasi, dan penyakit penyakit rongga toraks lainnya serta pascabedah toraks. 

Kriteria inklusi adalah umur > 16 tahun, penyakit dasar paru, dan gangguan res pirasi, serta penyakit rongga toraks lainnya, pasien pascabedah toraks, dan bersedia mengikuti penelitian ini untuk data prospektif. 

Kriteria eksklusi meliputi pascabedah jantung dan pembuluh darah, luka bakar, infark miokard akut, dan data rekam medik tidak lengkap atau hilang untuk data retrospektif (Diah Handayani, 2006)

Bahan dan cara :

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data rekam medis mencakup data pemeriksaan fisik oleh dokter dan data consecutive sampling yang terdapat pada rekam medis di RS Persahabatan (Diah Handayani, 2006)

Cara kerja :

Analisis dilakukan secara bertahap, meliputi Analisis deskriptif, analisis bivariat, penentuan tingkat diskriminasi sistem skor APACHE II, menentukan cut off point, sensitivitas dan spesifisitas, dan menentukan tingkat kalibrasi skor APACHE II (Diah Handayani, 2006)

Hasil Penelitian

Hasil penelitian analisis Rerata skor APACHE II tertinggi pada pasien  pasien pneumonia pneumonia dengan skor 26,05 diikuti diikuti suspek flu burung dan asma akut dengan rerata skor APACHE II 24 sedangkan pasien dengan diagnosis tuberkulosis (TB) dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) eksaserbasi memiliki rerata skor APACHE II 21.

Rerata skor APACHE II pada kelompok kasus pascabedah tertinggi adalah 9,5 pada jenis tindakan segmentektomi selanjutnya debulking dan sternotomi. 

Berdasarkan outcome atau hasil akhir pasien keluar rumah sakit menunjukkan jumlah pasien yang meninggal sebanyak 64 (27,2%) dan yang bertahan hidup sebanyak 171 (72,8%).

Berdasarkan diagnosis masuk IPI data keseluruhan menunjukkan rerata skor APACHE II pada kasus pascabedah toraks lebih rendah daripada kasus nonbedah(Diah Handayani, 2006)

Demikianlah paparan mengenai kumpulan contoh literature review yang baik dan benar sebagai bahan referensi untuk Anda.

Baca Juga: 15 Contoh Kata Pengantar Makalah yang Benar Sesuai dengan Strukturnya

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm