4. Kerusakan kulit pucuk daun pada tanaman menjadi bioindikator infestasi hama yang mungkin memerlukan tindakan pengendalian.
5. Penurunan jumlah serangga penyerbuk dapat menjadi bioindikator terjadinya penurunan biodiversitas di suatu daerah.
6. Peningkatan populasi krustasea tertentu di laut menjadi bioindikator perubahan iklim dan suhu perairan.
7. Kehadiran lumut dan ganggang pada permukaan batu di sungai menjadi bioindikator kebersihan air sungai tersebut.
8. Serangga dan burung yang hidup di kawasan hutan dapat digunakan sebagai bioindikator kelestarian hutan.
9. Tingkat kekeruhan air pada kolam ikan dapat dianalisis menggunakan ikan koi sebagai bioindikator.
Baca Juga: 20 Contoh Ngoko Alus dan Ngoko Lugu dalam Bahasa Jawa
10. Sebaran tanaman epifit pada pohon dapat digunakan sebagai bioindikator kelembaban udara di lingkungan tersebut.
11. Tingkat keasaman tanah dapat diukur menggunakan jenis lumbricus rubellus sebagai bioindikator.