Apakah setelah pidato kemerdekaan 78 tahun lalu, kita sudah sepenuhnya merdeka? Secara fisik memang kita sudah merdeka dan diakui sebagai sebuah negara berdaulat. Namun, ada hal lain yang wajib kita pahami bahwa penjajahan sekarang ini lebih mengarah kepada mental. Globalisasi membuat segala hal cepat berubah dan tak disangka.
Hal ini mengancam kedaulatan negara. Kedaulatan negara, saat ini terancam bukan dengan perang senjata, tetapi oleh perang ide, gagasan, dan produk. Beberapa waktu lalu kita sudah melaksanakan pesta demokrasi pemilu langsung. Namun, pemilu seolah menjadi perang antarkubu pendukung pasangan calon. Berita hoax, hujatan, dan kebencian merajalela di media sosial sehingga merusakan tatanan persatuan dan kesatuan bangsa.
Pertemanan yang tadinya damai, kini menjadi hancur hanya karena berbeda pilihan. Kebencian mendalam seolah menjadi senjata andalan dalam rangka merusak negara ini dari dalam.
Hadirin yang saya hormati,
Dulu Soekarno pernah berpesan, "Perjuangan kami lebih mudah karena hanya mengusir penjajah, tapi perjuanganmu lebih sulit karena akan melawan bangsa sendiri". Terbukti hal tersebut benar adanya.
Kini, bibit perpecahan terlihat dari berbagai sudut kehidupan terlebih media sosial yang tidak terkendali. Akan tetapi, kita sebagai bangsa telah terbukti tidak akan melampaui batas dalam hal perpecahan. Perbedaan tidak akan menghancurkan bangsa ini, justru akan menguatkan. Kesadaran sejarah yang membuat negara ini tidak akan pernah melampaui batas dan hancur. Semangat jiwa patriot dan akan terus tertanam dalam segenap raga penduduk Indonesia.
Hadirin yang saya hormati,
Mari kita lupakan dan kubur kebencian yang masih tersisa dari diri kita. Saatnya kita kembali merajut asa membangun negeri ini dengan karya-karya terbaik. Dengan karya-karya terbaik tersebut, negara ini akan tetap tegak berdiri dan disegani di dunia. Mari kita jalin kembali tali persaudaraan yang putus karena perbedaan pilihan. Bangsa ini tidak bisa kuat jika tidak ada kesatuan yang kukuh.
Pada peringatan Hari Ulang Tahun Ke-77 Republik Indonesia ini mari kita curahkan hati dan pikiran dengan niat untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia. Indonesia menanti karya-karya terbaik hasil manusia-manusia terbaik.
Demikianlah pidato singkat pada peringatan Hari Ulang Tahun Ke-78 Republik Indonesia, semoga NKRI tetap tegak, jaya, maju, dan abadi sampai dunia ini berakhir.
Wassalamualaikum wr, wb.
4. Pidato Kemerdekaan 17 Agustus IV
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, pertama-tama marilah kita panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, kita dapat mengikuti kegiatan berpidato dalam rangka memperingati HUT RI ke-78 dalam keadaan sehat walafiat aamiin aamiin aamiin ya rabbal alamin.
Para hadirin sekalian, hari ini merupakan momen yang sangat penting bagi kita. Indonesia berhasil merdeka berkat jasa para pahlawan yang tidak gentar melawan penjajah dari bumi pertiwi tercinta.
Oleh karena itu, patutlah kita berterima kasih, mengenang, serta mendoakan para pahlawan kemerdekaan pada momen HUT RI ke-78 ini.
Kita tidak boleh sedikitpun melupakan sejarah bangsa Indonesia dan jasa para pahlawan. Ingat pesan Presiden Soekarno yaitu "Jas Merah" atau "Jangan sekali-kali melupakan sejarah".
Para hadirin sekalian yang saya hormati, jika kita mengenang perjuangan para pahlawan muda disaat merebut kemerdekaan bangsa ini, maka sudah jelas terlintas di benak kita, bahwa semangat persatuan mereka bagaikan api yang membara begitu hebatnya menyatu pada jiwa dan raga.
Kita harus menanamkan dan meneladani sikap nasionalisme serta patriotisme dari pahlawan kemerdekaan, bisa dengan cara melestarikan kekayaan Indonesia agar tidak tenggelam dalam perkembangan zaman saat ini.
Terutama untuk para pemuda dan pemudi yang menjadi penerus bangsa Indonesia, harus mampu mempertahankan dasar negara agar dapat mensejahterakan masyarakat bangsa dan menjaga keutuhannya sebagai bukti bakti kepada pertiwi.
Para hadirin sekalian, perlu diingat setiap saat bahwa Bhinneka Tunggal Ika semboyan negara kita yang akan selalu menjadi panutan generasi penerus bangsa.
Kiranya cukup sekian pidato kemerdekaan HUT RI ke-78 tentang nasionalisme kali ini. Jika ada salah kata, saya meminta maaf.
Semoga semangat kita dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa akan selalu diberkahi rahmat Allah SWT.
Merdeka!
Merdeka!
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
5. Pidato Kemerdekaan 17 Agustus V
Baca Juga: 3 Contoh Surat Permohonan Bantuan Dana 17 Agustus untuk Karang Taruna
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bapak/Ibu perangkat desa serta para tamu undangan yang saya hormati dan seluruh warga (nama lokasi/daerah/desa) yang saya kasihi. Di siang hari ini, mari sama-sama kita memanjatkan puji dan syukur sebab atas izin Allah SWT, kita masih diberi kekuatan, kesehatan dan kesempatan untuk menghadiri acara perayaan kemerdekaan 17 Agustus Republik Indonesia.
Hadirin yang berbahagia dan saya muliakan,
Apa yang saat ini sedang lakukan merupakan salah satu bentuk dan wujud ucapan syukur serta penghormatan kita terhadap para pejuang dan pahlawan kemerdekaan Republik Indonesia yang telah gugur di masa lalu.
Perjuangan mereka sudah sepatutnya untuk selalu kita kenang. Apalagi pengorbanan waktu, tenaga dan nyawa mereka tidak akan pernah dapat kita ganti dan hilang dari ingatan bangsa ini. Maka dari itu, mari bersama-sama kita merayakan hari kemerdekaan ini dengan terus mempertahankan semangat juang para pahlawan kita. Mari, bersama-sama membiasakan diri untuk menjadi pribadi merdeka, berdikari, dan bangga pada identitas bangsa ini.
Jangan pula kita menjadi penjajah-penjajah modern yang justru menindas dan menyengsarakan bangsanya sendiri. Mari bersama-sama kita menjadi pribadi yang memiliki komitmen serta prinsip yang tinggi. Jangan sekali-kali kita mengkhianati para pahlawan dengan melakukan pekerjaan yang berlawanan dengan moral, hati nurani dan sejatinya bangsa ini.
Bapak ibu sekalian, di perayaan ulang tahun kemerdekaan republik Indonesia kali ini, perlulah kita merenungkan dan meresapi lebih jauh. Apa saja yang telah kita lakukan untuk bangsa dan tanah air selama ini? Terlebih saat terjadi bencana alam dan yang paling terdekat adalah saat bangsa kita dilanda situasi pandemi Covid-19 yang masih menjadi momok bagi seluruh masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, mari bersama-sama kita menengok sekitar, sebentar saja, adakah kawan, tetangga, dan kerabat kita yang saat ini sedang membutuhkan bantuan?
Janganlah kita menutup mata dan telinga saat melihat saudara kita yang sedang menghadapi kesusahan. Kita harus mempercayai, bahwa membantu melalui hal-hal sederhana dapat memberi dampak besar bagi kehidupan umat manusia selanjutnya.