Sonora.ID – Untuk menyambut momen bersejarah HUT RI ke-78, khatib salat Jumat dapat menyisipi khutbah Jumat tentang kemerdekaan agar masyarakat bisa lebih memaknai Hari Kemerdekaan Indonesia sebagai momen untuk lebih bersyukur.
Khutbah Jumat adalah salah satu kegiatan ibadah berupa ceramah yang berkaitan dengan ajaran agama Islam.
Tema atau topik yang diangkat dalam khutbah Jumat ada beragam, misalnya saja khutbah Jumat tentang kemerdekaan berikut ini.
Baca Juga: 20 Contoh Penutup Ceramah yang Berkesan dan Tidak Membosankan!
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰه، اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰه، أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰه، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيمْ
Alhamdulillaahil ladzii arsala rosuulahu bil huda wadiinil haq, liyudzhirohu ‘alad diini kullihi walau karihal musyrikuun. Asyhadu allaa ilaaha illa llahu, wa asyhadu anna muhammadar rosulullah. Allaahumma sholli ‘ala sayyidinaa muhammadin wa’ala alihi wa ash-habihi ajma’iin. Ammaa ba’du. Fayaa ‘ibadallah... uushiinii nafsii wa iyyakum bitaqwa llah, faqod faazal muttaquun. Wa qoola ta’ala yaa ayyuhal ladziina aamanut taqullaaha haqqo tuqootihi walaa tamuutunna illa wa antum muslimuun. Shodaqollaahul ‘adziim.
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah... Alloh SWT selalu memberikan kenikmatan serta kemuliaan sehingga kita bisa menghadiri majelis yang penuh berkah.
Maka, mari kita berikan puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala karunia, berupa kesehatan serta kesempatan untuk menunaikan kewajiban sholat Jumat.
Sholawat dan salam juga selalu kita berikan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai nabi penutup zaman sekaligus penunjuk arah menuju keimanan.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah... Dalam kutbah Jumat kali ini khotib menyampaikan judul: "Kemerdekaan, Memaknai Perjuangan Pahlawan & HUT RI". Pembukaan Undang-Undang 1945 menuliskan,"Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan,".
Tidak hanya itu, setelah rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaan, tidak lupa untuk selalu mengingat terdapat apa yang sudah diberikan oleh yang Maha Kuasa.
"Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,".
Ibnu ‘Asyur dalam "Maqasid al-Syari’ah al-Islamiyah" memberikan 2 makna terkait kemerdekaan.
Pertama, kemerdekaan adalah lawan kata perbudakan. Kedua merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri dan urusan sesuka hati tanpa adanya sebuah tekanan.
Dalam Al-Quran surah Al-An’am ayat 76-79 Allah SWT berfirman:
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
"Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam"
"Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat,"
"Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”
"Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (Q.S Al-An’am 76-79)
Potongan ayat di atas dapat memberikan gambaran terkait makna kemerdekaan dalam perjalanan spiritual yang dilakukan Nabi Ibrahim AS selama misi mencari Tuhan.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah...
Bangsa Indonesia telah mengalami masa penjajahan yang begitu lama.
Banyak yang mengatakan bahwa Belanda telah menjajah bumi pertiwi selama 350 tahun.
Tidak berhenti di situ, Jepang kemudian datang dan menduduki Indonesia selama 3 setengah tahun.
Meskipun berjalan tidak sampai 5 tahun, penderitaan yang dialami bangsa Indonesia di tangan Jepang juga tidak kalah perihnya ketika berada di bawah penindasan Belanda.
Namun, dengan semangat yang pantang menyerah dan perjuangan gigih yang ditunjukkan oleh para pejuang, bangsa Indonesia akhirnya memperoleh kemerdekan setelah mengusir para penjajah.
Dalam mengisi HUT kemerdekaan RI ke-78, hendaklah bangsa Indonesia dapat memaknai perjuangan para pahlawan yang sudah ditunjukkan selama merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Dalam surah Ibrahim ayat 7, Allah berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
Berangkat dari ayat tersebut, maka kita hendaklah selalu bersyukur kepada Allah SWT atas kemerdekaan yang sudah diperoleh ini.
Selain itu, surah Al-Qasas ayat 77 juga menerangkan:
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan."
Ayat diatas dapat menjelaskan terkait keseimbangan antara dunia dan akhirat. Memaknai kemerdekaan juga bisa dilakukan dengan jalan berbuat baik dengan sama.
Artinya, melakukan segala kebaikan serta bermanfaat untuk semua umat manusia.
Dalam surah Al-A’raf ayat 96, Allah SWT menjanjikan berkah yang melimpah kepada sebuah kaum selama mampu meningkatkan iman dan takwa.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
Oleh karena itu, mari kita isi masa-masa kemerdekaan ini dengan jalan selalu meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Rasulullah SAW ketika melaksanakan haji wada' dalam sebuah hadis Bukhari juga memberikan pesan terkait kemerdekaan:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ إِلَى أَنْ تَلْقَوْا رَبَّكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هذَا فِيْ شَهْرِكُمْ هذَا فِيْ بِلَدِكُمْ هذَا …
"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya darah dan hartamu haram bagimu satu dengan yang lain kecuali dengan jalan yang sah, sampai kamu sekalian berjumpa dengan Allah, sebagaimana keharaman atasmu pada harimu ini, pada bulanmu ini, dan di negerimu ini…" (HR Bukhari).
Semoga, apa yang sudah menjadi pengorbanan para pahlawan pada masa perjuangan kemerdekaan bisa menjadi contoh bagi generasi penerus dalam memajukan bangsa Indonesia.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Baca Juga: Contoh Khutbah Nikah, Beserta Hukumnya dalam Agama Islam, Lengkap!
Teks Khutbah Jumat Tentang Kemerdekaan 2
Kaum muslimin jamaah shalat Jumat hafidhakumullah!
Pertama marilah kita bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala, yaitu menjauhi segala larangan Allah dan melaksanakan segala perintah-Nya.
Alhamdulillah pada bulan Agustus ini Republik Indonesia telah memperingati hari kemerdekaan yang ke-74.
Hendaknya kita mengisi kemerdekaan dengan menjadi warga negara yang baik dan cinta terhadap tanah air kita bersama, Indonesia.
Islam mengajarkan bahwa cinta tanah air bagian dari Iman. Tanah air kita adalah Indonesia. Mencintai Indonesia adalah bagian dari iman.
Kiai Muhammad Said dalam kitab Ad-Difa’ ani Al Wathan min Ahammi al-Wajibati ala Kulli Wahidin Minna halaman 3 menjelaskan bahwa umat Islam wajib menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu memupuk persaudaraan dan persatuan di kalangan Muhajirin, antara kalangan Muhajirin dan Ansor, serta mengakomodasi kepentingan umat Islam, umat Yahudi, dan orang-orang Musyrik.
Mencintai tanah air merupakan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah mencintai Makkah dan Madinah karena dua tempat mulia tersebut merupakan tanah air beliau.
Mencintai tanah air adalah bagian dari iman karena tanah air merupakan sarana primer untuk melaksanakan perintah agama.
Tanpa tanah air, seseorang akan menjadi tunawisma. Tanpa tanah air, agama seseorang kurang sempurna, dan tanpa tanah air, seseorang akan menjadi terhina.
Syekh Muhammad Ali dalam kitab Dalilul Falihin halaman 37 mengatakan:
حُبُّ الوَطَنِ مِنَ الإِيْماَنِ
“Cinta tanah air bagian dari iman.”
Terkait anjuran untuk mencintai tanah air, Nabi memberikan sebuah contoh teladan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari juz 3 halaman 23:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ حُمَيْدٍ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ، فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ المَدِينَةِ، أَوْضَعَ رَاحِلَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا»
"Ketika Rasulullah hendak datang dari bepergian, beliau mempercepat jalannya kendaraan yang ditunggangi setelah melihat dinding kota Madinah. Bahkan beliau sampai menggerak-gerakan binatang yang dikendarainya tersebut. Semua itu dilakukan sebagai bentuk kecintaan beliau terhadap tanah airnya. " (HR Bukhari).
Al-Hafidh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari juz 3, hal.705 menjelaskan bahwa hadits tersebut menunjukan keutamaan Madinah dan dianjurkannya mencintai tanah air serta merindukannya”.
Dalam konteks Indonesia, menjaga kemerdekaan RI, menjaga Pancasila, menjaga Bhineka Tunggal Ikha, menjaga NKRI, dan menjaga Undang-undang 1945 adalah bagian dari iman dan agama.
Bagaimana kita mengisi kemerdekaan Republik Indonesia tercinta ini?
Kaum muslimin jamaah shalat Jumat hafidhakumullah!
Syekh Muhammad Amin As-Syinqithi sebagaimana dikutip Muhammad Said dalam kitab Al-Difa’ ani Al Wathan min Ahammi Al Wajibati ala Kulli Wahidin Minna halaman 24-25 mengatakan bahwa Al-Qur’an telah memposisikan umat Islam pada posisi yang merdeka, mulia, terhormat, maju, dan mandiri.
Ketika umat Islam dalam posisi terbelakang, miskin, atau dalam kondisi yang mundur, lebih disebabkan oleh kecerobohan umat Islam sendiri, yaitu meninggalkan kewajiban dalam mengelola kehidupan duniawi.
Imam An-Nawawi menyatakan dalam pendahuluan kitab al-Majmu’: wajib bagi umat Islam untuk bekerja, mandiri, dan produktif dalam segala kebutuhan, walaupun hanya memproduksi sebuah jarum maupun garam.
Umat Islam tidak boleh tergantung pada umat lain. Sebab tolok ukur kekuatan umat Islam tergantung terhadap kemandiriannya dalam mencukupi kebutuhan.
Untuk mengisi kemerdekaan dan mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, maju dan berdaulat, setiap warga memperjuangkan bangsa sesuai profesi masing-masing.
Jika menjadi pejabat, jadilah pejabat yang baik, amanah, jujur, dan tidak korupsi. Jika menjadi pendidik, jadilah pendidik yang baik, produktif dalam karya ilmiah, jujur, dan mengabdi di masyarakat.
Jika menjadi pelajar, jadilah pelajar yang rajin menuntut ilmu di bidang masing-masing, karena ilmumu kelak dibutuhkan oleh bangsa dan umat.
Secara umum, jadilah warga Negara yang selalu berusaha berbuat baik dalam segala kondisi, tempat, dan berperilaku baik dengan akhlak yang mulia.
Berusaha untuk berbudi pekerti luhur, menjaga moral, dan membangun kecintaan terhadap tanah air dengan jalan yang baik.
Kaum muslimin jamaah shalat Jumat hafidhakumullah!
Mengapa hubbul wathan minal îmân? Mengapa kita perlu mencintai tanah air Indonesia tercinta ini?
Karena hanya dengan kondisi bangsa dan negara yang aman dan stabil, umat Muslim bisa beribadah dengan nyaman, beramal dengan baik, dan dapat beristirahat dengan nyenyak.
Bayangkan saudara kita yang dilanda peperangan, seperti di Suriah, Afghanistan, Irak, dan Libya, mereka tidak pernah nyaman dan enak seperti kita.
Atsar Khalifah Umar bin Khatab sebagaimana dikutip Syekh Ismail Haki dalam kitab Tafsir Ruhul Bayan juz 6 halaman 442 menyatakan:
ﻟَﻮْلَا ﺣُﺐُّ ﺍﻟْﻮَﻃَﻦِ ﻟَﺨَﺮُﺏَ ﺑَﻠَﺪُ ﺍﻟﺴُّﻮْﺀ ﻓَﺒِﺤُﺐِّ ﺍﻟْﺎَﻭْﻃَﺎﻥِ ﻋُﻤِﺮَﺕِ ﺍْﻟﺒُﻠْﺪَﺍﻥُ
Sayyidina Umar berkata: “Seandainya tidak ada cinta tanah air, hancurlah negara yang terpuruk. Dengan cinta tanah air, negara akan Berjaya.”
Dengan kecintaan terhadap tanah air, setiap orang memiliki keinginan untuk menjadikan tanah airnya maju, aman, dan damai.
Dengan cinta tanah air, seseorang tidak menginginkan bangsanya hancur, terpecah belah, penuh konflik, dan saling bermusuhan. Di hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-74, semoga Indonesia menjadi negara yang maju, aman, damai, sejahtera, dicintai rakyatnya, dan menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negara yang baik dan diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala). Âmîn yâ rabbal ‘âlamîn.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: 2 Teks Khutbah Jumat Paling Bagus, Singkat Tapi Menggetarkan Hati!