10 Dongeng sebelum Tidur, Singkat tetapi Sangat Mendidik!

17 Agustus 2023 13:15 WIB
Ilustrasi dongeng sebelum tidur
Ilustrasi dongeng sebelum tidur ( freepik.com)

Sonora.ID - Simak pembahasan tentang 10 dongeng sebelum tidur yang singkat tetapi sangat mendidik untuk anak berikut ini.

Dongeng merupakan kisah karangan yang mengandung unsur kepercayaan dan budaya tempat dari cerita ini muncul.

Ada banyak sekali dongeng sebelum tidur yang dapat dibacakan kepada buah hati karena memiliki makna mendalam yang sangat mendidik.

Bahkan, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa membacakan dongeng kepada anak sebelum tidur dapat membuat buah hati mempelajari banyak hal dengan baik.

Untuk itu, simak langsung 10 dongeng sebelum tidur berikut ini yang singkat untuk kamu bacakan kepada buah hati!

1. Batu di Tepi Danau Laut Tawar

Baca Juga: Mengenal Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel, Cerpen, dan Drama

Hiduplah sepasang suami istri dengan anak perempuannya yang cantik jelita di Negeri Aceh. Selain cantik, ia juga rajin dan sangat menyayangi keluarganya.

Seorang pemuda tampan ingin meminang gadis itu. Ia berasal dari keluarga terhormat dan kaya raya di negeri seberang. Si gadis menerima pinangan si pemuda setelah keluarganya memberi restu. Pesta pernikahan pun dilangsungkan dengan amat meriah.

Setelah beberapa hari, pemuda itu hendak pulang ke kampung halaman. Ia mengajak istrinya. Hati sang istri amat berat meninggalkan keluarga dan desanya. Namun, ia harus mengikuti ajakan suami sebagai tanda bakti dan kesetiaan kepada suaminya.

"Anakku, tinggallah di negeri suamimu," pesan sang ayah. "Ingatlah, selama dalam perjalanan, jangan menoleh ke belakang. Jika melakukannya, kau akan menjadi batu!"

Si gadis dan suaminya pun meninggalkan desa. Mereka memulai perjalanan jauh menuju negeri di seberang lautan. Hingga tibalah mereka di Danau Laut Tawar. Mereka menaiki sebuah sampan dan menyeberangi danau itu.

Saat sampan mengarungi danau, si gadis mendengar suara ibunya. Suara itu terus memanggil-manggil namanya. Kejadian itu berlangsung lama. Akhirnya, si gadis lebih memilih menoleh. Petaka pun seketika terjadi. Sesaat setelah si gadis menolehkan wajahnya ke belakang, tubuhnya berubah menjadi batu.

Betapa sedih hati sang suami. Karena terlalu cinta, sang suami ingin selalu bersama istrinya. Ia lantas memohon kepada Tuhan agar dirinya berubah menjadi batu. Selesai memohon, tubuh si pemuda berubah menjadi batu. Sepasang batu itu berada di tepi Danau Laut Tawar.

Pesan moral: Patuhi orang tua dan jangan pernah ingkar janji.

2. Si Kancil dan Siput

Pada suatu hari yang cerah, Kancil sedang berjalan dengan santai di pinggir sungai. Disana ia bertemu dengan Siput yang merangkak dengan lambat. Kancil lalu datang menghampiri Siput dengan langkah yang angkuh.

"Hai Siput," kata Kancil dengan sombong. "Apakah kamu berani adu cepat denganku?"

Mendengar pertanyaan itu, Siput tentu saja terkejut. Ia merasa diejek oleh Kancil. Walaupun begitu, Siput menerima ajakan Kancil.

"Baiklah, Kancil," kata Siput yang menerima ajakan Kancil. "Aku terima ajakanmu. Tapi jangan malu ya, kalau nanti justru kamu yang sendiri yang kalah."

"Hahahaha," seketika Kancil tertawa mendengar ucapan Siput. "Mana mungkin kamu bisa mengalahkan aku, Siput? Kamu adalah hewan perangkak yang sangat lambat."

Mendengar hal itu, bukannya membatalkan ajakan Kancil, Siput justru makin menantang Kancil. "Baik, tentukan saja kapan kita akan berlomba!"

"Hari Minggu besok, di sini," kata Kancil. "Pasti akan ada yang melihatku memenangkan lomba. Catat itu." Kancil lalu bergegas pergi dengan tertawa.

Sambil menunggu hari perlombaan, Siput mengatur taktik agar Kancil bisa merasakan rasa angkuh dan sombongnya dengan kekalahan. Ia segera mengumpulkan semua siput yang ada di sekitar sungai. Mereka semua tentu saja ingin Kancil kalah.

"Hai teman-temanku, tentu saja kita berkumpul disini untuk membicarakan perlombaan dengan Kancil," kata Siput yang akan berlomba.

"Tapi bagaimana caranya? Kita memang sudah pasti kalah, karena kita merangkak dengan lambat," kata siput yang lain.

"Kita harus membagi tugas," kata Siput. "Kalian harus berpencar di setiap rerumputan di pinggir sungai, sampai garis finish. Nanti kalau dipanggil Kancil, kalian harus jawab."

"Ide yang cerdas! Kita akan menang!"

Akhirnya datang hari perlombaan. Semua siput sudah siap di posisinya masing-masing. Penonton bersorak sorai. Ada yang mendukung kancil, ada juga yang mendukung siput. Hingga bendera diangkat, tanda lomba dimulai.

Begitu lomba dimulai, Kancil berlari dengan sangat kencang. Semua tenaga ia kerahkan agar bisa memenangkan perlombaan itu. Tapi setelah berlari sekian kilometer, napasnya mulai terengah-engah dan memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon.

Namun ketika ia baru saja akan duduk, ia melihat Siput berjalan.

"Siput!" kata Kancil.

"Ya, aku di sini, Kancil," kata Siput yang berjalan di depan Kancil.

Kancil lalu berlari kencang meninggalkan siput itu. Dia mulai kehabisan tenaga ketika sampai di pohon besar yang rindang. Kancil kembali duduk untuk beristirahat. Tapi Siput datang melewatinya.

"Siput!" kata Kancil.

"Ya, aku di sini, Kancil," begitu seterusnya yang terjadi. Hingga Kancil kelelahan dan Siput memenangkan perlombaan.

Di garis finis, Kancil mengakui kekalahannya. Sementara, Siput yang memenangkan perlombaan hanya tersenyum tipis. Siput tidak merayakan kemenangan dengan berlebihan.

Pesan moral: Bersikap supportif dan jangan takut untuk mengakui kekalahan.

3. Batu Menangis

Alkisah, di sebuah desa terpencil hiduplah seorang janda tua dengan seorang putrinya yang cantik jelita bernama Darmi. Mereka tinggal di sebuah gubuk yang terletak di ujung desa.

Darmi memang cantik, parasnya indah menawan. Namun, tingkah lakunya sangatlah tidak cantik dan sifatnya sangatlah tidak menarik.

Setiap hari Darmi selalu bersolek di kamarnya. Ia tidak pernah mau membantu ibunya sedikit pun membereskan isi rumah. Kamarnya selalu berantakan. Darmi tidak peduli akan hal itu, ia hanya peduli pada wajahnya yang cantik jelita tiada terkira haruslah selalu tampil sempurna.

Ibunya Darmi yang sudah tua, setiap hari selalu bekerja keras demi mendapatkan uang. Apapun jenis pekerjaannya, selama itu halal, akan ia kerjakan. Semua itu ia lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan Darmi, anak semata wayangnya.

Ibunya Darmi juga kerap diperlakukan seperti pembantu. Setiap ditanya siapa yang berjalan di belakangmu, ia selalu menjawab bahwa ibunya adalah budaknya.

Mendengar hal itu terus menerus, Ibu Darmi merasa sakit hati hingga berdo'a. Secara perlahan Darmi berubah menjadi batu. Ia terus menangis dan memohon kepada ibunya. Namun, semua sudah terlambat. Kini tubuhnya berubah menjadi batu yang terus mengeluarkan air mata.

Pesan moral: Hormat dan senantiasa berbakti kepada orang tua yang sudah melahirkan kita di dunia.

4. Bawang Merah dan Bawang Putih

Dahulu kala, hiduplah Bawang Putih dan saudara tirinya, Bawang Merah. Ibu Bawang Putih meninggal ketika ia masih bayi. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan wanita lain dan memiliki anak bernama Bawang Merah.

Tak berselang lama, ayahnya pun meninggal. Setelah itu, kehidupan Bawang Putih amat menyedihkan. Kesehariannya, Bawang Putih selalu diminta untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah termasuk mencuci baju.

Suatu hari ketika sedang mencuci, baju ibu tiri Bawang Putih hanyut. Bawang Putih pun bingung sampai akhirnya bertemu dengan seorang nenek yang mengatakan kalau ia menyimpan baju yang hanyut itu dan akan mengembalikannya dengan satu syarat. Bawang Putih harus membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Bawang Putih pun menuruti.

Setelah selesai, nenek itu mengembalikan baju ibu tirinya. Nenek itu juga memberinya hadiah. Bawang Putih harus memilih salah satu labu untuk dibawa pulang, ada labu besar dan labu kecil. Bawang Putih memilih yang kecil. Sesampainya di rumah alangkah terkejutnya ia beserta ibu dan saudara tirinya, ternyata labu itu berisi banyak perhiasan.

Keesokan harinya, Bawang Merah melakukan hal yang sama seperti Bawang Putih. Ia pura-pura menghanyutkan pakaiannya. Kemudian, memilih labu yang besar. Ketika dibuka labu itu malah berisi ular.

Bawang Merah dan ibunya pun merasa itu adalah bentuk teguran dari Tuhan untuk mereka karena sudah memperlakukan Bawang Putih layaknya seorang pembantu. Mereka menyadari semua kesalahannya selama ini pada Bawang Putih dan meminta maaf.

Pesan moral: Jangan berperilaku buruk kepada orang lain karena ada ganjarannya.

5. Cerita Dongeng Petani Serakah

Pak Petani selalu ingin mendapatkan banyak uang. Pada musim semi, ia berseru kepada Tuhan, "Jika hari cerah, aku akan menuai gandumku."

Pada hari berikutnya, matahari bersinar cerah. Pak Petani pun menuai sebagian gandumnya. Setelah itu, ia berseru kepada Tuhan lagi, "Seandainya hari ini hujan, pasti baik untuk gandumku yang lain."

Esok harinya turun hujan. Pak Petani berkata, "Jika hujannya lebih lebat, gandumku pasti lebih cepat tumbuh". Pada hari berikutnya hujan kembali turun.

Musim panas tiba, Pak Petani memanen gandum dan menumpuknya menjadi satu di ladang. Selesai bekerja, Pak Petani berkata, "Tuhan, seandainya Kau memberi lebih banyak hujan pasti hasil panenku jauh lebih besar dari ini."

Musim panas masih berlangsung. Pak Petani ingin segera menanam gandum. Ia berseru dengan kesal, "Mengapa Engkau tidak memberiku lebih banyak hujan, Tuhan? Berilah hujan sehingga aku bisa menanam gandum dan memanennya!"

Tuhan kemudian menurunkan hujan yang sangat lebat hingga berhari-hari. Banjir melanda ladang Pak Petani. Seluruh gandum Pak Petani hanyut terbawa air.

Pesan moral: Senantiasa bersyukur dengan segala nikmat dan rezeki dari Sang Pencipta.

6. Pak Kerdil

Dahulu kala, hiduplah seorang petani yang bertubuh sangat kecil. Semua orang memanggilnya dengan nama Pak Kerdil. Pak Kerdil adalah seorang kakek yang tinggal sendiri di sebuah gubuk kecil di desa. Ia lelaki yang miskin dan tidak punya keluarga.

Suatu hari, Pak Kerdil mencangkul tanah. Saat itu, seseorang datang memanggilnya. "Pak Kerdil." "Ada apa?" tanya Pak Kerdil. "Ada seseorang datang ke rumahmu. Seorang anak kecil," ucap warga itu. Pak Kerdil bingung karena merasa tidak punya keluarga.

"Baiklah, aku akan pulang," jawab Pak Kerdil. Ia langsung memasukkan cangkulnya dan pulang. Begitu tiba, ia bertemu dengan seorang anak. Anak itu berdiri di depan pintu rumah Pak Kerdil. "Siapakah kau? Apakah aku mengenalmu?" tanya Pak Kerdil.

"Saya Adrian. Ibu menyuruh saya ke sini untuk menjumpai Pak Kerdil," jawab anak itu. "Siapa ibumu? Untuk apa ia menyuruhmu kemari?" tanya Pak Kerdil lagi. "Ibuku seorang janda tua yang tinggal di pinggir desa. Ibu menyuruhku untuk meminta beras kepadamu. Kami tidak memiliki beras di rumah," jawab anak itu polos.

Pak Kerdil merasa iba dan kasihan. Pak Kerdil lalu membuka pintu rumah dan mempersilahkan anak itu duduk. Selain beras, ia juga memberikan makan dan minum.

"Terima kasih, Pak Kerdil. Untuk membalas kebaikanmu, katakanlah padaku apa keinginan terbesar dalam hidupmu," ucap anak itu. Ternyata, anak itu jelmaan malaikat. Ia ingin menguji apakah Pak Kerdil akan mau menolongnya.

"Nak, aku ikhlas membantumu. Namun, jika kau ingin mengetahui keinginan terbesarku, aku ingin menjadi tinggi. Sangat sulit bagiku yang kerdil untuk menanam hingga memanen sawah dengan tubuhku yang kerdil," ucap Pak Kerdil.

Anak itu tersenyum. Seketika itu juga, Pak Kerdil merasakan tubuhnya seperti tertarik ke atas. Dalam beberapa detik, ia menjadi seseorang yang tinggi. Kini, semua orang tidak memanggilnya Pak Kerdil lagi.

Pesan moral: Saling tolong menolong dan ikhlas dalam membantu orang yang membutuhkan.

7. Mika Tikus dan Ekornya yang Hilang

Baca Juga: Manfaat Dongeng untuk Anak: Pentingnya Membacakan Cerita kepada Anak

Dua anak tikus sedang berkelahi saat Ibu tikus baru pulang ke sarangnya. Kakaknya bernama Miki dan adiknya bernama Mika. Sang Ibu sangat marah karena persediaan keju makanan mereka jatuh berserakan di tanah. Ia lalu bertanya pada kedua anaknya.

"Siapa yang menaburkan semua keju ini?" tanya si Ibu. Miki melotot kepada Mika. Sebenarnya, Miki yang menjatuhkan keju hingga bertaburan ke tanah. Karena takut dimarahi Ibu, ia mengancam Mika untuk tidak berkata jujur.

"Mika yang melakukannya, Bu!" ucap Miki. "Benarkah itu, Mika?" tanya Ibu ke Mika. "Tidak, Bu. Bukan aku," Mika membela diri, namun tak sanggup untuk mengucapkan bahwa Miki pelakunya.

"Baiklah. Siapa yang berbohong ekornya akan hilang," kata Ibu. Tiba-tiba, ekor Miki menghilang. Miki pun menangis. Ibu kini tahu siapa yang berbohong. Miki menerima akibat kebohongan yang dilakukannya. Ekornya tidak pernah lagi tumbuh.

Pesan moral: Jangan berbohong karena akan ada akibat yang harus dipertanggungjawabkan sendiri.

8. Peri Air

Sebuah kampung dengan tanah yang subur dihuni oleh ratusan keluarga. Namun, suatu hari, kemarau panjang melanda. Sawah-sawah gagal panen karena tidak ada air untuk irigasi. Kebun-kebun juga tidak menghasilkan buah. Para penduduk sangat resah.

Di pinggiran kampung, ada suatu sumur yang letaknya di belakang rumah seorang nenek. Si Nenek hidup bersama cucu laki-lakinya. Sumur nenek ini airnya sangat sedikit. Saat itu, cucunya sedang sakit karena kurang minum. Si Nenek pun menimba air sedikit demi sedikit untuk diberikan kepada cucunya.

Lama-kelamaan tubuh si Nenek melemah. Untungnya, si Cucu mulai membaik. Sekarang, gantiang sang Cucu yang merawat si Nenek. Si Cucu merawat sang Nenek dengan penuh kasih sayang.

Suatu hari, datanglah peri cantik bersayap biru. Mereka terkejut. "Saya ingin memberikan ini," kata si Peri sambil menyodorkan botol kecil berisi air. "Tuangkan semua airnya ke dalam sumur kalian."

Sesuai perintah si Peri, sang Cucu menuangkan isi botol ke dalam sumur. Tiba-tiba, sumur yang kering itu penuh dengan air. Ia bersorak gembira dan bersyukur kepada Tuhan. Tak lupa, mereka membagikan air sumur itu kepada semua orang. Sebanyak apa pun diambil, sumur itu tak pernah kering.

Pesan moral: Setiap manus harus saling menyayangi satu sama lain dan jangan pernah serakah.

9. Harimau yang Sombong

Suatu hutan dipimpin oleh seekor harimau. Harimau ini sangat kuat dan ganas. Semua hewan takut padanya. Harimau ini juga sombong dan semena-mena. Semua hewan di hutan tersebut sebenarnya tidak ingin dipimpin olehnya. Namun, karena takut, mereka berpura-pura memuji Harimau.

Suatu hari, ada pemilihan rutin pemimpin di hutan. Kali ini, Harimau ingin kembali menang. Ia ingin selamanya menjadi pemimpin. Segala macam cara pun dilakukannya agar bisa menang, termasuk menakut-nakuti semua hewan di hutan, "Jika kalian tidak memilihku, aku akan memakan kalian semua."

"Kami akan memilihmu," ucap para hewan dengan berat hati. Harimau senang karena semua hewan takut kepadanya. Kesombongannya semakin tinggi.

Suatu hari, datang segerombolan manusia ke hutan itu. Manusia-manusia itu adalah sekumpulan pemburu. Saat itu, mereka sedang kelaparan. Mereka pun harus mencari makanan ke dalam hutan.

Harimau tidak tahu akan kedatangan manusia-manusia ini. Ia terus bersantai dan tidur di depan sarangnya sambil menunggu hari pemilihan tiba. Tidak akan ada yang berani mengganggunya.

Dua orang pemburu melihat seekor harimau yang tertidur pulas di bawah pohon. Bulunya terlihat sangat lembut dan berwarna terang. Salah seorang di antaranya berbisik.

"Bagaimana kalau kita jebak harimau itu? Kita bisa menjualnya mahal!" kata pemburu itu. Teman-temannya setuju. Mereka lalu menyiapkan jebakan di atas pohon.

Di lain tempat, karena terlalu lama tidur, Harimau merasa gerah. Ia ingin mandi di sungai dan mempersiapkan diri untuk pemilihan. Namun saat berjalan, tiba-tiba sebuah tali menarik kakinya. Tak lama, jebakan yang dipasang pemburu jatuh ke tubuhnya. Ia mencakar-cakar sekuatnya, namun jebakan itu sangat kuat.

Harimau segera mengaum keras. Beberapa hewan datang setelah mendengar teriakannya. Namun, saat melihat Harimau terbelit dalam jebakan, mereka tidak mau menolong.

"Kau tidak bisa lagi memerintah kami. Kau juga tidak akan bisa memakan kami. Tidak ada yang mau menolongmu. Terimalah balasan atas kesombonganmu!" kata seekor rusa.

Harimau marah, namun tak bisa melakukan apa-apa. Setelahnya, para hewan bubar. Ia sangat kesal dan marah, namun akhirnya sadar bahwa yang dikatakan rusa itu benar. Ia terlalu sombong juga suka mengancam. Sehingga tidak ada hewan yang menyukainya. Semua hewan membencinya.

Pesan moral: Jangan menjadi pribadi yang sombong. Gunakan seluruh kekuatan untuk melindungi yang lemah.

10. Ular Emas

Pada zaman dahulu, ada sebuah istana yang berdiri kokoh. Istana ini dipimpin oleh seorang raja bernama Sulaiman. Ia memiliki seorang anak yang gagah dan tampan bernama Pangeran Laru.

Sang Raja sangat menyayangi Pangeran Laru. Ia selalu memberikan apa yang diminta oleh Pangeran Laru. Suatu hari, Pangeran Laru meminta kepada Raja untuk diberikan emas dan kekayaan. Ia juga ingin menjadi raja.

Namun, karena usia sang Pangeran masih tujuh belas tahun, sang Raja menolak permintaan tersebut. Ia berjanji akan memberikan semua harta dan tahta saat Pangeran Laru berusia dua puluh.

Tahun berganti dengan cepat. Usia Pangeran Laru pun sudah dua puluh. Raja sangat senang dan menepati janjinya. Kini, Pangeran Laru pun resmi diangkat menjadi raja. Sebelum sang Pangeran memimpin, ada satu hal yang dikatakan Raja Sulaiman.

"Ada satu pantangan yang tidak boleh kau langgar. Janganlah kamu memakai cincin yang terletak di atas mejaku. Jika kau langgar, kau akan menerima akibatnya," kata Raja Sulaiman.

Tiga bulan setelah Pangeran Laru memimpin, kerajaan mengalami kemunduran. Pangeran Laru kurang tegas dalam memimpin. Ia juga sering menghabiskan uang hanya untuk membeli barang-barang mahal yang tidak berguna. Ayahnya selalu menasihatinya, tapi selalu diabaikan.

Suatu malam, Pangeran Laru tak bisa tidur. Ia keluar dari kamar dan berjalan-jalan di sekeliling istana. Ia lalu berhenti ketika melihat ada sinar yang sangat terang berasal dari meja ayahnya. Karena penasaran, ia membuka pintu ruangan ayahnya dan masuk ke ruangan. Tidak ada orang di sana.

Betapa kagumnya ia ketika melihat sebuah cincin di atas meja bersinar dengan terangnya. Cincin itu berwarna emak kekuningan dan ada permata di tengahnya.

"Benar-benar mengagumkan. Begitu cantik. Aku ingin memakainya. Kenapa Ayah selama ini menyembunyikannya dariku?" ucap Pangeran Laru.

Dengan penuh semangat, sang Pangeran memasukkan cincin itu ke jari manisnya. Namun, tiba-tiba, sesuatu yang aneh terjadi. Tubuh Pangeran Laru menyusut dan kulitnya tiba-tiba dipenuhi dengan sisik ular berwarna keemasan. Ia berubah menjadi seekor ular yang dipenuhi sisik emak. Pangeran Laru menangis dan menyesali perbuatannya.

Pesan moral: Selalu dengarkan perkataan orang tua dan tepati semua janji yang sudah diucapkan.

Itulah 10 dongeng sebelum tidur yang dapat kamu bacakan kepada buah hati karena memiliki pesan moral yang sangat baik.

Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm