If there is no other solution to this problem, then we will submit it to the government. When I almost reached my grandmother's house, I saw a lot of garbage scattered about.
Then I asked my dad why there's so much trash here. Then my father replied that they don't care about the cleanliness of the environment.
There are some places that still consider the river as a place for garbage disposal, there are also those who throw their used washing water into the river, and some even defecate in the river.
The river water is taken to be used as drinking water. If the river is polluted, isn't it no longer good for drinking water? Turns out they don't have a toilet in their house.
So they have to urinate and defecate in the river.
Well, if this is the case, the solution is that the government must socialize to the people that rivers are not a substitute for toilets. And the government should also build latrines for those who do not have latrines.
Finally, I arrived at my grandmother's house. And finally I was able to learn a lesson about Indonesian independence.
We have been independent for a long time.
But the independence that we feel today has not been fully felt by Indonesian citizens, because real independence is freedom from poverty, ignorance, and from environmental pollution.
Terjemahannya:
SUDAH MERDEKA KAH KITA?
Oleh: Cut Alifa Alyana
Hari ini aku pergi berlibur ke rumah Nenek. Aku sangat menikmati perjalanan menuju rumah Nenek.
Karena rumah nenekku terletak di pedesaan yang jauh dari pusat kota. Aku pun jadi dapat melihat pemandangan alam yang begitu indah di hadapanku.
Tapi aku melihat masih ada beberapa rumah gubuk di sana.
Aku pun turun dari mobil dan bertanya tentang rumah gubuk tersebut pada warga disana.
Ternyata, memang disana masih banyak orang yang tidak memiliki rumah yang layak, masih banyak anak-anak yang putus sekolah dan masih banyak anak-anak yang tidak dapat makanan bergizi.
Baru kusadari, ternyata kemerdekaan Indonesia hanya sebatas terbebas dari para penjajah.
Tapi Indonesia belum merdeka dalam bidang pendidikan dan kemiskinan.
Beruntungnya aku masih dapat bersekolah, masih dapat makan dengan gizi yang cukup, dan masih memiliki rumah yang layak untuk beristirahat dan belajar. Aku bersyukur atas semuanya.
Kata Ibuku, mereka harus bekerja untuk membiayai SPP sekolah. Mereka harus berusaha keras untuk mencari makan.
Bahkan untuk berangkat ke sekolah pun mereka harus berjalan kaki dengan jarak yang sangat jauh sekali.
Apa ini yang disebut dengan kemerdekaan? Aku meminta seorang anak menceritakan bagaimana sulitnya untuk bersekolah dengan keadaan yang seperti ini.
Katanya, mereka harus bangun pagi-pagi untuk membuat kue bersama Ibu mereka.
Lalu, sebelum berangkat sekolah mereka akan menjual kue tersebut.
Uang hasil penjualan pun terkadang tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Maa syaa Allah… Betapa semangatnya mereka menjalani kehidupan.
Betapa sabarnya mereka menjalani kemiskinan.
Mereka tidak pernah mengeluh. Mereka menjalani semuanya dengan senang hati. Sedangkan kita yang masih mampu sekolah saja terkadang malas pergi sekolah.
Malas mengerjakan tugas yang diberikan. Bahkan ada yang tidak mengerjakan tugas sama sekali.
Bagaimana dengan mereka disana? Dengan segala keterbatasan mereka, mereka masih memiliki keinginan untuk sekolah.
Dan kita disini, ke sekolah diantar, pulang sekolah dijemput, SPP kita orangtua yang membiayai, peralatan sekolah kita orangtua yang beli, masih tidak bersyukur juga? Sebenarnya, untuk mengatasi masalah tersebut tidak harus mengharap kepada pemerintah saja.
Sesama kita seharusnya juga dapat saling membantu mereka. Yang mampu bisa menolong yang kurang.
Jika masalah ini tidak ada yang bisa mengatasi lagi, barulah kita ajukan kepada pemerintah.
Ketika hampir sampai di rumah nenekku, aku melihat sangat banyak sampah berserakan.
Lalu aku bertanya pada ayahku mengapa begitu banyak sampah disini. Kemudian ayahku menjawab mereka belum peduli tentang kebersihan lingkungan.
Ada di beberapa tempat yang masih menganggap sungai sebagai tempat pembuangan sampah, ada juga yang membuang air bekas cucian ke sungai, bahkan ada yang masih membuang air besar di sungai. Padahal air sungai diambil untuk dijadikan air minum.
Jika sungai sudah tercemar, bukankah sudah tidak baik lagi untuk dijadikan air minum? Ternyata mereka tidak mempunyai wc di rumahnya.
Sehingga harus membuang air kecil dan besar di sungai. Nah, jika sudah begini solusinya adalah pemerintah yang harus mensosialisasikan kepada masyarakatnya bahwa sungai bukan pengganti wc.
Dan pemerintah juga sebaiknya membuatkan jamban untuk mereka yang tidak memiliki jamban.
Akhirnya, aku pun sampai di rumah nenekku. Dan akhirnya pun aku dapat memetik hikmah tentang kemerdekaan Indonesia. Kita memang telah lama merdeka.
Tapi kemerdekaan yang kita rasakan saat ini belum sepenuhnya dirasakan oleh warga negara Indonesia, karena kemerdekaan sesungguhnya adalah kemerdekaan dari kemiskinan, kebodohan, dan dari pencemaran lingkungan
Contoh 3
Class Cleaning Competition
Teachers at SMP Sukomulyo have announced that to celebrate August 17 all classes will have a class cleaning competition.
When class VII and class IX were busy preparing far in advance, namely from the 11th they had already started preparing their class in such a way.
However, there is one class, namely class VIII, who still haven't prepared anything, they just take it easy when they see the others are busy. Hasrul is the class president of class VIII.
On August 13, one of Hasrul's friends, Niken, started to protest to Hasrul why our class was not participating in competitions like the other classes and Budi answered.
"We'll clean it up later as the date closes."
Niken: "Why is that? We can start from now"
Hasrul: "Because I don't want to take out the trash every day even though it's not my picket day" in a slightly high tone.
Niken and her other friends began to look at each other, realizing their own mistakes, in that they often forgot to clean up the trash in class on picket days.
Hasrul: "It's not that I don't want to have a competition like the others but I want not only me to clean it up, even though I'm the class president but do I have to keep cleaning the trash cans," in a tone starting to calm down a bit.
Friends: "Forgive us, Hasrul, we are aware that we were negligent and will not repeat our mistakes, we promise to dispose of trash in its place and picket on picket day correctly.
Hasrul: "I'm also sorry for being silent all this time not daring to rebuke you, let's start working on it starting tomorrow by working together."
Guys: "Okay!"
They ended up busy cleaning the class together and happily.
Artinya:
Lomba Membersihkan Kelas
Guru di SMP Sukomulyo telah mengumumkan bahwa kegiatan untuk memeriahkan 17 agustus semua kelas akan melakukan lomba membersihkan kelas.
Ketika kelas VII dan kelas IX sibuk mempersiapkan dari jauh jauh hari yaitu dari tanggal 11 mereka sudah mulai mempersiapkan kelas mereka sedemikian rupa.
Namun ada satu kelas yaitu kelas VIII yang masih belum mempersiapkan apa-apa mereka begitu biasa saja ketika melihat yang lain sibuk. Hasrul merupakan ketua kelas dari kelas VIII tersebut.
Pada tanggal 13 agustus ada salah seorang teman Hasrul yaitu Niken mulai protes kepada Hasrul kenapa kelas kita tidak ikut lomba seperti kelas yang lain dan Budi pun menjawab.
"Kita membersihkannya nanti saja setelah dekat tanggalnya."
Niken: "Mengapa begitu? Kita bisakan memulainya dari sekarang"
Hasrul: "Karena aku gak mau tiap hari buang sampah padahal itu bukan hari piketku" dengan nada sedikit tinggi.
Niken dan teman-temannya yang lain pun mulai saling menatap sadar atas kesalahan masing-masing yang sering kali lupa membersihkan sampah di kelas ketika di hari piket.
Hasrul: "Bukan aku tak mau lomba seperti yang lain tapi aku ingin tidak hanya aku yang membersihkannya, meski aku sebagai ketua kelas tapi apa aku harus terus membersihkan tempat sampah," dengan nada mulai sedikit tenang.
Teman-teman: "Maafkan kami, Hasrul kami sadar telah lalai dan tak akan mengulangi kesalahan kami, kami janji akan membuah sampah pada tempatnya dan piket di hari piket dengan benar.
Hasrul: "Maafkan aku juga yang selama ini diam tidak berani menegur kalian, baiklah kita mulai mengerjakan mulai besok dengan bergotong royong."
Teman-teman: "Baiklah!"
Mereka akhirnya sibuk melakukan bebersih kelas secara gotong royong dan suka ria.
Demikianlah paparan mengenai kumpulan contoh cerita singkat 17 Agustus 2023 dalam bahasa Inggris dan terjemahannya.
Baca Juga: 50 Poster 17 Agustus 2023 HUT ke 78 RI Untuk Merayakan Kemerdekaan
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.