Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, Vietnam, untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka diberi tahu, Jepang berada di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan ke Indonesia.
Pada 12 Agustus 1945, Jepang lewat Marsekal Terauchi menyampaikan ke Soekarno, Hatta, dan Radjiman bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan ke Indonesia dalam beberapa hari ke depan.
Jepang secara resmi menyerah kepada sekutu pada 14 Agutus 1945 di kapal USS Missouri. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar tersebut melalui radio BBC.
Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun, golongan tua yang merupakan para anggota PPKI seperti Soekarno dan Hatta tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak mau ada pertumpahan darah pada saat proklamasi.
Golongan muda yang beranggotakan PETA dan mahasiswa itu menolak jika proklamasi harus dilaksanakan lewat PKKI. Pasalnya, menurut mereka, PPKI bentukan adalah Jepang. Golongan muda menginginkan kemerdekaan dengan usaha sendiri.
Sutan Syahrir yang termasuk dalam golongan muda menjadi tokoh pertama yang mendesak Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan. Pada 15 Agustus 1945, rapat resmi diadakan di Pegangsaan Timur Jakarta. Dalam rapat, golongan tua tetap bersikeras dengan pendiriannya bahwa proklamasi harus dilangsukan lewat PPKI.
Pada akhirnya, golongan muda membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang. Karena peristiwa Rengasdengklok, Soekarno-Hatta akhirnya tergerak untuk memproklamasikan kemerdekaan. Rumusan teks proklamasi ditulis langsung Soekarno dan diketik Sayuti Melik.
Baca Juga: 3 Cerita Singkat Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2023 Bahasa Inggris dan Artinya
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News