Sonora.ID - Merah dan putih merupakan warna bendera Indonesia yang berarti keberanian dan kesucian. Hingga kini, kedua warna tersebut menjadi jati diri bangsa.
Dilansir dari Kebudayaan Kemdikbud, kelahiran Sang Saka Merah Putih dilatarbelakangi izin kemerdekaan dari Jepang pada 7 September 1944.
Chuuoo Sangi In, badan yang membantu pemerintah pendudukan Jepang terdiri dari orang Jepang dan Indonesia, menindaklanjuti izin tersebut dengan mengadakan sidang pada 12 September 1944.
Sidang yang membahas pemakaian bendera dan penggunaan lagu kebangsaan di seluruh Indonesia itu akhirnya membentuk panitia.
Fatmawati, istri ke-3 Soekarno, menjahit bendera Merah Putih setelah kembali ke Jakarta dari pengasingan Bengkulu. Chaerul Basri mengambil kain dari gudang di Jalan Pintu Air untuk diantarkan ke Jalan Pegangsaan 56 Jakarta atas permintaan Soekarno.
Bendera Merah Putih dikibarkan saat proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta.
Panjang bendera 276 cm dan lebar 199 cm ketika diukur ulang pada 13 November 2014. Sebelum bendera diukur ulang, panjangnya disebut 300 cm dan lebar 200 cm.
Baca Juga: HUT ke-78 RI, Sejarah Singkat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Sejarah Kemerdekaan Indonesia
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, menegaskan keinginan mencapai kemerdekaan Indonesia sehari setelah Kota Hiroshima Jepang dibom Amerika Serikat pada 6 Agutus 1945.
Tiga hari setelah peristiwa Hiroshima atau tepatnya 9 Agustus 1945, Amerika kembali mengebom Kota Nagasaki, Jepang yang menewaskan ratusan ribu orang. Karena itu, Jepang terpaksa menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, Vietnam, untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka diberi tahu, Jepang berada di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan ke Indonesia.
Pada 12 Agustus 1945, Jepang lewat Marsekal Terauchi menyampaikan ke Soekarno, Hatta, dan Radjiman bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan ke Indonesia dalam beberapa hari ke depan.
Jepang secara resmi menyerah kepada sekutu pada 14 Agutus 1945 di kapal USS Missouri. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar tersebut melalui radio BBC.
Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun, golongan tua yang merupakan para anggota PPKI seperti Soekarno dan Hatta tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak mau ada pertumpahan darah pada saat proklamasi.
Golongan muda yang beranggotakan PETA dan mahasiswa itu menolak jika proklamasi harus dilaksanakan lewat PKKI. Pasalnya, menurut mereka, PPKI bentukan adalah Jepang. Golongan muda menginginkan kemerdekaan dengan usaha sendiri.
Sutan Syahrir yang termasuk dalam golongan muda menjadi tokoh pertama yang mendesak Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan. Pada 15 Agustus 1945, rapat resmi diadakan di Pegangsaan Timur Jakarta. Dalam rapat, golongan tua tetap bersikeras dengan pendiriannya bahwa proklamasi harus dilangsukan lewat PPKI.
Pada akhirnya, golongan muda membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang. Karena peristiwa Rengasdengklok, Soekarno-Hatta akhirnya tergerak untuk memproklamasikan kemerdekaan. Rumusan teks proklamasi ditulis langsung Soekarno dan diketik Sayuti Melik.
Baca Juga: 3 Cerita Singkat Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2023 Bahasa Inggris dan Artinya
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News