Tidak lupa, Alifudin berdoa dan berharap, agar prevalensi stunting turun di Indonesia, khususnya di Kalsel menjadi 14 persen di tahun 2024.
Untuk mencapainya, diperlukan sinergitas antar seluruh stake holder terkait, sebagaimana yang sudah terjalin di Kalsel.
"Dengan kerjasama yang baik, mudah-mudahan kasus stunting turun menjadi 14 persen tahun depan," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalsel, H. Ramlan memgatakan, pencegahan dan penanganan stunting di Kalsel sudah berada di jalur yang tepat.
Baca Juga: HUT Ke-78 Kemerdekaan RI, 13 Warga Binaan di Banjarmasin Bebas
Hal itu dibuktikan dengan adanya penurunan prevalensi yang sangat signifikan, yakni dari 30 persen pada 2021 menjadi 24,6 persen atau 21.276 balita pada 2022.
"Alhamdulillah penanganan dan pencegahan stunting di Kalsel sudah On The Track," bebernya.
Meski terus menunjukan tren positif, upaya pencegahan stunting menurut Ramlan terus dilakukan di Kalsel.
Ia menilai, mencegah stunting atau gagal tumbuh, harus dilakukan sejak 1000 hari pertama kehidupan anak. Mengingat, stunting dapat terjadi sejak kehamilan jika terjadi hambatan pertumbuhan pada janin dalam kandungan.
"Kader-kader kita selalu memastikan asupan makanan ibu hamil tercukupi agar janin berkembang dengan baik," terangnya.
Apabila asupan makanan calon ibu cukup dan tidak ada penyulit lain, umumnya janin, lanjut Ramlan, akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
"Dengan asupan gizi yang baik kita yakin stunting akan cepat tertangani," pungkasnya.
Baca Juga: Lebih Mirip Sambungan Pipa! Benda Dibalik Pemugaran AL-Hinduan