Obrolan Para Presiden di Dalam Pesawat
Karena begitu bosannya keliling dunia, Gus Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali ini dia mengundang Presiden AS dan Perancis terbang bersama Gus Dur untuk berkeliling dunia.
Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.
Tidak lama Presiden Amerika, Bill Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata, "Wah kita sedang berada di atas New York!". Presiden Indonesia (Gus Dur), "Lho kok bisa tahu sih?".
"Ini patung Liberty kepegang!" jawab Bill Clinton dengan bangganya. Tidak mau kalah, Presiden Perancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar pesawat.
"Tahu tidak, kita sedang berada di atas Kota Paris!" katanya dengan sombongnya.
Gus Dur, "Wah... kok bisa tahu juga?". "lni menara Eiffel kepegang!" sahut presiden Perancis tersebut.
Karena disombongi oleh Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat. "Wah... kita sedang berada di atas Tanah Abang!!!" teriak Gus Dur.
"Lho kok bisa tahu sih?" tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak bisa melihat. "ini jam tangan saya hilang...," jawab Gus Dur kalem.
12. Teks Anekdot Singkat XII
Berkat Kanker Otak
Rutinitas belajar dan mengajar selalu diawali dengan cek presensi. Setiap guru yang masuk akan memanggil satu per satu murid yang hadir. Aturan yang sama berlaku di SMA Ruangguru. Pada saat itu, guru Bahasa Indonesia yang terkenal galak mulai memanggil setiap murid. Dengan nada tegas dan ekspresi kaku, ia menyebut nama murid. Hal ini menyebabkan murid yang dipanggil pun menjawab tak kalah lantangnya.
“Andi Ahmad”
“Hadir Bu!”
“Azmi Mahdi”
“Hadir Bu!”
“Bayu Satria”
“Hadir Bu”
“Akhirnya kamu masuk sekolah juga ya. Kenapa kamu kemarin tidak masuk?”
“Saya mesti ke rumah sakit, Bu,” jawab Bayu sembari senyum.
“Kenapa kamu jawab pertanyaan saya sambil senyum-senyum?” jawab sang guru kesal.
“Iya Bu, soalnya kata dokter saya terkena kanker otak.”
“Apa yang lucu? Kanker otak itu berbahaya.”
“Saya senang Bu. Ibu sudah tidak bisa bilang ‘dasar kamu tidak punya otak’ karena otak saya rusak.”
Seisi kelas meringis mendengar jawaban Bayu. Mereka ingin tertawa, tetapi khawatir dimarahi sang guru.
13. Teks Anekdot Singkat XIII
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memang unik. Dalam situasi genting dan sangat penting pun dia masih sering meluncurkan joke-joke yang mencerdaskan.
Seperti yang dituturkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD saat di-interview salah satu televisi swasta.
"Waktu itu saya hampir menolak penunjukannya sebagai Menteri Pertahanan. Alasan saya, karena saya tidak memiliki latar belakang soal TNI/Polri atau pertahanan," ujar Pak Mahfud.
Tak disangka, jawaban Gus Dur waktu itu tidak kalah cerdiknya. "Pak Mahfud harus bisa. Saya saja menjadi Presiden tidak perlu memiliki latar belakang presiden kok," ujar Gus Dur santai.
Jelas saja Pak Mahfud MD pun tidak berkutik. "Gus Dur memang aneh. Kalau nggak aneh, pasti nggak akan memilih saya sebagai Menhan," kelakar Pak Mahfud.
14. Teks Anekdot Singkat XIV
Kantin
Seorang guru sedang mengabsen anak muridnya sebelum memulai pelajaran.
Guru: “Intan?”
Intan: “Hadir, pak!”
Guru: “Nanda?”
Nanda: Hadir, pak!”
Guru: “Gulman?”
Pak guru tidak mendapat jawaban. Tiba-tiba, Gulman pun masuk ke kelas.
Guru: “Abis dari mana saja kamu, Gulman?”
Gulman: “Maaf pak, tadi saya habis sarapan di warung depan sekolah.”
Guru: “Loh, ngapain kamu jauh-jauh ke sana. Kita kan sudah punya kantin di seberang UKS.”
Gulman: “Itu kantin, pak? Saya kira petakan, kecil banget!”
Para murid pun tertawa mendengar jawaban Gulman.
15. Teks Anekdot Singkat XV
Mengikuti Kuis
Suatu hari Doni dan Trio mengikuti sebuah kuis berhadiah. Doni menjadi pengarah sedangkan Trio menjadi penjawab. Apapun yang dikatakan Trio, Doni hanya boleh menjawab ya, tidak, atau bisa jadi.
Doni: Nama tempat?
Trio: Tidak!
Doni: Makanan?
Trio: Tidak!
Doni: Orang?
Trio: Ya, ya, ya!
Doni: Profesi?
Trio: Ya!
Doni: Guru?
Trio: Tidak!
Doni: Berdasi?
Trio: Ya, ya!
Doni: Pejabat?
Trio: Ya, ya!
Doni: Di kantor suka tidur?
Trio: Ya!
Doni: Banyak yang korupsi?
Trio: Bisa jadi, bisa jadi!
Doni: Anggota DPR?
Trio: Ya...!
Akhirnya Doni menjawab betul.
16. Teks Anekdot Singkat XVI
Baca Juga: 25 Contoh Kalimat Prefiks atau Kata yang Berimbuhan di Awal
Menyambung Kabel Telepon
Setelah lulus dari perguruan tinggi, Fathan menemukan salah satu pamannya yang sangat kaya dan tidak memiliki anak, meninggal dan meninggalkan banyak uang untuknya, jadi dia memutuskan untuk mendirikan agen perumahannya sendiri.
Fathan menemukan kantor yang bagus. Ia membeli beberapa perabot baru dan pindah ke sana. Ia baru berada di sana selama beberapa jam ketika dia mendengar seseorang datang ke pintu kantornya.
“Itu pasti pelanggan pertamaku,” pikir Fathan. Ia segera mengangkat telepon dan berpura-pura sangat sibuk menjawab panggilan penting dari seseorang di Jakarta Utara yang ingin membeli rumah besar dan mahal di daerah tersebut.
Pria itu mengetuk pintu, masuk dan menunggu dengan sopan sampai Fathan menyelesaikan percakapannya di telepon. Kemudian pria itu berkata kepada Fathan, “Saya dari perusahaan telepon dan saya dikirim ke sini untuk menyambungkan kabel telepon Anda.”
17. Teks Anekdot Singkat XVII
Obat Sakit Kepala
Hari itu pukul 3 sore, seorang lelaki bernama Eko sedang duduk sambil makan cemilan di depan rumah. Tidak berselang lama datanglah temannya bernama Egi dengan wajah yang seperti sedang bermasalah.
Kedatangannya si Egi disambut dengan baik oleh Eko. Dengan senyum yang lebar, Eko mempesilakan kawannya tersebut untuk masuk ke dalam rumah. Tuan rumah juga menawarkan minuman kepada sang tamu. Setelah itu, mereka saling bercerita mengenai keadaan masing-masing.
Sambil duduk, si Egi mulai bercerita bahwa dirinya akhir-akhir ini sering sakit kepala. Sehingga membuatnya kurang dapat berpikir dengan cermat. Pekerjaannya juga dilakukan dengan kurang semangat membuatnya sering dimarahi bosnya. Tentu hal tersebut membuatnya semakin tidak bersemangat lagi untuk bekerja. Alhasil dirinya sekarang kabur dari tempat kerjanya.
Kejadian tersebut semakin membuat dirinya sakit kepala, hingga dia beberapa kali periksa ke dokter. Namun, tetap saja sakit tersebut tidak kunjung sembuh.
Eka yang mendengar kisah tersebut menjadi kasihan dengan keadaan temannya tersebut. Dia pun mengatakan bahwa dirinya mengetahui obat untuk kawannya tersebut. Egi pun penasaran dengan apa yang dia dengar sehingga dia meminta Eko untuk memberitahu apa resep mengobati sakit tersebut.
Dengan baik hati Eko mengatakan akan memberi tahu obat sakit kepala yang paling mujarab. Dia meminta izin untuk mengambil obatnya di dalam kamar. Berselang sekitar 10 menit, dia pun kembali ke ruang tamu dengan membawa satu buah amplop putih.
Dengan senyum yang lebar, Eko memberikannya kepada si Egi dengan hati yang senang. Tidak berselang lama Egi pamit pulang untuk membuka amplop tersebut.
Sesampainya di rumah, Egi sudah tidak sabar untuk membukanya. Dengan hati yang berbunga-bunga dia membuka kertas tersebut. Dalam hatinya dia berharap mendapat uang dari kawannya tadi. Dan ternyata di dalam amplop tersebut hanya terdapat sebuah kertas yang bertuliskan, "perbanyak istigfar Mas Egi." Dari situ akhirnya Egi tobat dari kesalahannya di masa lalu.
18. Teks Anekdot Singkat XVIII
Sekarang Pukul Berapa?
Seorang gelandangan tidur di taman. Ia dibangunkan setelah tidur selama 5 menit oleh seorang pria. “Permisi. Apakah Anda tahu pukul berapa sekarang?” Gelandang itu menjawab, “Maaf saya tidak punya jam tangan, jadi saya tidak tahu sekarang pukul berapa.” Pria itu meminta maaf karena membangunkan gelandangan itu, lalu melangkah pergi. Gelandang itu kembali melanjutkan tidurnya. Setelah beberapa saat, Ia dibangunkan oleh seorang wanita, yang sedang berjalan-jalan dengan anjingnya.
Wanita itu berkata, “Maaf mengganggu tidur Anda, tetapi sepertinya saya kehilangan jam tangan saya. Apa Anda tahu sekarang pukul berapa?” Gelandang itu sedikit kesal karena dibangunkan lagi, tetapi dia dengan sopan memberi tahu wanita itu bahwa dia tidak punya jam tangan dan tidak tahu pukul berapa.
Setelah wanita itu pergi, gelandangan itu punya ide. Ia membuka tas miliknya dan mengeluarkan pena dan selembar kertas. Di kertas itu, Ia menulis, ‘Saya tidak punya jam tangan. Saya tidak tahu sekarang pukul berapa.’
Ia kemudian menggantungkan kertas itu di lehernya dan kembali melanjutkan tidurnya. Setelah sekitar 15 menit, seorang polisi yang sedang berjalan di taman melihat gelandangan tertidur di bangku, dan membaca tulisan yang digantung di lehernya.
Polisi itu membangunkan si gelandangan dan berkata, “Saya membaca tulisan yang digantung di leher Anda. Saya pikir Anda ingin tahu bahwa sekarang pukul 14.30.”
19. Teks Anekdot Singkat XIX
Kereta dan Tukang Kupat Tahu
Pada suatu hari, seperti biasa, dari pagi sampai siang tukang kupat tahu berdagang di SMP 4 Tasikmalaya; jam 12 siang, dia biasanya menyusun rel kereta untuk mengambil jalan pintas menuju ke lokasi dagang selanjutnya, yakni Pasar Pancasila.
Tetapi kebetulan hari ini, dagangannya sudah habis. Pembeli terakhirnya membeli kupat tahu di sisi rel kereta. Sesudah pembeli terakhir itu selesai, tukang kupat tahu itu membersihkan piringnya yang berwarna merah lalu mengeringkannya dengan cara dikibas-kibaskan.
Kebetulan lagi, saat itu ada kereta yang melintas. Melihat ada tanda merah dikibas-kibaskan dari jauh, masinis kereta itu kaget lalu menginjak rem keras-keras. Sangkanya ada hal darurat yang membahayakan. Lalu kereta berhenti tepat di samping tukang kupat tahu tadi.
Masinis: "Ada apa, pak?"
Tukang Kupat Tahu: "Gak ada apa-apa, pak, tinggal bumbunya saja.
20. Teks Anekdot Singkat XX
Kereta dan Tukang Kupat Tahu
Pada suatu hari, seperti biasa, dari pagi sampai siang tukang kupat tahu berdagang di SMP 4 Tasikmalaya; jam 12 siang, dia biasanya menyusun rel kereta untuk mengambil jalan pintas menuju ke lokasi dagang selanjutnya, yakni Pasar Pancasila.
Tetapi kebetulan hari ini, dagangannya sudah habis. Pembeli terakhirnya membeli kupat tahu di sisi rel kereta. Sesudah pembeli terakhir itu selesai, tukang kupat tahu itu membersihkan piringnya yang berwarna merah lalu mengeringkannya dengan cara dikibas-kibaskan.
Kebetulan lagi, saat itu ada kereta yang melintas. Melihat ada tanda merah dikibas-kibaskan dari jauh, masinis kereta itu kaget lalu menginjak rem keras-keras. Sangkanya ada hal darurat yang membahayakan. Lalu kereta berhenti tepat di samping tukang kupat tahu tadi.
Masinis: "Ada apa, pak?"
Tukang Kupat Tahu: "Gak ada apa-apa, pak, tinggal bumbunya saja.
Demikianlah 20 contoh teks anekdot singkat yang dapat kamu baca dan simak makna di dalamnya; sudah baca?
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.