Setiap tiga bulan terakhi aku selalu menunggu ke datangan ayah bahkan aku selalu tertidur di ruang tamu untuk menanti kehadirannya. Bukan oleh-oleh yang kami buru. Tapi harum tubuh ayah yang kami rindukan.
Seperti saat ini pukul 19.30 ada yang mengetuk pintu
“tok..tok..tok Assalamualaikum”.
Kami menjawab sambil berhamburan ke depan pintu. Setelah terlihat sosok gagah itu kami langsung berhamburan kepelukannya merasakan harum bau tubuhnya dan melepaskan rindu yang kian menggebu akhirnya terlepaskan.
Keesokan harinya merupakan momen yang kami tunggu untuk sekedar berkumpul menikmati secangkir teh atau sarapan bersama dan itu hanya ada waktu satu minggu.
Setelah itu ayah akan pergi lagi selama tiga bulan untuk bekerja memenuhi keperluan dan masa depan kami. Waktu sebentar itu merupakan kebahagian yang teramat sangat untuk kami.
4. Sedekah Ladang Rezeki
Hidupku bisa dikatakan sangat pas-pasan karena uang yang kami punya mungkin hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Namun tak mengapa, aku sangat bersyukur karena masih banyak orang-orang yang jangankan memenuhi kebutuhan sehari-hari, makan saja terkadang tidak punya.
Apalagi ayah, ibu, dan kedua saudaraku begitu baik. Keluarga kami sangat harmonis dan hangat.
Ibu dan ayah adalah petani yang mengurus kebun milik orang lain. Sementara kedua saudara dan aku sibuk sekolah.
Setelah sekolah aku dan kedua saudara sering membantu ayah dan ibu agar pekerjaan mereka cepat beres.
Setiap malam selepas magrib merupakan momen yang ditunggu karena aku dan keluarga bisa makan malam.
Jika sedang ada uang, ibu membelikan daging ayam. Di waktu itulah aku sangat menikmati hidup dan sangat bersyukur.
Tetapi seringnya, lauk pauk yang dihidangkan ibu adalah tahu tempe karena memang uang yang tidak cukup.
Hidup serba kekurangan tak membuat keluarga kami punya mental meminta-minta atau utang sana-sini.
Ayah terkadang rela bekerja ekstra di luar berkebun demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Ibu pun demikian, ia sering menjadi buruh cuci para tetangga untuk menambah penghasilan.
Kehebatan orang tuaku benar-benar tak bisa diragukan, mereka sering membiarkan anak mereka makan terlebih dulu supaya kenyang.
Sisa nasi dan lauk pauk, barulah mereka makan.
Aku dan kedua kakakku sering sedih melihat keadaan keluarga yang serba kekurangan.
Namun, ayah dan ibu terlihat sering tegar jika melihat kami murung.
Uniknya walau kami pas-pasan dan tak punya uang lebih, di setiap subuh ayah sering menyaku uang hasil ia bekerja.
Tetapi uang itu tak dibelikan apa pun.
Aku pernah bertanya kepada ayah.
“Uang itu dibelanjain apa, yah?” tanyaku.
“Sedekah subuh, nak,” jawabnya singkat sambil tersenyum.
Ayah lalu menjelaskan, jika sedekah subuh mempunyai banyak manfaat, salah satunya dilancarkan rezeki.
Bagi ayah, kita bisa hidup sehat dan makan setiap hari adalah rezeki besar dari Tuhan.
“Apa pun keadaannya, sesempit apa pun hidup kita, bersedekahlah, hal itu akan membuat hidup kita menjadi lapang,” ayah pernah berkata demikian.
Hal itu benar adanya. Meski hidup pas-pasan, tapi keluarga kami hidup damai dan tenang.
Mungkin itulah rezeki yang Tuhan beri, yaitu berupa hidup dengan penuh ketenangan.
“Percayalah, selalu ada rezeki yang terbuka jika kita bisa membantu sesama,” ungkap ayahku.
Baca Juga: Mengenal Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel, Cerpen, dan Drama
5. Jauh dari Kata Harmonis
Apa yang kamu harapkan dari keluarga yang disebut harmonis?
“Aku sering mendengar kata harmonis di dalam sebuah ikatan keluarga. Mungkin perasaan orang tua yang sayang anaknya, anak yang menghormati orang tuanya, adik kakak yang saling menyayangi.”
Itu hanya khayalan.
Diary 12 november 2013
Ku akhiri curhatanku di buku dyary kumal kesayanganku ini. Aku Tiara merupakan seorang anak bungsu dari ibu bernama Evi dan Ayah bernama Tono.
Dulu mereka ayah ibuku yang selalu memberikan perhatian saat usiaku 8 tahun. Ya tepat 8 tahun yang lalu keluargaku masih bahagia dan baik-baik saja.
Setiap ayah dan ibu bertengakar tiada permintaan maaf dari kedua belah pihak karena saling gengsi untuk meminta maaf duluan. Dan mereka hidup bersama lagi seperti tak terjadi apa-apa.
Namun, itu telah berubah saat Ayah selalu asyik bercengkrama dengan hp nya. Bahkan aku sering mendengar ayah berhaha-hihi dengan temannya di hp tersebut.
Ibuku sudah bosan menegurnya dia telah memilih diam. Suatu saat ibu menemukan Whatsap ayah dengan perempuan lain dengan kata-kata yang tak senonoh dilontarkan oleh lelaki yang telah memiliki istri.
Ibu marah besar, dan berakhir dengan memasukan baju-bajunya dan bajuku ke dalam koper dan bersiap pergi dari rumah itu.
Ayah berteriak sambil menahan amarah “silahkan pergi aku juga sudah bosan dengan sikapmu, kamu yang dulu juga pernah berselingkuh tapi aku bersikap biasa. Aku hanya marah sesaat. Jika kamu memilih pergi silahkan kita memang sudah tak seia sekata, kita sudah memilki kebahagiaan lain dan itu bukan di sini”
Ternyata komunikasi di antara mereka tidak terjalin dengan baik tak ada yang ingin meminta maaf duluan dan menyelesaikan masalah sampai tuntas.
Tapi masing-masing menyimpan sakit yang sama namun terpendam. Sehingga akhirnya meledak dan membuat buah hati menjadi korban atas keegoisan masing-masing.
6. Keluarga Kecilku
Namaku Andrian aku seorang anak dari ayah bernama Andri dan ibuku bernama Tia. Usiaku sudah mencapai hampir kepala tiga dan aku sudah berniat ingin menikah.
Dari tiga puluh tahun yang lalu keluarga kecil kami tidaklah berubah. Karena aku merupakan anak tunggal Ayah dan Ibu kami selalu bertiga. Dan sampai saat ini jumlah kami tidak bertambah.
Di usia ayah dan ibu sudah mulai menua. Mereka menginginkan aku untuk tetap tinggal bersama mereka. Ayah bilang keluarga kecil kita tak akan pernah terpisah.
Ayah dan ibu tidak memiliki sanak saudara. Aku tidak pernah bertemu dan mengenalnya. Dan memang tidak ada. Sehingga kami benar-benar sebuah keluarga kecil. Kecil jumlahnya namun cinta dan kasih sayang kami begitu banyak dan besar jumlahnya.
“Bentuklah keluarga kecilmu di dekat kami nak biar kita tetap bersama-sama”. Itulah pesan ayah ibuku ketika akan menjelang pernikahan berlangsung.
Aku telah menemukan wanita yang tepat yang akan mengukir keluarga kecil lainnya di sini melanjutkan kisah keluarga kecilku.
7. Keputusan yang Membuat Keluarga Hancur
Ting… ponselku berbunyi ada pesan masuk
“Nis, ini ayahmu kan?
Sedang mengetik…..
Itu adalah pesan Whatsap dari sahabatku Adila. Aku masih menunggu sambil penasaran apa yang dia ketik di pesan selanjutnya.
Ting
Dia mengirimkan sebuah photo bukan hanya satu tapi sampai dua puluh. Dan aku bergetar meilhat photo-photo tersebut. Itu… photo ayahku bersama wanita yang menggendong bayi dan wanita itu cukup sangat muda mungkin di atasku dua tahun.
Namaku Anisa aku seorang mahasiswa kedokteran semester akhir. Ayahku bernama Handoko seorang pembisnis restoran dan membuka cabang di berbagai kota.
Ayahku sangat cukup tampan dan gagah meski sekarang sudah mendekati usia kepala lima. Bukan hanya gagah tapi ayah yang seorang pembisnis memang selalu di dekati banyak wanita.
Ibuku bernama Karmila wanita cantik dan masih energik di usianya yang kini hampir 48 tahun. Dan dia hanya menjadi seorang ibu rumah tangga biasa.
Selama ini ibuku tidak menaruh curiga bahwa ayah memiliki wanita idaman lain.
Karena ayah selalu bersikap romantis terhadap ibu meski sering pergi ke luar kota. Dia selalu royal terhadap aku dan ibuku. Kasih sayangnya tidak pernah berkurang selalu memberikan apapun yang aku mau.
Dan dari kabar sahabatku aku mulai tahu dan membicarakannya dengan ibu. Terjadilah perang dunia antara ayah dan ibu. Ibu minta cerai karena tidak mau di madu.
Dan ternyata ayah sudah menikah tiga tahun yang lalu saat di kota Bandung. Dan kini telah memiliki bayi berusia satu tahun dan berjenis kelamin laki-laki itu adalah impian ayah sejak dulu.
Dan kini ayah lebih memilih perempuan itu di bandingkan aku dan ibuku. Terdengar kabar ayah mengalami kebangkrutan yang cukup parah sehingga menjual semua aset-asetnya termasuk rumah kami.
Keluarga kami menjadi hancur dan aku tak bisa melanjutkan pendidikanku karena tak ada lagi biaya. Ternyata beda istri beda rezeki
Demikianlah 7 cerpen tentang keluarga yang bisa kamu baca dan maknai setiap pesan moral yang terkandung di dalamnya; sudah baca semua?
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.