7 Contoh Teks Cerita Sejarah Pribadi Singkat, Beserta Cara Membuatnya

30 Agustus 2023 12:42 WIB
Ilustrasi Contoh Teks Cerita Sejarah Pribadi Singkat
Ilustrasi Contoh Teks Cerita Sejarah Pribadi Singkat ( freepik.com)

Sonora.ID – Berikut beberapa contoh teks cerita sejarah pribadi singkat namun menarik yang bisa dijadikan referensi bagi yang membutuhkan.

Teks cerita sejarah adalah teks yang menjelaskan dan menceritakan tentang fakta dan kejadian masa lalu yang menjadi latar belakang terjadinya sesuatu yang mempunyai nilai sejarah.

Teks cerita sejarah terbagi menjadi beberapa macam, salah satunya adalah teks cerita sejarah pribadi.

Teks tersebut dapat digolongkan sebagai cerita sejarah nonfiksi, yakni cerita yang benar-benar nyata.

Teks sejarah pribadi adalah teks yang bergantung dari pengalaman manusia dan fokus pada penceritaan di masa lampau.

Baca Juga: 3 Contoh Teks Laporan Hasil Observasi Kucing Beserta Strukturnya!

Teks cerita sejarah pribadi juga bisa digunakan untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa dari kehidupan di masa kecil hingga sekarang yang dibuat sendiri oleh orang yang bersangkutan.

Lantas, bagaimana cara membuat teks cerita sejarah pribadi?

Seperti halnya cerita pada umumnya, cerita sejarah pribadi juga memiliki latar waktu, latar tempat, dan unsur penting lainnya yang membangun isi cerita.

Agar dapat membuat teks ini dengan benar, sebaiknya kamu mengetahui contoh cerita sejarah pribadi singkat beserta strukturnya. Hal ini sangat penting karena dapat memberi wawasan baru untuk kamu.

Lankah pertama dalam menyusun teks cerita sejarah pribadi adalah dengan menentukan topik utama yang akan dibahas.

Kemdian tentukan judul cerita yang menari dari topik utama tersebut. Lalu, mulailah mengumpulkan data dan fakta sejarah pribadi yang bersangkutan dengan topik yang akan dibahas.

Untuk memudahkan penulis dalam menyusun cerita, dibutuhkan juga kerangka karangan dari teks cerita.

Kemudian yang terakhir, jangan lupa untuk menyunting karangan untuk meminimalisir salah ejaan.

Supaya lebih paham lagi, mari simak beberapa contoh teks cerita sejarah pribadi singkat namun menarik berikut ini.

Contoh 1

Aku memiliki seorang sahabat yang setia denganku sejak aku kecil, namanya Gita sedangkan namaku Gina sehingga teman-teman sering memanggil kami berdua dengan sebutan Gigi.

Sejak kecil kami selalu bersama karena kami juga bertetangga dekat. Aku seperti anak bagi orang tuanya dan dia seperti anak bagi orang tuaku.

Saat kami berdua masuk kuliah di kampus yang sama, tidak ada satu pun dari kami yang bisa mengendarai sepeda motor.

Saat itu ayahku bilang kalau salah satu dari aku dan Gita tidak bisa menghendaki sepeda motor dalam dua pekan, maka berangkat dan pulang kuliah harus naik angkot, tidak boleh antar jemput. Begitu pun dengan apa yang dikatakan orang tua Gita.

Padahal, akan sangat ribet jika ke kampus pakai angkot karena jarak rumah ke sekolah cukup nanggung, agak dekat tetapi juga agak jauh.

Maka, setelah diberi ultimatum itu, setelah pulang kuliah, kami mulai latihan naik motor di lapangan belakang rumah diajari oleh kakak Gita yang bernama Kak Gito.

Sebelumnya aku sudah bisa menaiki sepeda roda dua jadi saat itu aku sangat yakin dan percaya diri bahwa aku bisa mengendarai sepeda motor dengan mudah. Sementara sahabatku, Gita, tidak bisa sepeda sama sekali.

Namun ternyata untuk melakukannya tidak semudah yang aku pikirkan. Di hari pertama kami belajar sepeda motor, ternyata aku jatuh berkali-kali, apalagi Gita.

Untung saja kami pakai motor butut milik ayah Gita yang sangat jarang dipakai. Kami latihan gantian. Ayah dan ibuku hanya melihat kami belajar sepeda motor dari kejauhan.

Keesokan harinya adalah hari libur, jadi aku dan Gita sangat bersemangat untuk latihan sepeda motor dari pagi hari.

Di hari kedua latihan sepeda motor, ternyata Ayah turun tangan membantuku ikut naik motor denganku, jadi aku tinggal mengikuti instruksinya saja.

Namun ketika ayah melepasku sendiri, aku terjatuh lagi dan lagi. Gita hanya mentertawakanku, padahal dia juga belum bisa.

Meskipun begitu kami tidak menyerah dan terus semangat. Bahkan kami latihan sepeda hampir seharian lupa makan.

Kami berlanjut belajar di hari-hari selanjutnya tanpa didampingi. Tepat di hari ketiga, aku ada peningkatan karena sudah mulai bisa menjaga keseimbangan.

Meski cuaca panas, aku dan Gita tetap bersemangat dan latihan sambil tertawa riang. Aku sangat bahagia dan langsung memberitahu kedua orang tuaku bahwa aku sudah bisa menaiki sepeda motor.

Namun kata ayahku, aku harus bisa menaikinya dengan lancar tidak hanya sebatas itu saja.

Pada hari ketiga ini kami mulai merasa lelah karena kami berpikir bahwa mengendarai sepeda motor dengan lancar itu benar-benar sulit.

Di hari selanjutnya, kami latihan sepeda motor bersama di jalanan dekat sawah samping rumahku.

Aku sangat bersemangat karena kala itu aku sudah mulai lancar mengendarai motor.

Meski begitu, Gita terus menemaniku di hari-hari selanjutnya. Saat aku sudah lancar, aku pun berteriak kegirangan karena aku yakin bahwa aku bisa pergi ke kampus bersama Gita membawa motor.

“Yeay Gita lihat! Aku sudah lancar bawa motor!” Namun saat aku berteriak ternyata aku kehilangan kendali dan motor ayah Gita masuk ke sawah bersamaku juga, “Bruuuukkkk!”. Gita mentertawaiku karena tubuhku dipenuhi dengan lumpur. Aku pun menarik Gita untuk ikut tercebur ke sawah.

Aku tidak menyangka bahwa di saat aku sudah cukup lancar naik sepeda justru aku jatuh masuk ke sawah.

Ayahku menolong kami dan membawa kami ke rumah, kemudian ayah berkata bahwa aku tidak usah belajar sepeda lagi karena aku jatuh ke sawah.

Ibuku memarahiku karena aku tidak berhati-hati saat latihan, dan melarangku juga untuk latihan. Gita meyakinkan ayah dan ibuku bahwa aku sudah cukup lancar.

Keesokan harinya, Gita tetap menemaniku latihan dan orang tuaku tetap melarangku.

Namun Gita memohon supaya diperbolehkan. Saat itu aku langsung latihan ditemani Gita dan ayahku melihat aku sudah cukup lancar.

Aku melihat ayah dan ibuku memperhatikanku dari teras rumah sambil berkata, “Wah ternyata anak Ayah sudah lancar sepeda toh.

Minggu depan sepertinya bisa nyoba bikin SIM biar bisa ke kampus naik motor bareng Gita.” Mendengar kalimat itu kami langsung senang sekali.

Aku dan Gita, sahabatku, ternyata memiliki pengalaman yang sangat seru dan tak terlupakan.

Padahal ayahku dan ayah Gita memberiku tantangan selama dua pekan, tetapi aku bisa cukup lancar mengendarai motor tidak lebih dari dua pekan.

Pengalamanku bersama Gita saat belajar motor sangatlah terkenang, apalagi sampai masuk sawah. Tentu tak terlupakan.

Contoh 2

Saya Adam Nur Alam, biasa dipanggil Adam. Saya lahir dan besar di kota pelajar, Yogyakarta.

Sebagai anak bungsu dari enam bersaudara yang lahir pada 2 April 1991, saya “dipaksa” untuk berjuang agar bisa sekolah dan menyelesaikan pendidikan hingga lulus sekolah menengah.

Pada1997 adalah tahun yang tidak akan pernah terlupakan. Kakak saya yang tertua berlari-lari mengajak saya ke satu di antara TK di desa yang lokasinya cukup jauh.

Saya ingat betul bahwa hari itu adalah batas akhir pendaftaran masuk TK.

Sambil mengusap keringat, kakak menyodorkan amplop warna coklat sambil sesekali memohon keringanan pada bapak tua berseragam cokelat yang saya ketahui sebagai kepala sekolah.

Saya yang tidak tahu apa-apa hanya pasrah. Setelah proses negosiasi selesai, kakak mendekati saya sambil tersenyum dan mengatakan bahwa saya sudah bisa masuk TK.

Rasa bahagia tidak terkira memenuhi rongga dada. Saya tidak menyangka bahwa anak miskin seperti saya yang sehari-hari makan nasi serta garam bisa mengenyam bangku sekolah.

Kehidupan studi saya berjalan lancar. Setiap hal yang berkaitan dengan kebutuhan sekolah pasti dipenuhi oleh kakak sekalipun harus berutang.

Saya memanfaatkan fasilitas yang diberikan kakak untuk belajar sebaik mungkin.

Saat SD, saya memberanikan diri untuk mengikuti perlombaan di bidang matematika, mata pelajaran favorit saya. Siang malam saya berlatih agar bisa menjadi juara dan mendapatkan uang.

Para guru pun mulai melirik potensi yang saya miliki. Mereka semakin sering mengikutkan saya pada ajang perlombaan di tingkat kabupaten, bahkan nasional. Hasilnya pun tidak pernah mengecewakan.

Mungkin itulah yang membuat saya dapat diterima di SMP tanpa tes dengan mudah. Rasa bangga diterima di salah satu SMP favorit kabupaten membuat saya semakin giat belajar.

Selama menempuh studi di sana pun saya selalu mendapatkan peringkat pertama. Setelah menyelesaikan studi di SMP, saya meneruskan pendidikan di SMA dengan beasiswa dari pemerintah kabupaten.

Prestasi saya selama di SMA juga tidak jauh berbeda dengan prestasi saat berada di SMP. Sama-sama membanggakan.

Baca Juga: 7 Contoh Pidato Persuasif Tentang Kenakalan Remaja, Singkat dan Menarik

Contoh 3

Aku adalah seorang gadis yang lahir di Trenggalek, Jawa Timur pada tahun 1999. Aku dibesarkan dalam keluarga yang sederhana, namun berkecukupan.

Ayahku adalah seorang montir yang bekerja di salah satu bengkel di kotaku. Sedangkan ibuku berjualan soto ayam.

Meskipun berasal dari keluarga yang sederhana, tetapi aku memiliki mimpi yang tinggi untuk menjadi orang sukses.

Aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku dengan menjadi orang yang dapat membantu orang lain. Masalahnya adalah aku memiliki keterbatasan fisik.

Aku terlahir sebagai anak yang buta warna, sehingga memiliki kesulitan dalam mengenali jenis-jenis warna melalui indra penglihatanku.

Semuanya terlihat seperti hitam putih, sehingga aku merasa bahwa hidupku sangat membosankan dan menyedihkan.

Keterbatasanku ini juga berdampak pada lingkungan sosialku yang membuat aku minder. Saat teman-teman membicarakan warna saat memilih baju, aku hanya bisa diam saja.

Tidak hanya itu, saat di kelas pun aku juga sering salah dalam menyebutkan warna ketika ditanya oleh guru.

Akhirnya, aku berkata jujur bahwa aku memiliki mata yang buta warna. Teman-teman seperti tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Mereka terlihat seperti iba sekaligus merasa bersalah.

Guruku pun akhirnya memaklumi kekuranganku dan tidak bertanya apapun kepadaku tentang warna suatu benda atau objek.

Meskipun demikian, aku tetap merasa pesimis karena menganggap bahwa masa depanku akan terasa suram dengan kekuranganku ini.

Aku tidak akan bisa menjadi profesi apapun yang memiliki martabat yang dapat mengangkat derajat orang tuaku.

Suatu hari, guru Bimbingan Konseling (BK) memberikan konseling dan sesi diskusi untuk setiap anak. Saat tiba giliranku, aku diminta untuk bercerita mengenai kesulitan dalam mengikuti proses belajar.

Aku pun menceritakan apa adanya semua yang aku rasakan. Aku juga mengungkapkan keresahanku tentang masa depanku. Akhirnya, guruku memberikan solusi atas permasalahan yang aku hadapi.

Beliau berkata bahwa aku bisa bekerja di perusahaan asuransi asalkan aku ikut kuliah terlebih dahulu.

Ada salah satu kampus swasta di kotaku yang memberikan beasiswa untuk mahasiswa berprestasi.

Singkat cerita, aku kuliah dengan mengambil jurusan akuntansi sesuai dengan arahan guru BK. Aku memang memiliki beberapa kesulitan dalam belajar, namun para dosen selalu bersedia membantuku.

Sekarang, aku sangat bersyukur bisa bekerja di salah satu perusahaan asuransi ternama di kotaku.

Meskipun memiliki keterbatasan, aku dapat membuktikan kepada orang lain bahwa aku bisa meraih cita-citaku dan membahagiakan orang tuaku.

Contoh 4

Aku lahir di Papua 12 Januari 1997, Namun saat ini aku tinggal di kota Jakarta dan menjadi salah satu siswa di kelas X, SMA Negeri 21 Jakarta Jurusan IPS.

Aku memiliki hobi-hobi yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan dan juga berolahraga, terutama olahraga jogging.

Bagiku tumbuhan dan kesehatan adalah dua hal penting yang berkaitan antara satu dengan lainnya.

Semasa kecil aku pernah tinggal di dekat sungai Ciliwung, setiap musim hujan rumahku pasti kebanjiran oleh luapan sungai tersebut.

Aku bersama keluargaku kemudian mengungsi ke tempat pengungsian sementara sampai banjir mereda. Hal itu terus saja terulang dari tahun ke tahun seperti tanpa ada pemecahan.

Menginjak tahun pertama di SMA, aku mulai sadar bahwa permasalahan banjir sebetulnya bukan sekadar tanggung jawab pemerintah saja.

Masyarakat juga harus ikut bertanggung jawab mengatasi masalah tersebut. Salah satu caranya adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan apalagi membuang sampah ke sungai.

Sejak saat itu, kemudian aku mulai bergabung dengan Komunitas Peduli Lingkungan. Komunitas ini bergerak setiap minggunya untuk mensosialisasikan berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mencegah banjir dan juga pola-pola hidup sehat.

Tak lupa juga kadang kami mengadakan bakti sosial di setiap kelurahan yang dikunjungi.

Kini aku merasa lebih bermanfaat bagi orang lain. Dengan berbagi ternyata membuat orang menjadi lebih tahu dan kita menjadi tahu lebih. (salamdian)

Contoh 5

Namaku Rangga, aku sangat suka menghabiskan waktuku bersama keluargaku, apalagi saat libur akhir pekan.

Ayah dan ibuku memiliki 3 orang anak. Kakakku bernama Satria, 3 tahun lebih tua dariku.

Sementara adikku bernama San San, 2 tahun lebih muda dariku. Biasanya saat akhir pekan kami menghabiskan waktu dengan bermain ke rumah nenek di desa, tapi tidak dengan akhir pekan dua minggu yang lalu.

Tidak seperti biasanya, di akhir pekan saat itu ayah dan ibu mengagendakan kami sekeluarga untuk beres-beres rumah dan area.

Biasanya aku sangat gembira ketika akhir pekan karena bisa main di desa ke rumah Nenek, tetapi saat itu cukup menjengkelkan karena harus membersihkan seisi rumah dan sekitarnya.

Kata ibuku, sudah lama kami sekeluarga tidak gotong royong membersihkan rumah.

Perbedaannya denganku, kakakku yang biasanya malas diajak ke rumah nenek justru saat itu sangat bersemangat karena harus bersih-bersih rumah.

Pasalnya, Kak Satria sangat suka dengan kondisi rumah dan lingkungan yang bersih, dia juga hobi beres-beres. Sementara adikku, San San, anaknya cukup malas karena yang ia tahu hanya makan dan main saja.

Supaya pekerjaan rumah lekas selesai, kala itu ibuku langsung membagi tugas untuk setiap anggota keluarga.

Ibu bertugas untuk membereskan ruang depan, ruang tengah, dan dapur, sementara ayah bertugas membereskan bagian pekarangan dan kebun bersamaku, karena cukup luas dan kotor.

Kak Satria kebagian untuk menguras bak, membersihkan kamar mandi, dan menata gudang. Sedangkan San San ditugaskan untuk menyapu dan membersihkan rumput di halaman depan rumah. Untuk kamar, dibersihkan oleh masing-masing penghuninya.

Setelah setiap tugas dibagikan kepada kami, kami langsung bergegas untuk beres-beres.

Sambil menggerutu aku pun langsung mengambil sapu dan menyapu bagian pekarangan rumah.

Karena ayah melihat mukaku yang cemberut dan ditekuk, ayah berkata bahwa jika melakukan sesuatu harus didasari dengan rasa ikhlas dan gembira.

Namun aku tetap kesal karena di hari libur itu aku gagal pergi ke rumah nenek. Aku pun tetap melanjutkan pekerjaanku supaya cepat beres.

Dari kebun samping rumah, aku tidak melihat San San menyapu atau membersihkan rumput halaman.

Aku justru melihat adikku sedang bermain ponsel di halaman rumah tanpa diketahui ibu. Aku pun semakin kesal kemudian melaporkannya ke ibu supaya San San bergegas mengerjakan tugasnya. Setelah ibu memarahinya, barulah ia mau beres-beres kembali.

Saat itu tidak terasa sudah mulai menjelang siang. Kondisi rumah dan area sekitar rumah pun sudah terlihat lebih bersih dan beres sehingga lebih enak dipandang.

Ibu kemudian memanggil kami semua untuk masuk rumah dan segera bersih-bersih badan.

Lalu, kami makan siang bersama setelah kelelahan beres-beres dari pagi hingga siang hari.

Saat itu, aku memohon kepada ayah dan ibu supaya kami sekeluarga tetap pergi ke rumah nenek di desa sebagai upah karena aku sudah ikut gotong royong bekerja sama merapikan rumah dan sekitarnya.

Sore harinya, ibu dan ayah mengajak kami sekeluarga untuk pergi ke desa. Aku pun sangat senang karena akhirnya rasa lelah ku terbayarkan juga.

Meskipun Kak Satria awalnya tidak ingin ikut ke rumah nenek, akhirnya dia tetap ikut juga. Ibu berkata bahwa pekerjaan jika dikerjakan bersama tentu akan lebih ringan, dan jika bepergian dilakukan bersama juga akan lebih menyenangkan.

Akhirnya aku tetap bisa menikmati akhir pekanku saat itu dengan perasaan yang gembira.

Meskipun tidak seperti akhir pekan sebelumnya, tetapi saat itu aku tetap merasa bahagia.

Selain karena aku tetap bisa bermain ke rumah nenek, aku juga bisa membantu ibu membereskan rumah dengan bergotong-royong bersama kedua orang tua dan saudara-saudaraku.

Meskipun itu adalah hal yang sederhana tetapi jika dilakukan bersama dengan keluarga akan jadi hal yang istimewa.

Baca Juga: 3 Teks Argumentasi Tentang Singkong, Singkat dan Sesuai Strukturnya

Contoh 6

Aku adalah seorang anak yang tumbuh dengan serba kekurangan. Ayahku sudah meninggal sejak usiaku 9 tahun, sedangkan ibuku bekerja sebagai buruh laundry.

Penghasilan yang pas-pasan membuat hidup kami sangat sederhana. Hingga akhirnya, kakakku memutuskan untuk bekerja sebagai TKW di Taiwan.

Semenjak itu, kehidupan keluarga kami lebih baik dari sebelumnya. Ibu tetap bekerja, namun penghasilannya ditabung untuk biaya sekolahku.

Kami makan untuk sehari-hari dengan uang yang kakakku kirimkan. Beberapa tahun kemudian, aku duduk di bangku kelas 12.

Pada masa ini, banyak siswa dihadapkan pada kebimbangan dalam memilih jalan hidup. Entah itu bekerja, kuliah, atau bahkan menikah.

Ibuku menyuruh untuk bekerja sebagai TKW seperti kakakku karena gajinya cukup besar jika dirupiahkan. Namun, aku tidak ingin bekerja kasar.

Aku sadar bahwa rantai kemiskinan diawali karena minimnya ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, aku memilih untuk kuliah.

Ibu sempat sedih mendengar keinginanku. Mengingat, kuliah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi jika kuliah di luar kota, maka harus mempertimbangkan biaya kos, makan, dan sebagainya.

Namun, aku meyakinkan ibuku bahwa aku tidak akan membutuhkan biaya besar dalam kuliah. Aku akan mencari beasiswa untuk meringankan beban beliau.

Beruntungnya, aku benar-benar mendapatkan beasiswa Bidik misi yang membantuku untuk memenuhi biaya UKT dan biaya hidupku di tanah rantau.

Aku memilih jurusan akuntansi di Universitas Brawijaya. Sesekali, aku juga mengikuti Lomba Karya Ilmiah dan Kontes Debat.

Pengalaman-pengalaman tersebut membentuk pribadiku menjadi lebih berani dan percayalah diri. Kuliah memang dapat mengubah mindset seseorang seperti halnya yang aku rasakan saat ini.

Singkat cerita, aku lulus kuliah 3,5 tahun dengan predikat cumlaude dan akhirnya bekerja di Kementerian Keuangan.

Pengalaman sebagai orang yang serba kekurangan semasa hidup telah mengantarkanku menjadi pribadi yang tahan banting dan tidak mudah menyerah meraih mimpi. Ibu dan kakakku sangat bangga denganku.

Contoh 7

Saya dilahirkan dengan nama Aurum Mayangsari di Bandung pada 17 Januari 1990. Nama tersebut diberikan oleh mendiang ayah dengan tujuan agar saya bisa berkilau layaknya emas.

Ibu saya adalah TKI di Malaysia yang sudah beberapa tahun tidak pernah memberi kabar.

Sejak kecil ayah selalu mendidik saya dengan sangat keras. Tujuan beliau baik agar saya tetap semangat belajar dan tidak menyia-nyiakan pengorbanan beliau.

Pekerjaan ayah sebagai loper koran nyatanya bisa membawa saya sampai bangku Perguruan Tinggi.

Meskipun pada prosesnya hampir setiap hari saya harus bermandikan peluh untuk belajar dan mencari tambahan biaya.

Saya mulai menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak Mulia Bahagia yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumah.

Sejak kecil, ayah membiasakan saya untuk mandiri, sehingga saat berangkat ke TK pun saya tidak diantar tetapi naik sepeda butut yang rantainya kadang bisa lepas sendiri.

Saya bukan anak yang manja meskipun hidup dalam kondisi yang terbatas.

Setelah dua tahun di TK, saya melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Dasar Melati yang lokasinya lebih jauh daripada TK.

Kehidupan yang tidak kunjung membaik membuat saya harus tetap berjuang agar bisa menyelesaikan studi.

Jika teman-teman di kelas rajin dibawakan bekal orang tuanya, saya justru membuat bekal sendiri dan menjualnya pada teman lain yang tidak membawa makanan.

Selain bisa menambah uang saku, saya juga bisa latihan memasak dan membuatkan ayah sarapan.

Pemikiran saya saat SD sudah jauh lebih dewasa dibandingkan teman-teman seumuran. Saat berada di SMP pun kebiasaan mandiri dan tidak mengandalkan orang lain masih tetap melekat.

Ayah mulai membebaskan saya untuk melakukan apa yang saya inginkan.

Teman-teman di SMP tahu bahwa saya anak yang kurang mampu dari segi finansial.

Namun, dari segi prestasi tidak bisa dianggap remeh. Berkali-kali saya menjadi juara kelas dan memenangkan perlombaan sampai tingkat provinsi.

Prestasi saya itu lah yang membawa saya untuk bisa masuk SMA favorit di kota.

Karena lokasi SMA yang cukup jauh sampai belasan kilometer, saya memutuskan untuk tinggal di kost. Untunglah ayah mendukung saya sepenuhnya.

Kini, saya sudah duduk di Perguruan Tinggi. Pengorbanan ayah yang rela menahan lapar demi bisa mengirimi saya uang sewa kost masih terus membekas.

Saya tidak pernah merasa lelah jika harus belajar sampai larut malam.

Jika nantinya saya menjadi orang sukses dan berkilau layaknya emas, orang pertama yang akan saya bahagiakan adalah ayah.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Baca Juga: 10 Contoh Teks Rekaman Percobaan Bahasa Indonesia, Beserta Strukturnya

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm