Berikut ini ciri-ciri puisi rakyat, di antaranya adalah:
Ciri atau Kaidah Kebahasaan Puisi Rakyat
Adapun kaidah kebahasaan puisi rakyat adalah sebagai berikut, dikutip dari buku Sastra Indonesia Untuk Siswa Madrasah Aliyah (MA).
(1) Kalimat Perintah, Saran, Ajakan, Larangan, dan Pernyataan
Karena cenderung memuat nasihat, puisi rakyat umumnya menggunakan kalimat perintah, kalimat saran, kalimat ajakan, kalimat larangan atau kalimat pernyataan.
(2) Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola kalimat, yakni terdiri atas satu pola kalimat, yakni terdiri atas subjek, predikat, dan bisa dilengkapi dengan objek atau keterangan, misalnya, Banyak orang menyesal kemudian.
Kalimat majemuk adalah suatu bentuk kalimat luas, hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga mengandung dua pola kalimat atau lebih, terdiri atas induk kalimat anak kalimat.
Pada puisi rakyat, kalimat majemuk banyak ditemukan dalam gurindam. Meskipun tampak seperti dua larik, sebenarnya gurindam terdiri atas satu kalimat majemuk yang dinyatakan dalam hubungan sebab akibat.
(1) Gurindam
Barang siapa tiada memegang agama, sekali- kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat, maka ia itulah orang yang ma'rifat.
(2) Pantun
Terbang rendah burung peragam
Dari huma terbang ke hutan
Budaya daerah beraneka ragam
Mari bersama kita lestarikan
(3) Syair
Aku ingin seperti bumi dan rembulan, yang saling berbagi menerima surya. Tapi, aku sering memonopoli perhatian, tanpa menyisakan sedikit bagi yang membutuhkan.
Demikianlah paparan mengenai puisi rakyat lengkap dari pengertian, jenis, ciri, unsur atau kaidah kebahasaan, dan contohnya.
Baca Juga: 7 Puisi Kemerdekaan Untuk 17 Agustus 2023 dalam Bahasa Jawa: Bangkitkan Rasa Nasionalisme!
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.