Penulis : Arkan Pradipta
Sonora.ID - Berdasarkan penjelasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), obesitas mengacu pada penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh akibat ketidakseimbangan antara asupan gizi atau energi yang masuk dan keluar tubuh dalam periode waktu yang panjang.
Menurut WHO, Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang lebih dikenal dengan istilah Body Mass Index (BMI) di atas 25 dianggap sebagai tanda kelebihan berat badan.
Jika angka tersebut melampaui 30, maka dianggap sebagai kondisi obesitas. Tak jarang juga individu berupaya untuk menurunkan berat badan mereka karena mengalami kondisi obesitas.
Orang yang menderita obesitas memang sebaiknya melibatkan diri dalam kegiatan fisik atau berolahraga.
Namun, jenis olahraga yang dijalankan oleh penderita obesitas harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan fisiknya.
Pentingnya untuk menghindari olahraga dengan intensitas yang tinggi bagi mereka yang menderita obesitas.
Alasannya adalah adanya jenis olahraga tertentu yang dapat meningkatkan detak jantung melebihi kapasitas pompa jantung dan juga meningkatkan risiko stres yang lebih besar pada sendi dan tulang.
Berikut beberapa jenis olahraga yang sebaiknya dihindari oleh individu yang menderita obesitas.
Baca Juga: Bahaya Terlalu Sering Minum Es Teh, Bisa Picu Obesitas, Lho!
1. Lari
Lari termasuk jenis olahraga yang sebaiknya dihindari.
Mengapa demikian? Orang dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas 25 umumnya memiliki tingkat risiko lebih tinggi terhadap cedera, terutama pada bagian lutut, yang dapat terkait dengan pengapuran tulang.
Biasanya pengapuran tulang pada persendian ini lebih sering terjadi pada seseorang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, akibat kurangnya aktivitas fisik atau minimnya partisipasi dalam olahraga.
Pengapuran pada persendian ini tidak hanya terjadi pada lutut, tetapi juga dapat mempengaruhi tulang belakang, tangan, dan kaki. Pada dasarnya, ketika melakukan lari atau jogging, beban yang diterima oleh lutut akan dua kali lipat dari berat tubuh.
Lari atau jogging akan membuat lutut penderita obesitas menahan beban yang sangat berat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko peradangan persendian atau kondisi osteoarthritis.
Sebagai contoh, bagi individu dengan obesitas yang memiliki berat 95 kg, saat mereka berlari, lutut mereka harus menahan beban seberat 190 kg.
Baca Juga: 7 Contoh Gerakan Olahraga untuk Memperkuat Otot Punggung
2. Olahraga Apapun yang Mengandung Unsur Lompatan
Seseorang yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) di atas 30 sebaiknya menghindari aktivitas olahraga yang melibatkan gerakan melompat, seperti bermain bola basket, lompat tali, dan bulu tangkis.
Apa sebabnya? Seperti yang berlaku untuk berlari, gerakan melompat juga dapat memberikan dampak yang tidak menguntungkan pada persendian. Selain itu, jika individu dengan obesitas terlibat dalam aktivitas semacam ini, maka konsekuensi jangka panjangnya adalah peningkatan risiko terkena masalah rematik.
Pada intinya, ketika seseorang yang mengalami obesitas terlibat dalam jenis olahraga yang tidak sesuai, dampaknya bisa berupa peningkatan detak jantung dan tekanan darah.
Penting untuk diingat juga bahwa terdapat potensi risiko munculnya rasa nyeri pada dada, kesulitan bernapas, perasaan pusing, serta rasa nyeri pada ekstremitas kaki.
Apabila Anda menghadapi permasalahan obesitas dan merasa kesulitan untuk mengurangi berat badan sendiri, saatnya untuk mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan seorang dokter gizi atau spesialis dalam bidang pengelolaan berat badan.
Langkah ini dapat membantu Anda mendapatkan perawatan yang sesuai, termasuk rekomendasi jenis olahraga yang cocok dengan kondisi tubuh Anda.
Penderita obesitas sebaiknya memulai dengan melakukan olahraga ringan secara perlahan-lahan, dan kemudian meningkatkan intensitasnya secara bertahap, sesuai dengan saran yang diberikan.
Beberapa pilihan olahraga yang dapat diambil adalah renang, bersepeda di tempat (sepeda statis), atau bersepeda di luar ruangan.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News