Sawahlunto, Sonora.Id - Sebagai kota kecil, Sawahlunto belum memiliki sarana hiburan dan pusat perbelanjaan seperti kota-kota lainnya, sehingga perpustakaan menjadi salah satu tempat berkumpul yang favorit bagi masyarakat. Sawahlunto merupakan satu-satunya wilayah di Sumatera Barat yang memiliki dua gedung layanan perpustakaan.
Hal ini disampaikan Wali Kota Sawahlunto Deri Asta ketika mengawali rangkaian peresmian fasilitas layanan Perpustakaan Umum Daerah Sawahlunto, yang dipadukan dengan talkshow bersama Duta Baca Indonesia, serta penyerahan bantuan Pojok Baca Digital (POCADI) dari Kepala Perpustakaan Nasional di Perpustakaan Umum Muhammad Yamin, Sabtu, (9/9/2023).
“Pojok Baca Digital nantinya akan ditempatkan di Mal Pelayanan Publik Sawahlunto,” jelas Deri Asta.
Sawahlunto sudah lama dikenal sebagai salah satu daerah penghasil batu bara tertua di kawasan ASEAN. Bahkan, UNESCO pun mengukuhkan Sawahlunto sebagai warisan budaya dunia. Sama seperti kawasan percandian Borobudur, situs manusia purba Sangiran, dan sistem pembagian air pertanian Subak di Bali.
“Kami sengaja menggunakan bangunan sejarah sebagai bangunan perpustakaan karena image sebagai kota cagar budaya sudah melekat,” tambah Deri.
Tingginya angka kunjungan masyarakat ke perpustakaan umum daerah, dimanfaatkan betul oleh pemerintah dengan menelurkan sejumlah program inovasi seperti kelompok belajar (Kejar) Literasi dengan membuka bimbel gratis bahasa inggris, matematika, melukis, bagi para pelajar dan anak-anak istimewa dari sekolah luar biasa (SLB). Di samping itu, juga ada kelas keterampilan, seperti kelas merajut, menjahit yang diperuntukkan bagi para ibu rumah tangga.
“Inovasi ini mewakili Kota Sawahlunto dalam penilaian inovasi Layanan Publik UKPP Tingkat Provinsi pada 2023,” imbuh Wali Kota.
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando dalam kesempatannya mengatakan untuk menyongsong Indonesia Emas 2045, penguatan literasi penting berkesinambungan, utamanya dari lingkungan keluarga. Penguatan literasi keluarga dirasa penting dalam mengembangkan kecerdasan motorik mau pun kecerdasan emosional dan spiritual sehingga terbentuk anak-anak yang berkarakter kuat.
“Indonesia akan selalu ditanya bagaimana bisa meningkatkan budaya baca anak-anak di tengah gempuran media sosial dan permainan (game). Maka, langkah penting berikutnya, apakah di perpustakaan memiliki koleksi buku-buku tentang kiat tersebut,” urai Bando.
Sementara itu, pada sesi talk show Duta Baca Indonesia (DBI) Gol A Gong mengaku sudah keempat kalinya mengunjungi Sawahlunto. Di tengah peserta, DBI terkenang pesan ayah ketika banyak orang mencibir atau pun mem-bully kekurangan fisiknya.
“Lakukan tiga hal ini. Pertama, biasakan lari pagi sehabis sholat subuh. Kedua, gunakan waktu luang dengan membaca buku. Dan ketiga, waktu malam hari rutinkan mendengarkan dongeng,” kenang Gong.
Amanah itu ia lakukan setiap hari hingga akhirnya Gong sudah tidak baper lagi merasakan perlakuan orang lain. Di sinilah peran literasi keluarga, ujarnya.
Senada dengan Gong, Bunda Literasi Sawahlunto Meyvita Belani Husman menegaskan bahwa peran keluarga amat penting dalam menumbuhkan budaya literasi sejak dini. Kalau dari tingkatan pendidikan bisa diawali sejak bangku PAUD.
“Kami ingin mengenalkan buku-buku sejak dini dengan program seperti kunjungan ke perpustakaan (library tour), kegiatan mendongeng, hingga perpustakaan keliling,” ucap Bunda Literasi.
Sedangkan, Duta Baca Daerah Sawahlunto Zaskia Naila Adri mengakui kesempatan ini adalah saat yang tepat baginya mengembangkan diri untuk hal-hal positif. Menurutnya, perempuan muda harus mandiri dan menyukai hal-hal baru.
Pengalaman menjadi Duta Baca Daerah diakui Zaskia merupakan kali pertama ia menguji seberapa berani dan kualitas diri yang dimilikinya. Padahal dulunya ia adalah seorang yang introvert.
“Ada satu kalimat dalam buku yang saya baca dan sanggup mengubah mind set hingga sekarang,” ungkap Zaskia.