Menyadari bahwa sulit bagi orang tua sekarang dapat mendampingi anak selama 1 x 24 jam, maka penting bagi orang tua untuk mengetahui cara kerja dan algoritma media sosial.
“Untuk platform tertentu sudah disediakan parental lock yang dapat menyaring tayangan-tayangan yang muncul di linimasa” saran Ratih.
Hal ini akan memperkecil peluang konten dewasa muncul saat mereka membuka sosial media.
Jika orang tua melihat buah hatinya terlanjur mengakses konten-konten dewasa, maka panik yang dirasakan jangan sampai membuat emosi dan langsung memarahi sang anak. Bicaralah empat mata, duduk bersama, dan mulailah perbincangan dengan satu kalimat
“Ayah/Bunda, mengerti kamu sangat ingin tahu,,,,,” setelah itu, di depan sang anak konten tersebut di hapus kontennya lalu buat kesepakatan atau perjanjian. Perjanjian yang dibuat setelah mereka paham apa dampak buruk yang akan terjadi pada diri anak tersebut saat mengakses konten dewasa.
Baca Juga: Arti Kata Slebew yang Viral di Media Sosial, Punya Makna Vulgar?
Ketika ditanya tentang kasus yang paling banyak yang ditangani sebagai praktis, Ratih menjelaskan masalah screentime yang tidak terkontrol adalah kasus terbanyak pada anak di Indonesia saat menonton konten digital saat ini.
Berapa banyak lagi yang akan ditetapkan oleh polisi sebagai tersangka, kita akan masih menunggu pengusutan kasus ini.
Ketika konten film yang diproduksi itu sudah ada di internet maka akan dengan mudah tersebar dan diakses oleh pengguna internet tidak hanya orang dewasa. Anak-anak di Indonesia dengan pemakaian internet yang cukup tinggi kerapkali melihat tayangan pop-up yang berisi tautan-tautan tertentu.
Tidak jarang tautan ke konten dewasa muncul lalu sengaja atau tidak sengaja akan di klik, masuklah anak tersebut ke sebuah konten yang akan sangat membahayakan hidup mereka.
Penulis : Wahyudi Samadi
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.