“Bukan,” katanya dengan angkuh. “Ia adalah pembantuku!
Pertanyaan tersebut tak hanya diajukan oleh satu orang. Selama perjalanan, sang gadis menghadapi pertanyaan yang sama. Namun, jawaban gadis itu tetap sama; orang di belakangnya bukanlah ibunya.
Ibu gadis itu awalnya menahan diri, tetapi setelah berkali-kali mendengar jawaban yang sama dan menyakitkan itu, dia akhirnya berdoa kepada Tuhan untuk menghukum anaknya yang durhaka.
“Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini! Hukumlah dia….,” ujar sang ibu.
Perlahan-lahan, tubuh gadis itu mulai berubah menjadi batu, dimulai dari kakinya. Saat perubahan mencapai setengah tubuhnya, gadis itu meratap dan memohon ampun kepada ibunya.
”Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu…Ibu…ampunilah anakmu..,” ringisnya.
Namun segalanya sudah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu sudah berubah menjadi batu, tetapi matanya masih menitikkan air mata, sehingga batu itu dikenal sebagai "Batu Menangis."
Baca Juga: 20 Cerita Legenda, Menarik dan Penuh dengan Pesan Moral!
Pesan Moral Batu Menangis
Dari cerita Batu Menangis, pesan moral yang dapat kita ambil adalah untuk senantiasa berbakti dan tidak boleh durhaka kepada orang tua, terutama ibu.
Kita juga tidak boleh sombong dan angkuh, terutama hanya karena merasa diri kita cantik. Kita harus ingat bahwa kita akan menua seperti sang ibu dan penampilan tak selamanya sama.
Selain itu, jangan lupa untuk senantiasa memperlakukan semua orang dengan baik tanpa memandang penampilan.