Tercatat, dari luas lahan 6,7 juta hektar di Sulsel, yang ditanami hanya 1,7 juta hektar. Selebihnya tidak produktif.
Untuk itu, ia berharap lahan pribadi, perusahaan, lembaga negara, juga lahan transmigrasi yang tidak produktif dapat ditanami nantinya.
Baca Juga: Pemprov Sulsel Penuhi 40 Persen Anggaran Pemilu di APBD Perubahan 2023
Ia menuturkan, Sulsel akan mencontoh Lampung dengan produksi pisang dan nenas.
Kedua komuditas tersebut dinilai juga dapat menumbuhkan sektor peternakan. Karena sisa limbah pisang dan nenas dapat dijadikan pakan ternak.
Menurutnya, tanaman pisang punya nilai ekonomi cukup tinggi.
"Selain sebagai makanan budaya, setiap kegiatan dengan sajian makanan selalu ada pisang. Secara kultural ini adalah tanaman budayanya Sulsel," ungkapnya.
Bahtiar mencontohkan, budidaya pisang di Lampung yang dilakukan PT Great Giant Food mampu meraup revenue mencapai Rp5 triliun per tahun dengan total luas lahan 32.000 hektar.
Khusus nenas, mereka meraup Rp3 Triliun. Sementara ternak sapi mencapai 20.000 ekor.
Bahkan perusahaan tersebut baru menyuplai 1 persen dari permintaan 65 negara.
Jika dibandingkan dengan komuditas lain, nilai ekonomi pisang jauh lebih unggul.
Misalnya tebu, 1 hektar menghasilkan Rp104 juta rupiah. Akan tetapi nilai produksinya juga besar yakni mencapai Rp78 juta dengan keuntungannya hanya Rp26 juta per hektar.
Sedangkan pisang, keuntungannya bisa mencapai hingga Rp36 juta per hektar.
"Masyarakat kita perlu diajari membudidayakan," jelasnya.
Baca Juga: Pelari Makassar Ramaikan Event Lari Internasional Berlin Marathon 2023
Olehnya ia meminta dukungan Bupati dan jajaran, serta TNI Polri, untuk menggerakkan program tersebut.
Ia berharap terdapat 1 miliar pohon pisang di Sulsel.
"Dengan target jumlah yang besar, maka akan menciptakan lingkungan yang baik di industri karena produksi dan panen yang selalu tersedia dan permintaan yang dapat terpenuhi," harapnya.