Salah satu strategi jangka pendek yang akan dilakukan adalah dengan menggelar pasar murah dua kali sepekan.
"Kami dengan Bulog sepakat setiap Senin dan Selasa harua ada pasar murah. Bisa juga memanfatkan hari-hari tertentu seperti car free day, supaya UMKM juga bergerak," ungkapnya.
Sedangkan, untuk strategi jangka panjang, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan menyusun langkah konkrit guna mengurai masalah distribusi bahan pokok dari hulu ke hilir.
Bahtiar menyebut, ada dua konsep yang bisa diterapkan, yakni ketahanan pangan dan daulat pangan.
Baca Juga: Sulsel Targetkan Tanam 200 Juta Pohon Pisang Dalam Setahun
"Kalau ketahanan pangan itu kita cari pengganti jika ada komoditas kurang. Kalau daulat pangan, kita tingkatkan produksi agar daerah bisa surplus. Intinya kita mau pastikan semua bahan pokok cukup mencukupi agar tidak ada gejolak," tegasnya.
Lebih lanjut, Bahtiar juga menginstruksikan instansi terkait seperti Bulog dan Dinas Perdagangan Kabupaten/Kota aktif turun ke pasar mengecek harga pangan.
Ini sebagai langkah mengantisipasi gejolak harga.
"Operasi pasar harus dimaksimalkan kalau perlu di pasar setiap hari. Jangan terlalu banyak di kantor. Kamu turun di pasar sisa lapor Bupati Wali Kota. Bisa kerja di mana saja. Banyak turun di masyarakat," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulsel, Causa Iman Karana, menuturkan, meski harga sejumlah kebutuhan pokok di pasar tradisional mengalami kenaikan, namun inflasi Sulsel masih tergolong stabil yakni 3,1 persen.
Kendati demikian, dirinya mengapresiasi gerak cepat Pj Gubernur Sulsel menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok melalui operasi pasar maupun pasar murah.
"Sangat kami apresiasi langkah yang dilakukan Pj Gubernur Sulawesi Selatan Bahtiar. Hal ini bagian dari sinergitas TPID menjaga kestabilan harga," imbuhnya.