Sonora.ID - Cerita hikayat Si Miskin merupakan salah satu karya sastra dalam awal sastra Melayu lantaran isinya yang masih erat dengan kepercayaan pribumi pada waktu itu.
Kepercayaan yang dimaksud adalah sikap kehidupan bermasyarakat. Hikayat Si Miskin juga mengandung berbagai nilai.
Nilai-nilai dalam hikayat Si Miskin untuk mencegah melebarnya jurang pemisah antara si miskin dan si kaya dan adanya kepemimpinan yang arif bijaksana.
Adanya perbedaan antara si kaya dan si miskin dapat menjadikan jurang pemisah juga menyebabkan adanya status sosial.
Si kaya merasa berkuasa karena memiliki status yang lebih tinggi. Sementara itu, si miskin dianggap kaum yang lemah.
Hal tersebut terbukti dalam cerita hikayat Si Miskin berikut ini yang kami kutip dari buku Ensiklopedi Bahasa dan Sastra: Macam-Macam Karya Sastra Klasik.
Baca Juga: Karakteristik Teks Hikayat: Tujuan, Nilai-Nilai, dan Contohnya
Contoh Cerita Hikayat Si Miskin
Hikayat Si Miskin
Karena sumpah Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya dibuang dari keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal sebagai si Miskin.
Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri Antah Berantah di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa.
Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya.
Sepanjang perjalanan menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.
Ketika isterinya mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman raja. Si Miskin menyatakan keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi istri itu makin menjadi-jadi menangisnya.
Maka berkatalah si Miskin, "Diamlah. Tuan jangan menangis. Biar Kakanda pergi mencari buah mempelam itu. Jikalau dapat, Kakanda berikan kepada tuan."
Si Miskin pergi ke pasar, pulangnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain. Setelah ditolak oleh isterinya, dengan hati yang sebal dan penuh ketakutan, pergilah si Miskin menghadap raja memohon mempelam.
Setelah diperolehnya setangkai mangga, pulanglah ia segera. Isterinya menyambut dengan tertawa-tawa dan terus dimakannya mangga itu.
Setelah genap bulannya kandungan itu, lahirlah anaknya yang pertama laki-laki bernama Marakarmah (anak di dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih sayang.
Ketika menggali tanah untuk keperluan membuat teratak sebagai tempat tinggal, didapatnya sebuah tajau yang penuh berisi emas yang tidak akan habis untuk berbelanja sampai kepada anak cucunya.
Dengan takdir Allah berdirilah di situ sebuah kerajaan yang komplit perlengkapannya. Si Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan Puteri Ratna Dewi.
Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua, perempuan, bernama Nila Kesuma.
Maharaja Indera Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan menjadikan iri hati bagi Maharaja Indera Dewa di negeri Antah Berantah.
Ketika Maharaja Indera Angkasa akan mengetahui pertunangan putra-putrinya, dicarinya ahli-ahli nujum dari Negeri Antah Berantah.
Atas bujukan jahat dari raja Antah Berantah, oleh para ahli nujum itu dikatakan bahwa Marakarmah dan Nila Kesuma itu kelak hanyalah akan mendatangkan celaka saja bagi orangtuanya.
Ramalan palsu para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati yang berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya itu.
Tidak lama kemudian sepeninggal putra-putrinya itu, Negeri Puspa Sari musnah terbakar. Sesampai di tengah hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon beringin.
Ditangkapnya seekor burung untuk dimakan. Waktu mencari api ke kampung, karena disangka mencuri, Marakarmah dipukuli orang banyak kemudian dilemparkan ke laut.
Nila Kesuma ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari Palinggam Cahaya, yang pada akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan bernama Mayang Mengurai.
Akan nasih Marakarmah di lautan, teruslah dia hanyut dan akhirnya terdampar di pangkalan raksasa yang menawan Cahaya Chairani (anak raja Cina) yang setelah gemuk akan dimakan. Waktu Cahaya Chairani berjalan-jalan di tepi pantai, dijumpainya Marakarmah dalam keadaan terikat tubuhnya.
Dilepaskan tali-tali dan diajaknya pulang. Marakarmah dan Cahaya Chairani berusaha lari dari tempat raksasa dengan menumpang sebuah kapal.
Timbul birahi nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani, maka didorongnya Marakarmah ke laut, yang seterusnya ditelan oleh ikan nun yang membuntuti kapal itu menuju ke Palinggam Cahaya.
Kemudian, ikan nun terdampar di dekat rumah Nenek Kebayan yang kemudian terus membelah perut ikan nun itu dengan daun padi karena mendapat petunjuk dari burung Rajawali, sampai Marakarmah dapat keluar dengan tak bercela.
Kemudian, Marakarmah menjadi anak angkat Nenek Kebayan yang kehidupannya berjual bunga. Marakarmah selalu menolak menggubah bunga. Alasannya, gubahan bunga Marakarmah dikenal oleh Cahaya Chairani, yang menjadi sebab dapat bertemu kembali antara suami-isteri itu.
Karena cerita Nenek Kebayan mengenai putera Raja Mangindera Sari menemukan seorang puteri di bawah pohon beringin yang sedang menangkap burung, tahulah Marakarmah bahwa puteri tersebut adiknya sendiri, maka ditemuinyalah. Nahkoda kapal yang jahat itu dibunuhnya.
Selanjutnya, Marakarmah mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin kembali. Dengan kesaktiannya diciptakannya kembali Kerajaan Puspa Sari dengan segala perlengkapannya seperti dahulu kala.
Negeri Antah Berantah dikalahkan oleh Marakarmah, yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga Indera (saudara Cahaya Chairani).
Akhirnya, Marakarmah pergi ke negeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu Indera dan menggantikan mertuanya itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi raja di Palinggam Cahaya.
Selanjutnya, di bawah ini kami sajikan penjelasan mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik atau nilai-nilai dalam hikayat Si Miskin.
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat Si Miskin
Unsur Intrinsik Hikayat Si Miskin
(a) Tema: Kunci kesuksesan adalah kesabaran. Perjalanan hidup seseorang yang mengalami banyak rintangan dan cobaan.
(b) Alur: Menggunakan alur maju, karena penulis menceritakan peristiwa tersebut dari awal sampai akhir permasalahan.
(c) Setting/Latar:
(d) Sudut Pandang Pengarang: orang ketiga serba tahu.
(e) Amanat:
Unsur Ekstrinsik Hikayat Si Miskin
(a) Nilai Moral: Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita. Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain.
(b) Nilai Budaya: Sebagai seorang anak kita harus menghormati orangtua. Hendaknya seorang anak dapat berbakti pada orang tua.
(c) Nilai Sosial: Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih. Hendaknya kita mau berbagi untuk meringankan beban orang lain.
(d) Nilai Religius: Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya. Percayalah pada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.
(e) Nilai Pendidikan: Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih. Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.
Demikianlah paparan mengenai contoh cerita pendek (cerpen) hikayat Si Miskin lengkap dengan unsur dan nilai-nilainya.
Baca Juga: 10 Contoh Cerita Hikayat, Tema Beragam, Singkat, dan Penuh Makna!
Baca artikel dan berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.