Lantas, apa yang membuat aruh sastra di Banjarmasin sebagai tuan rumah itu berbeda?
Ketua Dewan Kesenian (DK) Banjarmasin, Hajriansyah berkeinginan, Aruh Sastra yang digelar di kota ini bisa menjadi tolok ukur untuk gelaran Aruh Sastra ke depannya.
Baik itu dari segi peserta yang berhadir, hingga ragam kegiatan. Pihaknya juga menginginkan, kegiatan ke depan tidak lagi terbatas untuk lokal Kalsel saja.
"Tuntutan rekan-rekan, Aruh Sastra Kalsel sudah saatnya go nasional. Lebih luas jangkauannya," ucapnya.
Diutarakan Hajri, sejauh ini mayoritas peserta Aruh Sastra kebanyakan berasal dari Kalsel. Kalaupun ada peserta luar daerah, hanyalah beberapa.
Baca Juga: Banjarmasin Diguyur Hujan, Kualitas Udara Masih Tidak Sehat!
"Khususnya narasumber. Maka tahun ini, kami ingin melibatkan banyak orang lagi," yakinnya.
Ia menambahkan, pada aruh sastra kali ini, pihaknya mendatangkan delapan narasumber dari luar Kalsel. Yakni sastrawan yang secara nasional dikenal oleh publik.
"Seperti misalnya ada Putu Fajar Arcana, Oka Rusmini, Agus R Sarjono, Afrizal Malna," ungkapnya.
Begitu juga dengan juri lomba, tidak hanya sastrawan lokal, namun juga sastrawan dari luar daerah. Salah satunya Raudal Tanjung Banua.
Maka secara komposisi menurut Hajri, aruh sastra akan lebih semarak. Ada perpaduan lokal dan nasional.
Lebih jauh, dari sejumlah cabang lomba yang diadakan, tiga di antaranya terbuka untuk peserta asal Kalimantan. Artinya, bukan hanya diisi oleh peserta Kalsel saja.
"Di antaranya seperti manuskrip puisi, penulisan novel dan kritik sastra. Itu diikuti peserta asal Kalimantan," tutupnya.
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.