Banjarmasin, Sonora.ID - Niat baik untuk menambah tabungan lewat cara arisan ternyata justru menimbulkan kerugian yang banyak bagi Annisa, warga Kota Banjarmasin, yang jadi korban penipuan arisan online bodong.
Uang tabungan senilai Rp20 juta lebih raib, tak lama setelah disetorkan kepada bandar yang hingga saat ini keberadaannya tidak diketahui.
Meski sudah terjadi hampir tiga tahun lalu, Ia tetap tidak dapat melupakan kejadian tersebut.
Annisa mengaku kapok ikut arisan, apalagi jika sistemnya online alias tidak tatap muka dengan bandar yang tidak dikenal.
"Awalnya ikut di medsos, tahap awal arisan dengan nominal kecil masih benar. Setor uang segini, tiap bulan diundi, ya selayaknya arisan offline biasanya," jelasnya.
Ia mengaku sudah dua kali ikut arisan online dengan orang yang sama dan tidak ada hal yang aneh.
Itu pula yang membuatnya tidak ragu untuk ikut lagi dengan nominal yang lebih besar dan mengajak serta teman lain.
Seperti halnya sistem Multi Level Marketing (MLM), Annisa diminta untuk mengajak teman dengan iming-iming bonus yang didapat saat namanya keluar undian.
"Sudah terkumpul sampai Rp30 jutaan lebih waktu itu, saya setorkan, tapi kok bandarnya tiba-tiba menghilang tanpa kabar," tutur Annisa lagi.
Ia sendiri mengaku belum pernah bertatap muka dengan bandar. Komunikasi selama ini hanya mengandalkan layanan pesan singkat dan pengundian pun sepenuhnya dilakukan secara online, termasuk juga untuk setor uang arisan via transfer.
Selama ini Ia mengaku percaya dengan bandar karena adanya KTP yang bersangkutan. Namun meskipun berbekal identitas tersebut, rupanya yang bersangkutan sudah kabur.
Bandar yang saat itu berstatus mahasiswa di salah satu kampus di Banjarmasin lenyap dan sulit dihubungi. Meskipun sudah dicari ke kampung halamannya, tapi hasilnya pun juga nihil.
Baca Juga: Anies-Cak Imin Resmi Daftar Pilpres 2024, Relawan Padati KPU Kalsel
Apesnya, Annisa tetap harus mengganti uang arisan teman-teman yang diajaknya. Opsi menggadaikan rumah pun diambil karena tidak ada aset lain yang dapat dicairkan dalam waktu cepat.
"Kondisi saat itu kacau balau pokoknya, keuangan kacau, hubungan dengan pasangan juga ikut terganggu karena kasus ini," jelasnya lagi.
Sementara itu, jeratan pinjaman online dirasakan Yuni, warga Kota Banjarmasin, yang tak sadar memiliki utang hingga puluhan juta rupiah.
Niat awal kepepet karena kebutuhan tak terduga, melebar jadi pola hidup konsumtif yang membuatnya ketergantungan dengan pinjaman online.
"Waktu itu butuh uang untuk perbaikan motor, nyari pinjaman yang cepat akhirnya dapat via aplikasi," tuturnya.
Pinjaman awal hanya sekitar Rp3 juta dengan masa cicilan tiga bulan. Merasa mudah mendapat uang dengan cepat, penggunaan layanan itu pun dilakukan lagi olehnya dengan nominal yang lebih besar, yakni Rp 5 juta untuk keperluan yang bersifat konsumtif.
Sayangnya, pengelolaan keuangan yang buruk membuat Yuni sulit membayar cicilan yang jadi kewajibannya.
"Pikiran waktu itu, yang paling cepat adalah mengajukan pinjaman online di aplikasi lain untuk bayar cicilan di aplikasi satunya," ungkap pegawai swasta ini.
Pola gali lubang-tutup lubang yang dilakukan pun berujung apes karena akhirnya gajinya tiap bulan tidak dapat menutupi cicilan yang ada. Belum lagi ditambah pengeluaran rutin rumah tangga.
"Gaji tiap bulan sekitar Rp3 juta, tapi untuk bayar cicilan pinjaman online aja sudah lebih dari Rp1 juta," jelas Yuni.
Lingkaran setan yang menjerat pun tak bisa melepas Yuni hingga saat ini. Bahkan karena tak selektif dengan layanan pinjaman online, reputasinya di kalangan kolega pun sempat buruk.
Perkaranya adalah akses nomor kontak yang diberikan kepada aplikasi yang akhirnya mengirim pesan kepada seluruh nomor yang dimilikinya.
Alhasil, jumlah utang yang sudah lewat jatuh tempo pun diketahui banyak orang. Malu tentu dirasakannya karena reputasi buruk juga membuatnya tidak dipercaya lagi dalam mengelola keuangan.
"Pesan saya sih satu, jangan mudah tergiur utang. Apalagi kalau hanya sekadar untuk gaya hidup," pungkasnya.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: Arisan Sistem Menurun Marak di Kalsel, Korban Banyak Ibu Rumah Tangga