Banjarbaru, Sonora.ID – Setelah turunnya hujan dengan intensitas tinggi akhir-akhir ini, bencana kabut asap yang disebabkan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) saat ini sudah terkendali.
Namun, Kalsel harus bersiap menghadapi ancaman bencana alam lainnya, seiring masuknya musim hujan.
Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel sudah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi banjir.
Antara lain, menyosialisasikan KIE (komunimasi, informasi dan edukasi), membuat sistem peringatan dini, menuyusun rencana kontengensi, pelatihan dan peningkatan respons.
Baca Juga: Dua Wilayah Ini Kini Jadi Perhatian Kapolda Sumsel Atasi Karhutla
Sosialiasai KIE ini dengan cara tatap muka ke masyarakat, seminar kebencanaan di kampus dan lainnya, menggunakan media sosial, membentuk dan melatih penyuluh bencana.
Adapun peringatan dini, BPBD Kalsel telah menyiapkan 34 titik alat EWS banjir yang tersebar kabupaten/kota.
"EWS yang dipasang ini terdiri dari 19 pengukur tinggi muka air dan 15 sirine peringatan dini," ujar Kepala BPBD Kalsel, R Suria Fadliansyah, pada Kamis (26/10).
Kemudian membangun koordinasi dengan BMKG, Balai Wilayah Sungai (BWS), PUPR di kabupaten/kota dan Dinas Komunikasi dan Informarsi terkait sistem peringatan dini.
Tak hanya itu, BPBD Kalsel juga melakukan pelatihan dan peningkatan respons para relawan.
"Seperti Desa Tangguh Bencana yang telah terbentuk 33 desa hingga Oktober 2023," imbuh Suria.
Adapun daerah dengan risiko tinggi terdampak banjir di Banua, antara lain; 20 kecematan di Kabupaten Banjar, 11 kecamatan di Tanah Laut.
Selanjutnya 20 kecamatan di Kotabaru, 17 kecamatan di Barito Kuala, 12 kecamatan di Tapin, 11 di Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Tengah.
10 kecamatan di Hulu Sungai Utara dan Tanah Bumbu, 12 di Tabalong, 8 kecamatan di Balangan, 5 di Banjarmasin serta 4 kecamatan di Banjarbaru.
“Di HSU ada 10 kecamatan dan di Banjarbaru ada 4 kecamatan,” pungkasnya.
Baca Juga: Karhutla Makin Parah! Banjarmasin Siaga Darurat Kabut Asap