“Investasi terpenting yang berharga suatu bangsa adalah sumber daya manusianya, dan ini dimulai dari usia anak-anak. Karena angka 79,4 jiwa adalah angka yang signifikan,” tutur Rini.
Maka itu, peran keluarga dalam mencerdaskan bangsa krusial. Delapan jam aktivitas keseharian anak di keluarga, pendidikan dan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama.
“Anak berhak mendapatkan informasi dan pengasuhan yang layak agar tumbuh berkembang sehingga tujuan Indonesia Emas terpenuhi,” tambah Rini.
Sementara itu, Widyaiswara Utama dari Lembaga Administrasi Negara (LAN) Srie Agustina mengakui bahwa budaya literasi diperlukan untuk membangun generasi unggul berkualitas dan berkarakter. Sumber daya manusia hanya beri manfaat maksimal apabila diolah oleh manusia unggul. Oleh karena itu diperlukan strategy delivery yang tepat dari sisi content (konten), context (konteks), dan connect (keterkaitan).
Namun, perlu pengkajian secara kuantitatif adakah hubungan antara literasi dengan pembangunan ekonomi yang berujung kesejahteraan?
“Sejauh apa kontribusinya, meski banyak cerita sukses dari keberhasilan inklusi sosial dari perpustakaan,” urai Srie.
Pegiat literasi Maman Suherman, keberhasilan literasi adalah membentuk masyarakat literat. Dari suatu penelitian disebutkan negara-negara yang rendah tingkat korupsi justru dialami oleh negara -negara yang literat, seperti Finlandia, Norwegia, Swedia, Denmark, dan Selandia Baru. Pun, ukuran negara-negara paling bahagia di muka bumi juga negara-negara tersebut.
Yang menarik menurutnya, jangan membatasi anak dengan platform digital. Ini adalah terobosan. Siapa yang bisa batasi anak dengan digital saat ini. Bahkan, Maman berseloroh, bisa dikatakan bahwa anak yang lahir akan langsung mempunyai dua kewarganegaraan, yakni warga negara Indonesia dan warga net.
“Persoalan bukan pada platform tapi bagaimana mengisi platform tersebut,” ucap Maman.
Founder Read A Loud Roosie Setiawan mengatakan literasi secara umum belum popular. Apalagi literasi keluarga. Jadi, memerlukan sosialisasi karena tidak ada manusia yang lahir langsung literat.
“Kita perlu menciptakan generasi literat yang membutuhkan proses panjang dan sarana yang memadai. Platform yang diluncurkan Perpusnas bisa menjadi sarana yang memadai,” pungkas Roosie
Pada 2045 Indonesia akan memasuki usia seabad. Di saat yang sama Indonesia menikmati bonus demografi. 84 juta anak yang merupakan modal bangsa.
“Tinggal bagaimana kita menyusun program strategis yang menggiring mereka menjadi manusia unggul,”
Penguatan literasi harus dilakukan sejak dini. Oleh sebab itu, keluarga harus menjadi pranata sosial dan pendidikan pertama bagi anak agar kesadaran kognitif dapat terbentuk sejak awal dari masa pertumbuhan motoric, kognitif, emosional, psikososiali, spiritual yang dapat dipersiapkan sejak anak dalam kandungan serta terbentuknya kesadaran orang tua sebagai role model terhadap tumbuh kembang anak.