Kristiadi mengatakan, demokrasi sangat identik dengan kebebasan individu, kesetaraan, hak asasi manusia, pembatasan kekuasaan, dan tatanan hukum.
"Setiap negara demokrasi tentu secara intrinsik ada value kebebasan kehendak masyarakat dan kesetaraan. Bukan setara sama rata sama rasa, tapi setara martabat," ujarnya.
Ia menggambarkan masyarakat yang tidak memilih calon pemimpin hanya berdasarkan suka atau tidak suka sebagai contoh kesetaraan martabat. Menurutnya, masyarakat harus memilih calon pemimpin yang benar-benar memperhatikan dan mengerti kepentingan bangsa dan negara.
"Tapi orang tahu jika orang ini benar memperhatikan kepentingan umum mengerti kepentingan umum. Di situlah letak martabat itu," ucap pria yang puluhan tahun menjadi peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) ini.
Ia juga mengimbau masyarakat tidak termakan oleh kabar-kabar bohong yang menjadi kerawanan politik saat ini. Ia berharap masyarakat dapat menyaring dan mengkritisi setiap berita-berita yang ada.
"Kerawanan politik yang saya kira perlu diantisipasi adalah isu-isu hoaks yang mengadu domba masyarakat berhubungan dengan sentimen primordial, ras, suku, agama. Itu perlu diantisipasi," ujarnya.
Dirinya berharap masyarakat benar-benar mengetahui pemimpin yang dapat menyejahterakan rakyatnya dalam berbagai aspek, termasuk pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News