“Kita sendiri di Pemkot Administratif Jakarta Selatan mewajibkan semua pejabat mempunyai satu anak terindikasi stunting dan mengintervensi dengan memberikan makanan tiga kali sehari, susu dan vitamin,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Johannes Kitono, Sahabat Sonora yang mendukung dan menginisiasi pemberian bantuan telur sebanyak 10 ribu telur bagi anak-anak terindikasi stunting di Jakarta Selatan mengungkapkan alasannya ikut serta dalam proram Sonora Peduli Stunting.
Menurutnya, target Presiden Joko Widodo untuk menurunkan angka stunting dari 24 persen hingga 14 persen di tahun 2024 harus didukung semua pihak.
Konsumsi telur kata Kitono merupakan cara yang tepat untuk mencegah stunting pada anak.
Mengenai tingkat konsumsi telur, Indonesia termasuk empat besar negara yang tergolong tinggi. Peringkat pertama ada China, Jepang, Amerika Serikat dan Indonesia.
“Saya pikir apa yang dicanangkan oleh presiden kita bahwa angka stunting harus diturunkan dari 24 persen ke 14 persen harus kita dukung. Indonesia termasuk empat besar di dunia dalam hal konsumsi telur, yakni sebanyak 243 butir. Paling tinggi China 325 butir. Mungkin kita perlu satu pengkajian korelasi, antara konsumsi telur dengan tingkat IQ. Indonesia pasti bisa kita lakukan. Cuma angka Indonesia harus dipilah, telur untuk industri atau untuk individu. Tapi kalau masih ada stunting itu artinya tidak semua 243 butir,” ungkap Johannes Kitono.
Kegiatan pembagian telur sebanyak 1.204 pak diberikan kepada anak-anak terindikasi stunting di 10 kecamatan wilayah Jakarta Selatan.
Masing-masing di Kecamatan Tebet (64 anak), Kecamatan Setiabudi (24 anak), Kecamatan Mampang Prapatan (89 anak), Kecamatan Pasar Minggu (61 anak), Kecamatan Kebayoran Baru (69 anak), Kecamatan Kebayoran Lama (53 anak), Kecamatan Cilandak (62 anak), Kecamatan Pancoran (48 anak), Kecamatan Jagakarsa (114 anak) dan Kecamatan Pesanggarahan (18 anak).