Arab Latinnya: Wal-lażīna jāhadū fīnā lanahdiyannahum subulanā, wa innallāha lama‘al-muḥsinīn(a).
Artinya: "Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk [mencari keridaan] Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan,"(QS. Al-Ankabut [29]: 69). Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah, Demikianlah khotbah seputar siapa diri kita.
Semoga apa yang telah disampaikan memberikan kebermanfaatan bagi khatib maupun jemaah sekalian.
Terlebih lagi, Allah Swt. menjadi rida atas segala amalan yang kita perbuat. Aamiin allahumma aamiin.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian dan cinta kasih sayang. Kata Islam sendiri berasal dari kata aslama yang berarti menyerah diri kepada Allah swt. Seorang muslim adalah orang yang menyerahkan diri kepada Allah swt, dan mematuhi segala perintah dan larangan-Nya.
Salah satu ajaran utama Islam adalah rahmatan lil'alamin, yang berarti rahmat bagi seluruh alam. Islam mengajarkan umatnya untuk hidup damai dan berdampingan dengan semua makhluk ciptaan Allah swt, termasuk sesama manusia, hewan, dan tumbuhan.
Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad saw banyak sekali mengajarkan tentang kedamaian. Misalnya, dalam Al-Qur'an disebutkan dalam QS al-Anfal [8] ayat 61;
Artinya; "(Akan tetapi,) jika mereka condong pada perdamaian, condonglah engkau (Nabi Muhammad) padanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya hanya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Menurut Buya Hamka dalam kitab Tafsir Al-Azhar, pangkal ayat ini menjadi bukti bahwa perang bukanlah tujuan. Kalau musuh cenderung kepada perdamaian, artinya ada kelihatan tanda-tanda atau bukti-bukti bahwa musuh itu lebih suka mencari jalan damai, hendaklah di dalam kesiapsiagaan dan kewaspadaan yang tinggi itu untuk menempuh jalan damai itu. Jalan-jalan menuju damai itu hendaklah dilapangkan, yaitu damai yang tidak akan merugikan atau menjatuhkan muru'ah Islam.
Ayat ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin, yaitu agama yang membawa rahmat dan kasih sayang bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu, umat muslim harus menyebarkan kedamaian dan kasih sayang kepada seluruh umat manusia, tanpa memandang agama, ras, dan suku.
Pada sisi lain, perdamaian adalah inti dari ajaran Islam. Islam adalah agama yang mengajarkan cinta, kasih sayang, dan toleransi. Islam juga mengajarkan untuk menghindari kekerasan dan permusuhan.
Artinya; "Jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh, keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenarnya.Perdamaian itu lebih baik (bagi mereka), walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Jika kamu berbuat kebaikan dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tidak acuh) sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan". [Q.S Anfal [4] : 128].
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Dari ayat ini terlihat bahwa perdamaian dalam Islam merupakan sesuatu yang dianjurkan. Islam adalah agama yang cinta damai, dan ajarannya mendorong umatnya untuk senantiasa hidup dalam kedamaian dan harmoni. Lebih lanjut, perdamaian ini tidak hanya ditekankan dalam hubungan antar sesama Muslim, tetapi juga dalam hubungan antar umat beragama dan antar bangsa.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Sejatinya, Islam mengajarkan umatnya untuk mengutamakan perdamaian dalam menyelesaikan konflik. Jika terjadi konflik, umat Islam dianjurkan untuk berusaha menyelesaikannya secara damai melalui dialog dan negosiasi. Kekerasan hanya boleh dilakukan sebagai upaya terakhir ketika semua upaya damai telah gagal.
Lebih jauh, Islam juga mengajarkan umatnya untuk menghormati hak asasi manusia, termasuk hak orang-orang yang berbeda agama atau keyakinan. Umat Islam dianjurkan untuk hidup berdampingan secara damai dengan orang-orang dari agama atau keyakinan lain.
Sementara itu dalam Q.S al Maidah [5] ayat 32 dijelaskan bahwa Allah mengutuk keras tindakan kekerasan, dengan ancaman neraka jahanam. Misalnya, perbuatan menghilang nyawa orang dengan kekerasan dalam Islam tergolong dalam dosa besar, yang akan diancam dengan neraka jahanam. Pasalnya, pembunuhan merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang paling fundamental, yaitu hak untuk hidup.
Allah swt menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan memberikannya berbagai macam nikmat, termasuk hak untuk hidup. Oleh karena itu, membunuh manusia adalah perbuatan yang tidak menghargai ciptaan Allah swt dan melanggar hak asasi manusia.
Dalam ayat tersebut juga menjelaskan bahwa memelihara kehidupan manusia adalah perbuatan yang mulia dan akan mendapatkan pahala yang besar. Hal ini karena memelihara kehidupan manusia berarti menjaga ciptaan Allah swt dan menghargai hak asasi manusia
Artinya: "Barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. ( Q.S al Maidah [5]: 32)
Menurut Ibnu Jarir dalam kitab Tafsir Jami' al Bayan, [Mekkah: Dar Tarbiyah wa at-Turats, tt], halaman 232 bahwa kekerasan dalam Islam merupakan perbuatan yang terlarang. Jika seseorang membunuh satu jiwa yang diharamkan dengan menggunakan kekerasan, maka sama saja dia telah membunuh semua manusia, yang kelak akan diganjar dengan neraka jahanam.
وقال آخرون: معنى ذلك: إن قاتل النفس المحرم قتلُها، يصلى النار كما يصلاها لو قتل الناس جميعًا="ومن أحياها"، من سلم من قتلها، فقد سلم من قتل الناس جميعًا.
Artinya; "Dan orang lain berkata, maksudnya, jika seseorang membunuh jiwa yang diharamkan, pembunuhnya akan masuk neraka sebagaimana jika dia telah membunuh semua manusia. Dan barang siapa yang memelihara jiwa itu, maka dia telah memelihara seluruh umat manusia dari pembunuhan."
Dalam konteks kehidupan modern, ayat tersebut dapat menjadi pedoman bagi kita untuk menghindari segala bentuk kekerasan, baik kekerasan fisik maupun kekerasan verbal. Kita harus senantiasa menjaga kehidupan manusia dan menghargai hak asasi manusia. Kita juga harus menjauhi segala hal yang dapat menimbulkan konflik dan kekerasan.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Terakhir, perang bukanlah tujuan utama dari dakwah Nabi Muhammad saw. Dakwah Islam lebih diutamakan untuk dilakukan dengan cara damai, dengan mengemukakan argumen dan dalil-dalil agama Islam. Jika orang-orang non-Muslim dapat mendapatkan hidayah dan mau mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa peperangan, maka itulah yang lebih baik daripada jihad atau perang.
Dengan kata lain, perang hanya dilakukan jika terpaksa, misalnya untuk mempertahankan diri dari serangan orang-orang non-Muslim. Namun, jika memungkinkan, dakwah Islam hendaknya dilakukan dengan cara yang damai dan persuasif.
Hasil dari dakwah damai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw adalah banyak orang yang masuk Islam tanpa peperangan. Misalnya, penduduk Madinah masuk Islam secara damai setelah Nabi Muhammad saw berhijrah ke kota tersebut. Itu semua dilakukan dengan damai, tanpa jalur perang.
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga kita bisa hidup dengan tentram, tenang dan damai di negeri yang majemuk dan beragam, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia. Shalawat dan salam kita haturkan kepada baginda Rasulullah SAW, manusia yang paling mulia di jagad raya, yang memiliki kasih sayang yang tinggi kepada seluruh umat manusia. Manusia yang membangun peradaban kemanusiaan, mengubah diskriminasi menjadi memanusiakan manusia.
Pada kesempatan yang mulia ini, khatib berwasiat kepada seluruh jamaah dan khususnya kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga kita selalu diberikan petunjuk jalan yang lurus dan diridhai oleh Allah SWT.
Sidang jumat yang dirahmati Allah SWT,
Islam hadir ke dunia membawa prinsip-prinsip tauhid dan kemanusiaan. Tauhid menjadi pegangan dan prinsip yang kuat di dalam hati, sehingga tidak akan goyah meski menghadapi cobaan yang berat sekalipun. Sedang kemanusiaan merupakan prinsip sosial umat Islam kepada manusia yang lainnya. Islam memiliki konsep kemanusiaan yang sangat tinggi yang dikenal dengan istilah ukhuwah yang artinya persaudaraan. Bisa berupa ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia), ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa dan setanah air), dan ukhuwah nasabiyah (persaudaraan senasab/keturunan).
Tauhid dan kemanusiaan bisa dikenal juga dengan istilah hablum minallah (hubungan dengan Allah) dan hablum minannas (hubungan dengan manusia). Keduanya merupakan prinsip yang saling melengkapi dalam ajaran Islam. Dalam urusan tauhid semua manusia adalah hamba Allah. Di sini tauhid secara tidak langsung meniscayakan adanya kesetaraan bagi manusia karena derajat dan kelas paling tinggi hanya milik Allah. Pembedaan derajat dan kelas pada tataran manusia bersifat semu di hadapan Allah SWT, karena yang membedakan hanyalah takwa. Sedang takwa adalah urusan pribadi seorang hamba dengan penciptanya, Allah SWT.
Maka mengklaim diri memiliki derajat lebih mulia hanya karena berasal dari sesuatu yang dianggap mulia merupakan sikap yang tidak bijak. Karena klaim-klaim semacam itu pernah dilakukan iblis pada awal penciptaan manusia, dan akhirnya iblis terhempas dari surga karena rasa sombongnya merendahkan ciptaan Allah yang lain, yang mungkin mereka anggap sesuatu yang hina. Kisah ini terangkum di dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf, ayat 12 yang berbunyi:
Artinya: Allah berfirman, "Apakah yang menghalangimu bersujud (kepada Adam) ketika Kuperintahkan kepadaMu?" Iblis menjawab, "Kami lebih baik daripada dia: Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Kau ciptakan dari tanah" (QS Al-A’raf: 12).
Karena adanya potensi yang dimiliki setiap manusia, meskipun diciptakan dari tanah liat, untuk menjadi mulia di sisi Allah, maka Allah menyatakan dengan tegas bahwa Allah telah benar-benar memuliakan manusia. Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur;an Surat Al-Isra ayat 70:
Artinya: Dan sungguh, kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan kami angkut mereka di darat dan di laut, dan kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna (QS Al-Isra (17): 70).
Jamaah sidang jumat rahimakumullah,
Kadang sifat iblis tersebut justru kadang dilestarikan oleh manusia itu sendiri dan diwariskan kepada keturunannya, dengan doktrin bahwa mereka itu lebih mulia dibandingkan manusia yang lainnya. Sehingga kita bisa melihat ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat banyak orang yang mengagungkan status sosial, jabatan, nasab dan lain sebagainya.
Zaman Rasulullah SAW manusia dan kemanusiaan menjadi perhatian yang serius dalam Islam. Ketika Rasulullah SAW pertama kali berdakwah, kondisi negeri Arab sangat jahiliyah, dirundung kebejatan moral dan pelecehan nilai-nilai kemanusiaan. Perang ada di mana-mana lantaran saling fanatik tentang suku mereka. Kaum wanita tidak dihormati sama sekali, karena tidak bisa dijadikan kebanggaan suatu suku, baik perang, menjadi pimpinan dan perundingan-perundingan. Perjudian dan eksploitasi ekonomi terhadap kaum miskin sangat marak.
Dengan demikian betapa berat penuh rintangan dakwah Nabi waktu itu. Beliau tidak hanya ingin mengembalikan masyarakat Arab untuk bertauhid kepada Allah, dari sifat paganisme dan menyembah berhala, tetapi juga menata moral masyarakat Arab yang sangat tidak bermoral. Maka dengan itulah Rasulullah merupakan Rasul yang diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak.
Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis Nabi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
Artinya: Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak (HR Al-Baihaqi).
Jamaah sidang jumat hafidzakumullah,
Pesan kemanusiaan lain yang juga sangat penting, yakni ketika Rasulullah SAW berkhutbah dalam haji wada’ pada tahun ke-10 hijriah. Ketika dakwah Nabi sudah sempurna, keyakinan masyarakat sudah sepenuhnya bertauhid kepada Allah SWT, dan moral masyarakatnya juga sudah baik, maka ketika Rasulullah ingin meninggalkan umatnya beliau tetap mengingatkan tentang ketauhidan dan pentingnya kemanusiaan. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Baihaqi, dan Al-Haitsami, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: Wahai manusia, ingatlah, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu, dan nenek moyangmu juga satu. Tidak ada kelebihan bangsa Arab terhadap bangsa lain. Tidak ada kelebihan bangsa lain terhadap bangsa Arab. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit merah terhadap orang yang berkulit hitam. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit hitam terhadap yang berkulit merah. Kecuali dengan taqwanya (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, dan Al-Haitsami).
Artinya: Nabi SAW bersabda saat haji wada’, ‘Maukah kalian kuberitahu pengertian mukmin? Mukmin adalah orang yang memastikan dirinya memberi rasa aman untuk jiwa dan harta orang lain. Sementara muslim ialah orang yang memastikan ucapan dan tindakannya tidak menyakiti orang lain. Sedangkan mujahid adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah SWT. Sedangkan orang yang berhijrah (muhajir) ialah orang yang meninggalkan kesalahan dan dosa.
Jamaah sidang jumat rahimakumullah
Pernyataan tentang kemanusiaan sangat dikuatkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya pada Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13:
Artinya: Wahai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari seorang pria dan seorang wanita dan kami menjadikan kamu berbagai bangsa dan suku, agar kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantaramu di sisi Allah ialah orang yang saling bertakwa (QS. Al-Hujurat:13).
Maka, ketika Allah SWT dan Rasulullah SAW memberikan legalisasi tentang kemanusiaan, seharusnya kita bisa menjaga amanah tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jamaah sidang jumat rahimakumullah,
Demikianlah khutbah yang singkat ini, semoga kita bisa meniru dan mempraktikkannya dalam kehidupan bersosial. Di jumat yang berkah ini marilah kita intropeksi diri, menghadirkan hati semoga Allah membimbing kita menjadi manusia yang berbudi luhur, yang mampu memegang teguh tauhid serta menghormati kemanusiaan dirinya dan orang lain.