Kelompok gen z dan gen y menjadi kelompok pasar bebas atau boleh kemana-mana. Mereka banyak yang masih menganggur atau baru tamat sekolah. Sejauh mana capital bisa masuk maka mereka akan memilih.
Mereka menjadi kelompok yang dibeli dengan money politik dan ini mengancam keberadaan demokrasi. Ketika berbicara pileg, pilpres, berbicara ‘wani piro’. Ini jadi tantangan kedepan.
Persoalan anak muda menjadi mendasar dan seksi mendekati pemilu 2024. Bagaimana menyentuh mereka sangat penting.
Beberapa partai sudah membuat lomba-lomba yang diisi gen z atau membuat kegiatan yang berkaitan dengan anak muda. Tapi tidak semudah itu, tidak cukup hanya sekali tapi perlu berkali-kali dan melibatkan anak muda dengan ruang gembira.
Sebuah survey menyebutkan bahwa 62 % anak muda tidak suka iklan partai politik. Artinya media sosial tidak sebanding dengan banyaknya iklan-iklan partai politik.
50% anak muda tidak suka dengan diskusi politik di TV, tapi mereka suka pemberian dari politisi. Money politik menjadi senjata ampuh menyasar kelompok milenial.
“Bagaimanaa agar sebanyak mungkin anak muda terjun ke politik untuk merubah kondisi yang ada. Sekali mereka banyak terlibat maka perubahan akan terjadi. tantangan bagimana keterlibatan anak muda bagaimana mereka menentukan masa depan bangsa dan keluarga karena berbicara kebijakan, undang-undang semua dari politik. Bila ingin melakukan perubahan maka bergabung ke parpol satu-satunya cara,” tutupnya.