Sonora.ID - Terdapat peluang dan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia terkait disrupsi teknologi yang telah dihadapi selama beberapa tahun terakhir ini.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional
Republik Indonesia (BRIN), L.T. Handoko yang menjadi salah satu keynote speaker dalam Smart Business Outlook 2024 bertajuk “Peluang Bisnis dan Disrupsi Teknologi”, yang diselenggarakan di Flores Ballroom Hotel Borobudur Jakarta pada Selasa, 28 November 2023.
Indonesia telah memiliki R-Perpres tentang Strategi Nasional (Stranas) Percepatan Penyelenggaraan Kecerdasan Artifisial yang diproses sejak 2020 lalu.
Dalam Stranas tersebut, terdapat 4 pilar percepatan, meliputi iklim kepercayaan, talenta, ekosistem data dan infrastruktur, dan ekosistem R&I.
Sala satu hal yang perlu difokuskan untuk bisa menyelenggaraan kecerdasan artifisial adalah ekosistem data.
"Jadi masalah infraktur relatif mudah, kemudian kalau kita mau menetapkan implementasi juga mudah, yang susah itu bagaimana kita bisa menciptakan data. Karena AI itu basis nya big data. Jika kita tak memiliki big data, kita tak memiliki AI," jelas Handoko.
Tantangan selanjutnya yaitu etik pemakaian data dan pengembangan aplikasi berbasis kecerdasan artifisial.
"Karena ada banyak data yang diperoleh, muncullah masalah etik. Kemudian setelah kita pahami itu semua, baru kita bisa menciptakan model bisnis baru" tambahnya.
"Jadi tidak bisa kita memakai teknologi baru, namun masih menggunakan model bisnis lama. Dan kita tahu persis bagaimana media ikut terdisrupsi juga,"
Kita melewati 4 era digital dunia, mulai dari era komputer dan internet, era web, era mesdos hingga saat ini berada dalam era kecerdasan artifisial.
Baca Juga: Smart Business Outlook 2024: Peluang Bisnis dan Disrupsi Teknologi
Di satu sisi, ada tantangan di mana Indonesia masih minim big data yang bisa diproduksi sendiri.
Meski begitu, kita masih memiliki peluang besar untuk bisa menciptakan pertumbuhan big data.
'Kita harus mencari peluang yang baru, peluang yang bisa dieksplorasi. Peluang ini salah satunya bahwa Indonesia adalah negara yang besar dengan berbagai keragaman alami sebagai modal big data" tambah Handoko.
Indonesia juga cukup besar untuk menciptakan pasar lokal sebagai modal merambah ke pasar global.
"Kita juga masih didominasi bonus demografi, didominasi generasi muda yang berpikiran maju, progresif dan terbuka sehingga bisa menjadi peluang untuk Indonesia" jelasnya.
Handoko menjelaskan bahwa setiap tahun negara kita menganggarkan ratusan miliar untuk membeli data.
"Nah itu sekarang kita ubah, kita yang akan meluncurkan satelit sendiri, sehingga kita bisa menjual data, bukan membeli data lagi" ungkapnya.
Apa yang harus kita fokuskan?
"Pertama, semua tidak mungkin terjadi jika tidak memiliki SDM yang smart, inovatif dan kreatif. Kedua, menciptakan lingkungan dan ekosistem yang bisa menjadi model bisnis berbasis kekuatan lokal sebagai modal untuk masuk dalam kompetisi global" lanjutnya.
Terakhir, kita harus berfokus untuk menciptakan peluang dan segmen baru di lokal sebelum masuk ke dalam pasar global.
"Saya tekankan kita harus memanfaatkan peluang berbasis lokal, baru kemudian masuk ke global,"
"Kita harus fokus ke fundamentalnya. Dan inilah yang menjadi tnaggung jawab kita semua, khususnya pemerintah untuk kedepannya," tutup Handoko.
Smart Business Outlook 2024 diselenggarakan dengan dukungan PT Bank Central Asia Tbk, LRT Jabodebek, JEC Eye Hospitals & Clinics, Fulaz dari PT. Lapi Laboratories, PT Multi Medika Internasional, Consina The Outdoor Lifestyle, Garuda Indonesia, dan Hotel Borobudur Jakarta.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News