Sonora.ID - Berikut ulasan selengkapnya mengenai "Puisi Cempaka Mulia yang Dikarang Oleh Sosok Amir Hamzah".
Cempaka Mulia merupakan salah satu bentuk karya sastra yang populer.
Puisi ini merupakan maha karya yang ditulis dan dikarang oleh Amir Hamzah.
Adapun puisi dari Cempaka Mulia mengisahkan mengenai sebuah kehidupan, kematian, keindahan serta perasaan kerinduan.
Pada dasarnya puisi yang berjudul Cempaka Mulia lebih memberikan gambaran yang menjelaskan mengenai keindahan bunga cempaka.
Dimana bunga Cempaka digambarkan sebagai sesuatu yang harum dan mempesona.
Disisi lain bunga ini juga menyimpan mengenai kiasan soal kematian atau akhir dari sebuah penghidupan.
Tema mengenai akhir hidup ini sangat terasa lantaran terdapat perbandingan antara cempaka yang tumbuh di kuburan abang (sebuah referensi kepada kuburan atau makam) dan pertanyaan tentang apa yang akan terjadi pada cempaka ketika sang penanam (musafir anak Sumatera) telah meninggal.
Baca Juga: 5 Puisi Bulan Desember Menyentuh Hati Tahun 2023, Indah dan Penuh Makna
Dalam hal ini yang pengarang karya banyak menggunakan bahasa-bahasa simbolis.
Yang mana pasa sisi lain bunga Cempaka digambarkan sebagai bunga yang mewakili kecantikan dan harum.
Sedangkan bunga itu umumnya tumbuh di kuburan, yang mana menjadi saksi akhir dari sebuah peristirahatan panjang.
Perumpamaan ini memang cukup kontras, namun tetap berirama yang mana menyangkut dua hal yakni kematian dan penghidupan.
Sehingga karya Puisi "Cempaka Mulia" merupakan maha karya yang menggambarkan kehidupan, kematian, keindahan, dan perasaan kerinduan.
Dengan bahasa yang simbolis, penyair mampu merepresentasikan mengenai kehidupan dan kematian, serta perbandingan budaya yang mungkin ada dalam pengalaman manusia.
Baca Juga: 7 Puisi Bulan Desember, Menyentuh Hati dan Penuh dengan Motivasi
Puisi Cempaka Mulia
Kalau kulihat tuan, wahai suma
kelopak terkembang harum terserak
hatiku layu sejuk segala
rasakan badan tiada dapat bergerak
Tuan tumbuh tuan hamba kembang
di negeriku sana di kuburan abang
kemboja bunga rayuan
hatiku kechu melihat tuan
Bilamana beta telah berpulang
wah, semboja siapatah kembang
di atas kuburku, si dagang layang?
Kemboja, kemboja bunga rayuan
hendakkah tuan menebarkan bibit
barang sebiji di atas pangkuan
musafir lata malang berakit?
Melur takku mahu
mawar takku suka,
sebab semboja dari dahulu
telah kembang di kubur bonda
kemboja bunga rayuan
musafir anak Sumatera
Pulau Perca tempat pangkuan
bilamana fakir telah tiada.
Baca Juga: 10 Puisi Hari Guru Nasional 25 November 2023, Bikin Nangis Tersedu